Kamis, April 25, 2024

Perilaku Mengasingkan Diri pada Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada tahap ini, remaja  rentan akan krisis identitas atau disebut dengan pencarian jati diri.

Remaja akan sangat resah dan gelisah atau isitilah populernya adalah galau tentang penampilan mereka dimata orang lain. Remaja yang tumbuh dengan kebutuhan terpenuhi akan lebih baik dalam mengontrol diri seperti mendapat pola asuh yang tepat, lingkungan sosial yang positif, dan keadaan ekonomi yang cukup. Lantas bagaimana sebaliknya?

Dilansir dari beberapa teori dan penelitian yang berkembang, remaja yang tidak terpenuhi kebutuhannya seperti disebut di atas akan mengalami tingkat kepercayaan diri yang rendah dibandingkan dengan anak lainnya yang terpenuhi. Kepercayaan diri yang rendah ini biasanya menimbulkan perilaku menarik diri dari lingkungan sosialnya.

Salah satu gejala negatif yang timbul pada remaja adalah “negative phase”. Perilaku ini ditampilkan remaja dalam bentuk peningkatan keinginan mengasingkan diri, lebih pemalas, kehilangan semangat untuk beraktivitas, mudah gelisah, lebih sensitif atau peka, serta adanya rasa kurang percaya diri.

Mengasingkan diri adalah masalah yang sebenarnya sangat memprihatinkan yang terjadi di kalangan remaja. Mereka yang menjauhi lingkungan sosialnya sebenarnya bukan sepenuhnnya keinginan dari dalam diri mereka.

Mengasingkan diri yang dilakukan remaja adalah alternatif yang di pilih mereka untuk menyelamatkan mental dari perasaan-persaan menyakitkan dari lingkungan sosial. Sama halnya dengan seleksi alam, mereka yang tidak mampu bertahan dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan akan tereliminasi. Begitu juga dengan remaja yang tidak mampu menyesuaikan perubahan diri dengan lingkungan sosialnya akan tertinggal atau merasa berbeda dan tidak cocok, sehingga memilih untuk menyendiri.

Jika dilihat dari perilaku mengasingkan diri pada remaja ini, maka timbul pertanyaan mengapa hal tersebut dapat terjadi?

Faktor utama dalam hal ini adalah kurangnya rasa percaya diri atau lack of self confidence pada remajaRasa percaya diri yang rendah pada remaja sangat erat kaitannya dengan parental acceptance atau penerimaan orang tua. Kehadiran orang tua merupakan suatu hal yang penting dalam pertumbuhan remaja. Hal ini terbukti dari beberapa kasus yang sering terjadi yang menunjukkan bahwa penerimaan orang tua berupa kehadiran dan perhatian akan berakibat pada tinggi rendahnya kepercayaan diri remaja.

Dikutip dari jurnal penelitian David, L. Avidya. (2019) Berdasarkan survei yang dilakukan oleh values dreams ideals (2011) mengenai kepercayaan diri menyatakan bahwa 54,3% remaja lebih percaya diri karena adanya kehadiran orang tua. Maka ditemukan adanya 2 faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri remaja yaitu sikap orang tua dan hubungan sosial. Dukungan orang tua akan mengimbangi pertumbuhan remaja kearah yang lebih positif.

Bentuk pengasingan diri yang di lakukan remaja adalah sebagai berikut:

1. Menjauhi hubungan pertemanan

Seorang remaja menjauhi lingkaran pertemanannya ketika hubungan pertemanan tidak lagi terasa indah dan menyenangkan baginya, melainkan menjadi sesuatu yang membuat diri merasa tidak nyaman. Biasanya perasaan ini timbul akibat insecure atau melihat teman-teman yang lain lebih dari pada dirinya seperti teman terlihat lebih pintar, lebih cantik, lebih langsing, lebih putih, memiliki android dan atribut mahal, serta lainnya sehingga merasa rendah diri dan memilih menjauh.

2. Pendiam dan tidak ingin terlibat hubungan sosial

Remaja yang seperti ini biasanya tidak dikenal di lingkungan tempat tinggalnya. Cenderung mengurung diri di rumah dan tidak berinterksi dengan tetangga dan teman sebaya di sekitarnya. Hal ini ia lakukan karena merasa tidak diterima atau tidak menyukai pola kehidupan yang terbentuk di lingkungannya.

3. Malas berinteraksi dengan keluarga dan orang tua

Hal yang terjadi pada remaja juga dapat berupa interaksi yang nimim dengan saudara kandung dan orang tua. Mengapa? Karena mereka merasa tidak ada yang memahami perasaan mereka dan perhatian kepada mereka sehingga remaja ini enggan untuk sekedar bercerita bahkan berbicara kepada keluarganya.

Permasalahan yang sangat kompleks terhadap prasangka dan kematangan mental remaja ini sangat di butuhkan perhatian lebih baik itu dari orang tua maupun lingkungannya untuk mencegah dan mengurangi perilaku mengasingkan diri. Karena, kebiasaan mengasingkan diri ini akan berakhir dengan perasaan terasing yang merupakan bagian dari gejala negatif dan semakin memburuk seiring berjalannya waktu.

Referensi:

David, L. Avidya. (2019). Hubungan Antara Parental Acceptance Dengan Kepercayaan Diri Pada Remaja Awal. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 8(1).

Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.