Jumat, April 26, 2024

Orientalisme dan Enigma Budaya Ketimuran

Aldy
Aldy
Mahasiswa S1 Ilmu Politik Universitas Indonesia

Untuk waktu yang lama, budaya ketimuran telah menjadi ungkapan yang begitu familiar. Frasa ini berulang-ulang diucapkan dan kerap kali menjadi acuan ketika terjadi suatu fenomena yang dianggap tidak sesuai dan menyimpang. Budaya ketimuran telah menjadi enigma yang tidak pernah secara pasti terdefinisikan ataupun diperjelas aspek-aspeknya.

Baru-baru ini, pihak manajemen Ancol, Jakarta Utara memutuskan untuk  “menutup” patung putri duyung dengan kemben berwarna emas. Patung putri duyung ini telah lama menjadi suatu ornamen yang ikonik dan diingat wisatawan yang mengunjungi Ancol.

Ketika ditanya alasan dari keputusan tersebut, Pengelola Taman Impian Jaya Ancol menjawab patung yang dibiarkan terbuka di bagian badan tanpa penutup tidak sesuai dengan budaya ketimuran. Istilah ini kembali disebut. Lalu apa sebenarnya budaya ketimuran itu ?

Dikarenakan tak adanya definisi yang pasti tentang budaya ketimuran. Penulis mencoba mengulas diskursus ini menggunakan terminologi yang membahas dunia Timur yakni Orientalisme. Istilah Orientalisme sendiri pertamakali diperkenalkan Edward Said, seorang professor dari Harvard University. Menurut Said, Orientalisme merupakan cara bangsa Barat melihat bangsa Timur.

Said dilahirkan di Palestina. Ayahnya asli Palestina sedangkan Ibunya lahir di Lebanon. Beberapa tahun setelahnya, Said pindah ke Amerika Serikat untuk menempuh studi. Latar belakang Said yang berdarah Timur dan hidup serta tumbuh dewasa di Barat membuatnya memiliki pandangan yang luas terhadap 2 bagian dunia yang saling bertolakbelakang tersebut. Pandangan itu kemudian ia tuangkan dalam sebuah buku fenomenal yang berjudul Orientalism pada tahun 1978.

Alasan Said menulis buku tentang Orientalisme sangat menarik. Sebagai orang berdarah Timur, Said ingin mengetahui bagaimana persepsi yang dimiliki bangsa Barat terhadap bangsa Timur. Ternyata, orang-orang Barat menggambarkan orang-orang Timur dalam citra yang buruk, seperti tidak berpendidikan, suka berfoya-foya suka melakukan tindak kekerasan. Menurut Said sendiri, Orientalisme adalah sebuah konstruksi sejarah yang didasarkan oleh asumsi dan tidak dapat divalidasi kebenarannya.

Said ingin melurskan, bahwa sebenarnya bangsa Timur itu beragam dan memiliki kompleksitas masing-masing. Sehingga tidak bisa digeneralisir dan semerta-merta diberi cap tertentu oleh bangsa Barat.

Dengan mengetahui tentang Orientalisme, kita bisa memahami bahwa penggunaan istilah budaya ketimuran bertujuan agar bangsa Timur  terhindar dari label yang berkonotasi negatif. Penggunaan istilah ini bukan merupakan justifikasi untuk menyalahkan sesuatu yang dianggap tidak sesuai, melainkan sebuah upaya agar bangsa Timur tetap terhormat dan bermartabat.

Aldy
Aldy
Mahasiswa S1 Ilmu Politik Universitas Indonesia
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.