Sabtu, April 27, 2024

Pengaruh Youtube dan Kualitas Pendidikan Indonesia di Era 4.0

Hadi Wiryawan
Hadi Wiryawan
Alumnus Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Fakulas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Minat Terhadap Kajian Studi Islam, Tafsir, dan Hadis. Founder dan Chief Executive Officer (CEO) Ulumulhadis.id

Kehadiran youtube ditengah-tengah masyarakat Indonesia menjadi hiburan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Perkembangannya yang semakin hari semakin pesat, perlahan mulai menjadi makanan wajib bagi sebagian besar pengguna media sosial.

Di tahun 2010-an, viewers satu juta sudah dianggap fenomenal bagi para pengguna media sosial, bahkan untuk mendapatkan viewers satu juta sangat sulit dikala itu. Perlahan memasuki tahun 2014, jumlah viewers di Youtube pun perlahan meningkat menjadi lima sampai sepuluh jutaan viewers. Dan dikala itu baru muncullah tren nge-vlog di Youtube. Konten-kontennya pun bermacam-macam, mulai dari review produk, cover musik, social experiment, prank, dsb

Namun perlu diperhatikan, apakah semua konten tersebut memberikan manfaat bagi penggunanya ataukah justru sebaliknya?. Memasuki tahun 2020 ini, coba kita lihat isi trending yang ada di Youtube, maka kita akan mendapati isinya adalah prank yakni mengerjai/menjahili orang lain bahkan yang menjadi tren sekarang adalah prank cancel orderan Ojol, social experiment ( nyamar jadi gembel kemudian nunjukin jadi diri dia sebenarnya siapa), perseteruan artis yang A dengan yang B, Pamer isi ATM, observasi mencari makhluk astral, dsb.

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah konten-konten diatas bermanfaat bagi pengguna youtube? manfaatnya apa? Mencerdaskan masyarakat? Tidak lain dan tidak bukan isi dari konten-konten diatas tujuannya adalah untuk menarik viewers sebanyak-banyaknya. Pada akhirnya kita dialihkan dari hiburan dunia maya. Dan hilanglah semangat membaca buku, hilanglah semangat untuk melahirkan literasi, moral anak bangsa pun perlahan semakin hari semakin rusak, rasa hormat kepada guru pun hilang, dan akhirnya Indonesia dilanda krisis moral.

Inilah yang menjadi kekhawatiran kita sebagai bangsa Indonesia, mengingat isi pembukaan Undang-Undang Dasar Indonesia yaitu untuk “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Mari kita lihat rangking universitas terbaik Indonesia, berdasarkan penilaian Webometrics kampus terbaik Indonesia hanya berada pada peringkat ke-771 dalam skala dunia, sedangkan jumlah negara di dunia ini ada sekitar 193 negara yang diakui PBB.

Artinya, pendidikan kita masih sangat tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Kita bandingkan Universitas Nasional Singapura kampus milik negeri tetangga berada pada peringkat ke-11 di dunia versi QS World University Rangking dan peringkat ke-70 versi webometrics. Kita bandingkan lagi Universitas Malaya milik negara Malaysia berada pada peringkat ke-114 di dunia.

Melihat perbandingan peringkat universitas antara negara Indonesia dan negara tetangga diatas, maka terlihat jelas bahwa kita negara Indonesia sangat tertinggal di bidang pendidikan. Indonesia dari dulu sampai sampai sibuk bertengkar soal politik dan agama. Kita punya ormas agama terbesar di dunia yakni Nu dan Muhammadiyah, tapi kita tidak punya lembaga pendidikan tingkat dunia.

Kita negara demokrasi yang besar dan penduduknya terbiasa dengan pluralitas harusnya memiliki tempat research filosofi, sains dan religion kelas dunia. Kita seharusnya malu dengan negara Singapura dan Malaysia yang kecil namun pendidikannya tingkat dunia, kita seharusnya malu dengan negara Mesir yang sibuk bertengkar soal politik namun pendidikannya juga tingkat dunia.

Atas segala kegelisahan penulis terkait maraknya hiburan Youtube yang merusak anak bangsa dan kegelisahan penulis terkait kualitas pendidikan di Indonesia, maka marilah kita sebagai anak bangsa membiasakan hidup produktif dan bermakna. Perlu diingat, sampai kapanpun Indonesia tidak akan maju jikalau kita tidak hijrah dari dunia hiburan Youtube yang merusak menuju dunia literasi yang dapat mencerahkan dunia.

Perlu diingat pada founding fathers kita dapat membuat Indonesia diakui di kancah dunia adalah karena mereka manusia-manusia yang unggul dalam pemikiran, intelektualisme, dan dapat membangun visi yang kuat. Mereka unggul dan kuat karena mereka punya mental kuat serta memiliki wawasan yang luas. Hal inilah yang harus kita contoh dari pada founding fathers.

Untuk itu, mari kita hilangkan mental online (mental bisanya hanya di dunia maya), hilangkan kebiasaan memulung sampah-sampah media sosial, hilangkan mental segala hal selalu ingin yang instan, hilangkan mental bermalas-malasan yang inginnya hanya menikmati hiburan semata, hilangkan mental menjadi penikmat hasil ciptaan orang lain, menuju mental dunia nyata, mental yang menumbuhkan imajinasi sehingga dapat melahirkan hal-hal yang kreatif dan inovatif, meningkatkan semangat membaca dan melahirkan banyak literasi, dan banyak hal lain yang dapat meningkatkan produktifitas. Dengan begitu, negara Indonesia dapat mengejar ketertinggalan.

Sudah saatnya kita memanfaatkan potensi yang dimiliki Indonesia untuk membangun masa depan yang lebih baik, dan untuk membangun masa depan pastinya kita akan menghadapi tantangan dan hambatan berupa kesulitan. Tapi bukan berarti dengan adanya tantangan dan hambatan dapat menggoyah semangat kita untuk maju, karea syarat untuk menjadi maju adalah kita terbiasa hidup mengatasi tantangan dan hambatan yang ada.

Hadi Wiryawan
Hadi Wiryawan
Alumnus Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Fakulas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Minat Terhadap Kajian Studi Islam, Tafsir, dan Hadis. Founder dan Chief Executive Officer (CEO) Ulumulhadis.id
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.