Sabtu, April 27, 2024

“Pemuda”, Dulu Perjuangkan Pancasila, Kini Berlindung Dibaliknya

Hamzah Zaelani Mar'ie
Hamzah Zaelani Mar'ie
Penulis, Mantan Ketua Umum HMI Purwakarta

Sejak malam tadi, bahkan sebelum pukul 00.01 tanggal 28 Oktober 2017 berbagai jejaring sosial sudah diramaikan dengan postingan perayaan Hari Sumpah Pemuda. Postingannya bermacam-macam, dari mulai sekedar quote sederhana, meme dengan gambar kepalan tangan, hingga artikel yang begitu panjang.

Namun entah mengapa, sembari asyik membaca dan memperhatikan postingan, saya justru tenggelam dalam lautan pikiran mencoba menerka berbagai problematika yang melanda Indonesia sekarang. Pasalnya sederhana, Jika Bung Karno dulu katakan dengan 10 Pemuda ia bisa guncangkan dunia, lantas kenapa yang terjadi saat ini malah Indonesia yang sedang terguncang? Apa yang salah dengan Pemuda sebenarnya?

89 Tahun sudah sejak Kongres Pemuda II di Jakarta, namun rasanya para pemuda selalu saja terbuai dalam euforia perayaan semata. Pemuda tak pernah lupa akan sumpahnya, tapi pemuda seakan tak memaknai sumpahnya. Hari ini, ada berbagai macam perayaan Hari Sumpah Pemuda di setiap wilayah Indonesia. Darimulai peringatan di Istana Bogor yang konon dihadiri ribuan pemuda, hingga perayaan di berbagai  titik yang di inisiasi Kementerian Pemuda dan Olahraga. Tentu saja tak lupa ada juga perayaan berupa seminar yang tak terhitung berapa banyaknya. Tapi pertanyaannya, setelah diperingati, langkah apa yang hendak pemuda lakukan nanti?

Pertanyaan itu membuat saya juga bingung sebenarnya, karena jika melihat Indonesia seakan ada banyak masalah yang harus diperbaiki. Lantas, harus memulai dari mana? Cukup lama saya merenungkan jawaban atas pertanyaan “harus memulai dari mana”.  Bahkan, pertanyaan itu terbawa hingga mimpi ketika saya tertidur malam tadi.

Anehnya, dalam mimpi itu saya seakan berada ditengah sekumpulan pemuda, berpakaian sederhana dengan beragam rupa yang terlihat jelas berbeda suku dan bahasa. Dihadapan mereka, berdiri beberapa pemuda yang sedang berorasi menyampaikan argumentasi. Tak lama setelah itu, mereka yang hadir bersama-sama berikrar sembari mengepalkan tangan kanan keatas seraya berkata:

“Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia

Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia

Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia”

Setelah mengucapkan sumpah itu, mereka kemudian bersorak girang dan saling memeluk satu sama lain pemuda yang ada disampingnya. Menariknya, tanpa melihat dulu asal daerahnya, tanpa bertanya apa agamanya, mereka langsung memeluk karena sadar, bahwa mereka sudah bersumpah telah menjadi satu, karena Tanah Airnya, Kebangsaannya, yang juga diikat oleh Bahasa Pemersatunya, yaitu Indonesia. Tak lama kemudian saya terbangun dari mimpi yang indah itu. Tanpa terasa meneteskan air mata, karena melalui mimpi saya mendapatkan jawaban atas tanya malam tadi, “Darimana Pemuda harus memulainya?”

Ternyata jawabnya sederhana, mulailah dengan memaknai sumpah pemuda, kemudian tegaskan dalam diri bahwa kita semua bersaudara, tak peduli perbedaan suku dan bahasa, juga agama. Karena kita semua sudah berjanji, menjadi satu dalam Tanah Air, Bangsa serta Bahasa Indonesia.

Kesalahan pemuda saat ini, bukan hanya karena tak memaknai sumpahnya. Jika dulu para pemuda bersumpah, kemudian berjuang untuk memperoleh kemerdekaan dan sepakat untuk mendirikan Negara Republik Indonesia dengan Pancasila sebagai pondasinya. Pemuda kini justru sebaliknya, bukannya memperjuangkan Pancasila, justru malah asyik berlindung dibaliknya.

Pancasila memang sakti, cukup dengan berkata “Saya Pancasila” saja sudah membuat seseorang dilabeli sebagai Pancasilais Sejati, walaupun ia gemar korupsi dan lolos dari jeratan jeruji besi. Padahal, hampir setiap sila ia ingkari. Dari mulai sila pertama tentang nilai keTuhanan, hingga sila keempat tentang permusyawaratan dalam hikmah kebijaksanaan. 

Sudah waktunya para pemuda sadar untuk kembali memaknai sumpahnya, untuk bersatu dalam bingkai kebhinekaan, kemudian berjuang menggapai tujuan. Kesaktian Pancasila tak boleh dijadikan tameng oleh Pemuda, tapi seharusnya dimaknai setiap silanya, kemudian diperjuangkan tujuannya, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Selamat Memperingati Hari Sumpah Pemuda

Mari memaknai setiap kalimatnya, untuk berjuang bagi kejayaan Indonesia

Tapi jangan pernah lupa, sembari memaknai, seduh dulu secangkir kopi!

Kita Pemuda

Kita Pancasila

Kita Indonesia

Hamzah Zaelani Mar'ie
Hamzah Zaelani Mar'ie
Penulis, Mantan Ketua Umum HMI Purwakarta
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.