‘Belajar dari kasus bandung dan Purwakarta’
Akademisi sering mengatakan kalau ‘Pembangunan yang tidak berpihak pada identitas dan Kebudayaan sama saja dengan mengasingkan Rakyatnya di tanah airnya sendiri’
Ditengah arus modernisasi yang begitu kencang rasanya pendapat tersebut sangat benar adanya.
Ketika di negara-negara lain sibuk kembali kepada kearifan lokal dan budayaanya, kita malahan sibuk mengejar modernisasi tanpa penyaringan yang terkadang tidak sejalan dengan nilai-nilai kultural yang berkembang di masyarakat kita.
Beratus tahun lalu, sebelum kita lahir, leluhur bangsa ini telah sepakat. Bahwa ‘Indonesia merupakan negeri majemuk’. Hingga Negeri ini di kenal dengan keragamannya.
Setiap daerah memiliki Identitas, kultur, budaya dan lainnya yang berbeda di daerah lain. Di Jawa Barat saja, keragaman budaya, kultur begitu terasa. Tetapi seperti ada tekanan besar yang ini keragaman tersebut menjadi seragam.
Secara kuantitas ada yang mengatakan pembangunan itu berhasil. Namun, bagaimana dengan program pembangunan karakter manusia Indonesia yang merupakan subjek utama?
Kegagalan dalam pembangunan identitas pada manusia di daerah akan berdampak besar bagi kegagalan dalam pembangunan bangsa di segala aspek.
Sekarang, di Jawa Barat sedang mengalami krisis identitas sebagai bangsa yang seharusnya Pancasilais yang mencerminkan keragaman, kearifan lokal dan nilai Kultural.
Krisis identitas jauh lebih membahayakan bagi Jawa Barat dibandingkan krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sekarang ini. Karena tanpa adanya identitas, suatu saat nanti daerah ini akan lenyap. Hanya di kenal daerahnya saja, tapi tidak Identitasnya.
Sebgai Contoh, saya mempelajari pembangunan yang diterapkan diderah yang sudah dikenal di dunia Internasional sejak dulu, dan daerah yang dilirik oleh internasional karena menjaga Tradisi serta kultural di Jawa Barat sebabagi Spirit Pembangunannya.
‘Belajar dari Kasus Bandung’
Siapa yang tidak mengenal Bandung di Negeri ini, daerah yang menjadi Ibu kota Jawa Barat. Sebagai ibu kota, Bandung seharusnya menjadi rujukan dalam pengenalan identitas Jawa Barat.
Tetapi realitanya Bandung sudah tidak bisa lagi menjadi rujukan bagi daerah-daerah lain. Ridwan Kamil sebagai Kepala Daerah tidak lagi berpihak kepada identitas dan masyarakatnya, melainkan lebih berpihak kepada kapitalisme besar.
Coba sebutkan adakah Pembangunan di Bandung yang mencerminkan dan keberpihakan Identitas Jawa Barat dan nilai-nilai kultural?
Tidak ada, hampir semuanya serba impor dari luar negeri, lihat bagaimana taman-tamannya, lihat bangunan-bangunannya. Kalau semuanya sudah serba impor dari luar, maka identitas lokal yang kita dengungkan hanya wacana.
Dengan anggaran yang cukup besar, seharusnya segala permasalahan di Kota Kembang tersebut harus teratasi. Tetapi sayang, teratasinya hanya di media, bukan secara realita.
Spirit Pancasila dalam pembangunannya hanya wacana, Nasionalismenya adalah nasionalisme kemasan. Bukan nasionalisme yang yang cinta dengan tanah-airnya.
‘Belajar dari kasus Purwakarta’
Lain halnya dengan Purwakarta. Sejauh yang saya pahami, Purwakarta membangun daerahnya dengan kearifan lokal, Kebudayaan menjadi Pondasinya. Sebuah keberpihakan pada Kultural dan Keindonesiaan.
Bukan berarti Purwakarta menolak yang Impor, tetapi bagaimana Impor bersinergi dengan nilai-nilai kultural, dengan cara menyerap ilmunya, tidak ditelan bulat-bulat.
Lihat bagaimana pancasila dikemas dalam sebuah taman yang menggambarkan kepancasilaan di kenalkan dalam bentuk indahnya bunga.
Permainan Tradisional dipertahankan sebagi media pembentukan karakter generasi selanjutnya. Nama-nama raja terdahulu di perkenalkan dalam bentuk nama taman, menurut saya pribadi, ini merupakan pendidikan edukatif yang tidak selalu di kemas dalam bentuk formal.
Bangunan-bangunannya mencerminkan budaya yang syarat dengan nilai-nilai pilosofis. Maka, ketika berbicara Purwakarta, tidak hanya berbicara pradaban bangsa pada saat ini, melainkan kita berbicara Jawa Barat dan berbicara Indonesia masa depan.
Itulah Jawa Barat, itulah Indonesia. Bagaimana kita bisa menjadi ‘Resi’ bagi negara-negara lain untuk belajar pada kita seperti dahulu yang telah di lakukan bangsa ini, kalau kitanya sendiri tidak berpihak kepada identitas kita sendiri.
Lihat bagaimana Borobudur, lihat bagaimana Prambanan yang masih kokoh berdiri sampai saat ini. Yang akhirnya menjadikan masyarakat Internasional datang kenegeri ini untuk belajar.
Kita hanya membangun spaider-Man, Batman, Super-Man apa yang akan menjadi kekaguman bangsa lain, dan apa yang akan menjadi kebanggaan daerahnya? Karena dari negara Asalnya batman, spaider-Man maupun Super-man sudah tidak istimewa lagi.
Sudah saatnya Jawa Barat kembali kepada Identitasnya, kembali pada jati dirinya sendiri. Bukan semakin menjauh dengan identitasnya sendiri.
Terakhir, ingatlah pesan pendiri Bangsa ini
“Jika engkau mencari pemimpin, carilah yang dibenci, ditakuti atau dicacimaki asing. Karena itulah yang benar. Dia akan membelamu diatas kepentingan Asing’ Soekarno.