Senin, November 11, 2024

Pengaruh Olahraga Terhadap Siklus Menstruasi

Ratna Sari
Ratna Sari
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta
- Advertisement -

Dari tahun ke tahun, semakin meningkat jumlah orang yang berolahraga atau melakukan aktivitas fisik. Menurut data Dinas Pemuda dan Olahraga DKI Jakarta pada tahun 2018, terdapat sekitar 1,9 juta masyarakat yang aktif berolahraga (Keolahragaan, 2019). Seperti yang kita ketahui, olahraga sangat diperlukan dengan tujuan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan. Tentunya banyak sekali manfaat yang didapatkan jika kita berolahraga, seperti meningkatkan daya tahan dan sistem kekebalan tubuh, mengelola stres dan mengurangi kecemasan, mengendalikan tekanan darah dan berat badan, memperbaiki postur tubuh, dan masih banyak manfaat lainnya (P2PTM, 2018).

Namun, perlu diingat bahwa olahraga akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan jika dilakukan secara berlebihan. Hal ini tentunya tidak selaras dengan tujuan melakukan olahraga, yaitu menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan. Olahraga yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi hipotalamus yang berakibat pada gangguan hormon gonadotropin (GnRH), di mana hormon ini sangat berperan dalam penentuan kesuburan individu (Kurniawan et al., 2016). Gangguan pada GnRH disebabkan akibat penggunaan energi yang berlebihan.

Jika terjadi gangguan pada GnRH, maka efek yang ditimbulkan ialah siklus menstruasi yang tidak teratur atau bahkan tidak adanya menstruasi, pertumbuhan dinding rahim yang abnormal, dan infertilitas (Yuliana, 2021).

Tidak teraturnya siklus menstruasi ini memiliki keterkaitan dengan menurunnya kadar estrogen dan cadangan lemak. Ketika melakukan olahraga berlebih, tubuh tentunya akan menggunakan cadangan lemak dikarenakan energi yang diperlukan semakin banyak. Perlu diketahui, bahwa lemak berperan penting dalam pembuatan kolesterol, di mana kolesterol adalah dasar pembentuk hormon androgen, yaitu estrogen dan progesteron (Naibaho et al., 2014). Jika tubuh mengalami penurunan dalam produksi hormon estrogen, yang mana hormon ini memiliki peran penting dalam mengatur fase/siklus menstruasi, besar kemungkinan siklus menstruasi menjadi tidak teratur.

Menstruasi merupakan salah satu ciri seorang wanita dikatakan sudah menginjak masa pubertas. Menstruasi pertama biasa terjadi pada wanita usia 10-16 tahun sesuai dengan tingkat kesuburan dari setiap individu. Siklus menstruasi diregulasi oleh Luteinizing Hormone dan Follicle-stimulating Hormone untuk memproduksi estrogen dan progesteron yang nantinya akan dipergunakan untuk menstimulus uterus dan kelenjar payudara agar memungkinkan terjadinya pembuahan (Yuliana, 2021). Rentang waktu berlangsungnya menstruasi sekitar 21 sampai 35 hari dengan durasi 5-7 hari setiap bulannya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, mengenai hubungan frekuensi olahraga dengan pola siklus menstruasi. Dari 43 responden, terdapat 79,2% mengalami pola siklus menstruasi teratur dan 20,8% tidak teratur. Presentase ini menunjukkan olahraga baik dilakukan jika dalam porsi/frekuensi yang cukup. Akan tetapi, jika dilakukan secara berlebihan, berdasarkan penelitian yang sama, terdapat 36,8% mengalami siklus menstruasi teratur dan 63,5% yang tidak teratur (Yuliana, 2021).

Dalam penelitian tersebut juga menjelaskan mengenai durasi seseorang yang berolahraga kurang dari 60 menit, terdapat 78,6% mengalami pola siklus menstruasi teratur dan 21,4% tidak teratur. Berbeda dengan seseorang yang berolahraga dengan durasi lebih dari 60 menit, hanya 26,7% yang mengalami pola siklus menstruasi teratur, dan selebihnya sebesar 73,3% tidak teratur (Yuliana, 2021).

Adapula penelitian yang diterbitkan di suatu Jurnal Kedokteran Diponegoro dengan 80 responden mengenai keterkaitan jenis olahraga yang dilakukan, seperti aerobik dan anaerobik, dengan siklus menstruasi.  Pada jenis olahraga aerobik, terdapat 13,75% dengan siklus menstruasi teratur dan 48,75% tidak teratur. Kemudian, pada jenis olahraga anaerobik, hanya 8,75% responden mengalami siklus menstruasi yang teratur dan 28,75% tidak teratur (Kurniawan et al., 2016).

Hal ini dapat dikatakan bahwa olahraga memengaruhi siklus menstruasi seseorang. Namun, perlu diingat bahwa siklus menstruasi ini tidak hanya ditentukan dari olahraga yang dilakukan seseorang, melainkan ada faktor-faktor lainnya. Kita perlu menyadari bahwasanya olahraga penting dan sangat baik bagi kesehatan apabila dilakukan dalam frekuensi dan durasi yang cukup, bukan berlebih. Di samping itu, perlunya pemahaman khususnya bagi wanita untuk terus menjaga kesehatan reproduksi agar dapat meminimasilir terjadinya dampak buruk yang berkesinambungan.

Ratna Sari
Ratna Sari
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.