Pada saudara-saudaraku semua, baik kaum nasionalis ataupun kaum agamais, baik partai nasionalis ataupun partai islam, baiklah kita meniru dua tokoh bangsa kita yaitu Bung Karno dan Mohammad Natsir.
Mereka berdua adalah tokoh bangsa kita yang sering atau sangat sering bertentangan soal bagaimana seharusnya peran agama dalam suatu negara.
Bung karno dengan wataknya yang keras bersikukuh bahwa antara agama dengan negara haruslah dipisahkan, urusan agama menurutnya adalah urusan individu /privat, antara manusia dengan tuhannya.
Bung Karno tidak mau membawa agama di dalam perjuangannya. Sukarno menganggap cukup dengan nasionalisme saja, karena kalau membawa-bawa agama akan bercerai-berai.
Sementara itu Natsir memiliki pandangan yang berbeda dari soekarno, Natsir berpendapat bahwa agama dan negara tidak boleh dipisahkan, agama dan negara adalah dua hal yang harus sejalan. Natsir berpendapat untuk mencapai kemerdekaan, tidak cukup hanya dengan nasionalisme. Dorongan agama Islam, jauh lebih kuat.
Tapi dari perbedaan pendapat tersebut, Natsir dan Soekarno tetap berteman dekat, natsir tidak pernah menghujat soekarno denga menyebutnya atheis, begitu sebaliknya bung karno tetap menganggap natsir adalah kawan baiknya.
Waktu Sukarno ditangkap, diadili, dan dipenjara di Sukamiskin, yang pertama kali menjenguk Bung Karno di penjara adalah kelompok natsir. Kelompok yang tidak sepaham dengan gagasan Bung Karno. Bukan orang-orang PNI yang pertama kali menjenguk Bung Karno.
Ketika Bung Karno dibuang ke Ende, Nusa Tenggara Timur, kelompok Natsir pula yang mengirimi Bung Karno buku-buku bacaan. Dari tempat pembuangannya, Bung Karno intens berkorespondensi dengan pemimpin Persis, Ustadz A. Hassan.
Disini jelas sekali bagaimana kedua tokoh tersebut adalah dua orang yang sangat berkelas. Mereka bisa memisahkan antara urusan politik dan urusan perkawanan, antara kepentingan politik dan kepentingan pribadi, antara kepentingan rakyat dan kepentingan golongan.
Nah kemudian hari ini, bisakah kita meniru sikap kedua tokoh tersebut?
Bisakah kita tidak saling menghujat satu dengan yang lainnya?
Bisakah kita tidak saling menghujat antara kaum nasionalis dan kaum agamais?
Perbedaan pendapat adalah suatu hal yang wajar, selesaikan dengan pendapat-pendapat, bukan saling menghujat satu sama lain.
Sumber foto : google.com