Minggu, Oktober 6, 2024

Orientasi Baru Pariwisata

Hieronimus Adiyoga
Hieronimus Adiyoga
Mahasiswa non aktivis tapi tidak mau apatis.

Salah satu prioritas pemerintahan Jokowi periode kedua adalah optimalisasi infrastruktur yang telah dibangun di periode pertama dengan kawasan industri dan pariwisata. Tentu, itu adalah hal yang baik, mengingat proporsi manufaktur Indonesia terhadap PDB terus menunjukkan pelemahan dan pemerintah tampaknya menyadari hal itu.

Presiden Jokowi sendiri, dalam pelantikannya tanggal 20 Oktober, menjanjikan investasi akan terus tumbuh, sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya.

Pariwisata adalah primadona bagi Indonesia. Sejak periode pertama pemerintahan Jokowi, sektor pariwisata terus dikembangkan dan dieksekusi dengan baik oleh kementerian terkait.

Dengan potensi kekayaan alam dan keindahan yang dimiliki tiap daerah, pariwisata kalau diibaratkan adalah jalan pintas pertumbuhan dengan modal tidak sebesar membangun industri berteknologi tinggi, yang tidak hanya butuh modal besar tetapi juga membutuhkan tenaga terampil. Selain itu, pariwisata juga berpotensi mendongkrak devisa negara dari pengeluaran para turis mancanegara.

Satu hal yang miss dari pembangunan kawasan pariwisata adalah infrastruktur yang dibangun masih terlalu memanjakan pengguna kendaraan. Dalam opini saya, tidak semua pelancong akan menggunakan kendaraan dalam berwisata, sehingga perlu pembangunan infrastruktur yang ramah bagi wisatawan pejalan kaki.

Misalnya, trotoar harus dibangun sepanjang jalan di pusat kawasan pariwisata. Trotoar ini tidak hanya menjangkau pusat kawasan pariwisata, tetapi juga menjangkau daerah-daerah penginapan. Sehingga mudah bagi turis, untuk menggunakan trotoar ini untuk mencapai tujuannya.

Perlu juga dicatat, trotoar ini untuk tidak diokupasi oleh pedagang kaki lima, sehingga murni menjadi hak bagi wisatawan yang berjalan kaki. Kalaupun ada pedagang kaki lima, perlu dibuat booth kecil yang tidak memakan tempat begitu banyak, sehingga kenyamanan pejalan kaki masih terjaga.

Jangan lupakan juga dengan hak-hak para penyandang disabilitas, dimana perlu dibuat jalur kuning bagi penyandang disabilitas. Walaupun kita sering melihat betapa lucunya jalur kuning ini, karena dibuat menabrak pohon ataupun dibuat berputar-putar tidak jelas, semoga saja ini tidak terjadi lagi.

Pada jalanan yang dibangun, juga perlu dibangun jalur khusus pesepeda. Sehingga, wisatawan bisa menyewa sepeda atau sepeda listrik untuk menelusuri daerah yang lebih jauh lagi, yang mungkin tidak dapat dijangkau dengan berjalan kaki. Sebagai contoh, saya berkuliah di Surabaya.

Di Surabaya, sedang ada trend baru, dimana beberapa orang mulai menggunakan sepeda listrik. Cara menggunakannya, dengan aplikasi yang dikembangkan platform persewaan sepeda listrik, dimana tarif yang dikenakannya adalah sebesar tiga ribu rupiah per jam pemakaian.

Dengan berkembangnya jalur sepeda, akan mendorong penetrasi penggunaan sepeda di daerah pariwisata. Di sisi lain, pembukaan jalur sepeda juga akan menghidupkan bisnis persewaan sepeda atau sepeda listrik.

Sehingga, dari jalur sepeda yang dibangun, disamping mengurangi polusi juga akan membuka lapangan pekerjaan. Bisa juga dibuat beberapa charging station, dan di dekatnya dibuka tempat khusus menunggu yang nyaman, sembari menikmati makanan kecil dan minuman segar khas daerah.

Selain itu, kenyamanan yang akan menjadi pertimbangan bagi para wisatawan adalah perihal kebersihan. Infrastruktur sampah perlu dibangun. Tidak hanya tong sampah yang memisahkan sampah berdasarkan jenisnya, tetapi juga pengolahan sampah. Entah, sampah itu diolah menjadi kerajinan, ataupun diolah menjadi pupuk ataupun produk-produk lainnya dengan bantuan mikroorganisme.

Sehingga, perlu sinergisasi antara pemerintah terkait, pemodal dan dunia akademis, supaya masalah sampah ini tidak menjadi masalah baru yang timbul di kemudian hari. Karena kawasan pariwisata ini adalah bagian bersama dari bumi kita, sehingga juga menjadi tanggung jawab kita untuk menjaganya.

Masih banyak ide-ide lain yang bisa dituangkan pada pembangunan kawasan pariwisata. Misalnya, kemudahan untuk memperoleh air bersih yang bisa diminum, kawasan khusus rokok yang diharapkan dapat mencegah orang merokok sembarangan, taman yang dapat menjadi kawasan rindang di daerah wisata, kendaraan umum berbasis listrik atau renewable energy yang dikhususkan untuk pelancong bisa mengelilingi daerah pariwisata, dan lain sebagainya.

Kesimpulannya, pariwisata dapat menjadi sumber devisa bagi negara dan membuka banyak lapangan pekerjaan. Namun, orientasi pembangunan kawasan pariwisata perlu diarahkan pada budaya baru.

Di samping pembangunan fisik, juga diperlukan pembangunan sumber daya pariwisata yang mumpuni, dan juga penegakkan regulasi yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Pembangunan pariwisata ini juga perlu bersinergis dengan pihak swasta, sehingga tidak hanya menjadi monopoli pemerintah semata.

Terakhir, adalah tugas kita bersama untuk menjaga bumi kita, sehingga kawasan pariwisata ini juga terjaga.

Hieronimus Adiyoga
Hieronimus Adiyoga
Mahasiswa non aktivis tapi tidak mau apatis.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.