Sabtu, April 20, 2024

Pentingnya Tasawuf dalam Menghadapi Pandemi

Dian Aji Pangestu
Dian Aji Pangestu
Dian Aji Pangestu Mahasiswa program studi Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Dewasa ini masyarakat di seluruh dunia dikagetkan dengan menyebarnya virus Covid-19. Virus ini pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina lalu menyebar dengan cepat di berbagai belahan Bumi termasuk Indonesia.

Sampai saat ini, belum ada vaksin yang terbukti ampuh untuk menangani virus Covid 19. Hanya ada himbauan untuk tindakan pencegahan seperti mencuci tangan dengan sabun selama 20 detik, memakai siku untuk menutup mulut saat batuk/bersin, jangan menyentuh wajah, menggunakan masker, melakukan physical distancing dan berusaha untuk di rumah saja.

Menurut KKRI (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia) tindakan-tindakan tersebut sudah cukup untuk mencegah penyebaran virus Covid 19. Akan tetapi, walaupun sudah ada himbauan seperti yang disebutkan sebelumnya, masih saja banyak masyarakat yang tidak mematuhi himbauan tersebut dengan alasan virus Covid 19 tidaklah berbahaya.

Salah satu penyebab virus Covid 19  cepat menyebar adalah ketidak pedulian masyarakat untuk mematuhi tindakan pencegahan seperti yang disebutkan di atas. Apalagi saat ini pemerintah merencanakan program New Normal, yaitu sebuah tatanan baru beradaptasi dengan Covid 19 atau program dimana masyarakat harus menjaga produktivitas di tengah pandemi virus Covid 19.

Dampak dari pandemi virus Covid 19 ini terlihat jelas hampir di semua sektor, seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Dalam sektor pendidikan misalnya, masalah di dunia pendidikan masih bisa diatasi dengan menggunakan progam daring.

Dimana siswa belajar dari rumah menggunakan smartphone atau alat komunikasi lainnya. Hal ini juga menimbulkan masalah baru, yaitu tidak semua daerah di Indonesia memiliki jaringan sinyal yang stabil sehingga menyulitkan siswa untuk mengikuti pembelajaran online.

Demi mengatasi masalah itu, beberapa siswa di pedalaman rela mencari sinyal sampai di atas bukit. Tak hanya itu, harga paket kuota yang cenderung tidak murah membuat sebagian siswa tidak bisa membeli paket kuota untuk melakukan pembelajaran online. Dalam hal ini, sebagian sekolah ada yang memberikan jatah paket bulanan kepada siswa tetapi ada juga yang tidak memberikan sama sekali, tentu ini menimbulkan masalah baru.

Sedangkan dalam sektor ekonomi, membuat beberapa perusahaan di Indonesia gulung tikar. Hal ini disebabkan karena diterapkannya sistem lockdown di beberapa negara yang membuat akses ekspor-impor macet, sama halnya dengan pemasaran produk ke wilayah-wilayah dalam negeri.

Tidak hanya golongan pengusaha saja yang merasakan dampak dari pandemi ini, justru rakyat kecil yang benar-benar merasakan dampak dari pandemi ini. bagaimana tidak, mereka yang berpenghasilan harian dengan nominal pas-pasan bahkan bisa dibilang kurang, dipaksa untuk berdiam diri di rumah. Tidak heran jika banyak pedagang yang nekat berjualan di tengah pandemi ini demi sesuap nasi. Dari banyak penderitaan yang terjadi pada tahun 2020 ini, alangkah baiknya jika kita mengambil sisi positifnya, yaitu dengan belajar tasawuf misalnya.

Di dalam tasawuf terdapat nilai-nilai yang mungkin bisa membuat kita lebih tenang dan lepas dari rasa cemas selama pandemi Covid 19 ini. sebelum lebih jauh, alangkah baiknya jika kita memahami arti tasawuf terlebih dahulu. Tasawuf adalah salah satu upaya atau usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk menyucikan jiwa dengan cara menjauhi pengaruh kehidupan yang bersifat kesenangan duniawi dengan cara mendekatkan diri kepada Alah sehingga kehadiran Allah senantiasa dirasakan secara sadar dalam kehidupan (Pemadi, 2004).

Nilai-nilai tasawuf yang akan dibahas di sini ada tiga hal; pertama, menjalani musibah ini dengan rasa ‘ikhlas’. Apabila kita ikhlas mengahadapi masalah ini, insyaallah akan diberi rasa tenang dan damai.

Karena saat ini kita dihadapkan dengan dua pilihan yaitu diam di rumah tanpa penghasilan atau keluar rumah dengan resiko terkena virus Covid 19. Dua pilihan yang sulit dan dapat menimbulkan rasa gelisah apabila hanya mementingkan duniawi tanpa berusaha mendekatkan diri kepada Allah; kedua, ‘sabar’yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah, tapi tenang ketika mendapat cobaan dan menampakkan sikap cukup walaupun sebenarnya berada dalam keadaaan fakir dalam bidang ekonomi (Nata, 1996).

Seperti yang tertera dalam Al-Qur’an  yaitu dalam surah Q.S Al-Anfal ayat 46 yang memiliki arti “Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang dan bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang sabar.”

Maksud dari ayat tersebut adalah pertolongan untuk orang sabar. Dalam pandemi ini rasa sabar memang dipertaruhkan. Bagaimana tidak, setidaknya saat ini berlaku dua hal yaitu siapa yang bersabar dia akan selamat dan siapa yang tidak bersabar dia akan celaka.

Maksud bersabar di sini adalah, sabar dengan kondisi saat ini dan senantiasa melaksanakan protokol pencegahan Covid 19 dengan tertib; ketiga ‘tawakal’, menurut Imam al-Ghazali tawakal adalah menyandarkan kepada Allah SWT tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepadaNya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram. Allah berfirman, “Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Ath-Thalaq: 3).

Penggalan ayat tersebut menjelaskan, dengan bertawakal maka seseorang akan dicukupkan kebutuhannya. Selama pandemi ini berlangsung, bertawakal merupakan salah satu cara untuk menenangkan hati dan pikiran, dengan menyerahkan segala sesuatu kepada Allah  dan berharap supaya kita diberi kekuatan untuk melewati musibah ini.

Pandemi Covid 19, khususnya di Indonesia sebetulnya tidak melulu soal dampak negatif, jika kita bisa mengambil hikmahnya maka dampak positif juga akan didapat. Yang jarang berkumpul dengan keluarga, saat ini jadi sering di rumah berkumpul dengan keluarga, mendapatkan hobi baru saat di rumah, bisa lebih fokus untuk beribadah dan masih banyak lagi dampak positif yang bisa di dapat selama kita bisa ikhlas, sabar dan tawakal selama pandemi Covid 19 ini berlangsung.

Dian Aji Pangestu
Dian Aji Pangestu
Dian Aji Pangestu Mahasiswa program studi Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.