Sabtu, Oktober 5, 2024

Nobel Sastra 1958, Penghargaan Didapat Gulag Mendekat

Ghaniey Arrasyid
Ghaniey Arrasyid
M Ghaniey Al Rasyid | Penulis Lepas dan Pengkliping yang tinggal di Surakarta.

Karya sastra mempersilahkan pembaca untuk memberikan penilaian dibalik kata yang tersusun dari kata ke kata. Begitu juga dengan Dokter Zhivago gubahan Boris Pasternak. Bagi seorang romantis, Dokter Zhivago adalah sebuah keteguhan hati dalam memilih cinta. Sedangkan bagi KGB (Polisi rahasia Soviet), novel itu adalah ancaman bagi terselenggaranya konstelasi penguasa.

Peraih Nobel 1958 dalam bidang sastra adalah Boris Pasternak punya kisah tragis seperti halnya kisah di dalamnya mengenai kisah cinta Yuri Zhivago kepada Lara. Konon Lara di dalam novel adalah pacarnya sendiri bernama Olga Ivinskanya yang akhirnya ia dijebloskan ke dalam neraka Gulag bersama anak perempuannya.

Boris Pasternak, Tempo 21 November 1981

Tempo 21 November 1981 menyingkap tokoh lara yang ada di dalam novel Boris. Boris diburu Soviet setelah novelnya mengguncang dunia kesusastraan. Ia rela membawa racun di dalam sakunya, untuk sewaktu-waku bisa di tenggak bila agen rahasia sovyet (KGB) mengikat lehernya.

Guys De Mallac seorang professor masalah Rusia di Unversitas California, di dalam buku anggitannya Boris Pasternak; His Life and Arts menemukan fakta menarik mengenai salah satu tokoh di dalam novel yang bernama Lara, ternyata adalah pacarnya sendiri. Boris Pasternak yang melarikan diri ke Itali, pacarnya masih singgah di tanah Stalin dan dua kali berhadapan dengan NKVD di neraka Gulag. Boris beberapa kali bertukar surat dan enggan menerima penghargaan lantaran karyanya membuat dirinya kudu berhadapan mencecap derita.

Kisah tragis Boris menggandeng kita untuk menemui buku satu ke buku yang lainnya. Salah satunya ialah The Gulag Archepilago. Buku itu membeberkan guratan warna merah darah dalam sejarah keberjalanan Soviet di bawah naungan Stalin yang tak luput dari penyiksaan, pembunuhan dan pemenjaraan ide.

http://Boris%20Pasternak,%20Tempo%2021%20November%201981

“Djadi kembaliliah saja dan dia bila. Aku tak suka menjarahkan surplus saja pada negara. Kau anak baik.” Dokter Zhivago, Penerbit Djambatan, 236). Semasa Tsar Nikholai dijungkirbalikan oleh gerombolan komunis. Medio 1917-1921, petani-petani harus menyerahkan kepada negara (surplus) yang berupa hasil tani mereka. Penyerahan itu di dikte langsung oleh pasukan yang bersenjata lengkap yang berbaris dengan rapi sembari mengucap internazioanale dan siap membidik siapapun yang membantah.

Pasternak yang hidup di masa Tsar sampai Brezhnev menggambarkan realitas di Soviet dengan jujur. Tak hanya Pasternak saja yang berani menuliskan daya tangkap empiris yang terjadi pada medio Lenin sampai Kruschev. Selanjutnya Alexandre Solzenitsyn dengan The Gulag Archepelago (Fontana, 1974) pun menjabarkan dengan teliti bagaimana ultranasionalis berbaju komunis mengkerangkeng jari-jemarinya.

Solzenitsyn menyebut Boris Pasternak sebanyak dua kali di dalam The Gulag Archepelago. Ia mengutip kumpulan puisi berjudul My Sister and Life anggitan Boris Pasternak (1922). For thirty years I Have nurtured/ My Love for my native land/ And I shall neither expect/ Nor miss your leniency// (Kurang lebih tiga puluh tahun/ Cintaku pada tanah airku/ Aku tak mengharapkan keduanya/ begitu juga tentang harap keringanan hukumanmu//

Getir-getir dibalik guratan puisi Pasternak, memantik rakyat Soviet yang getol untuk berani setapak demi setapak merasakan jadi pesakitan di dalam jeruji dan mencoba merintih sedikit demi sedikit derap herap lepas dari pesakitan politik. Karya tulis apapun khususnya karya sastra harus masuk lembaga sensor yang dimiliki oleh Soviyet. Tak dinyana, lembaga itu digunakan untuk menyeleraskan karya-karya yang sesuai apa yang ada di kepala penguasa.

Penyensoran

Wiratmo Soekito dalam Kesusastraan dan Kekuasaan (Yayasan Arus Jakarta, 1984) menjelaskan bagaiman lembaga sensor di Sovyet untuk karya-karya sastra bisa membuat Boris menderita. Walaupun tak menjelaskan secara intim Boris Pasternak, dalam salah satu esainya yang tersirat dalam buku itu pada Sastra tanpa Kehadiran Sastra, Vasili Aksyonov berani bersuara mengenai organisasinya yang dibawah kendali Stalin waktu itu.

Vasili Aksyonov (1932-2009) adalah seorang anggota Persatuan Pengarang Sovyet cabang Moskwa. Namun di dalam hati kecilnya, ia sesungguhnya menolak penyensoran terhadap karya-karya sastra. Pada suatu ketika setelah munculnya pelbagai karya seperti gubahan Doestevksy, Gorky, dsb, karya-karya sastra harus masuk dulu ke satuan pengarang itu untuk dikoreksi.

Penulis akan diajak berbincang seperti diskusi kecil menyangkut karya yang akan diterbitkan. Karya-karya itu tak boleh bersikap pesimis. Karya itu harus riang mengusung tema perjuangan seumur hidup. Karya-karya seperti Metamorfosis gubahan Kafka misalnya, akan ditolak lantaran karya tersebut tak mencerminkan kenyataan. Begitu kiranya tanggapan George Lukacs seniman berhaluan Neo Marxis dalam Konferensi Kalfa di Cekoslovakia (1962) yang mengkriti beberapa karya Kafka antara lain; Der Prozess (Pemeriksaan Perkara) atau Das Schloss (Istana Mungil).

Pembuatan lembaga penyensoran disengaja untuk mengontrol produksi pengetahuan yang tak jauh dari konsepsi realisme sosialis. Meminjam Terry Ealeton (2002) Marx dan Engels yang meneruskan tradisi filsafat dialektika yang dikembangkan oleh Hegel, nyatanya mereka tidak memiliki aliran atau sebuah teori yang menyigi mengenai seni, apalagi melahirkan suatu aliran tertentu.

Konsep Estetika di dalam Marxis banyak dipikirkan dan dihasilkan oleh para pemikir setelah Marx –Neo Marxis. Adalah George Lucacs dan seniman lainnya seperti Maxim Gorky. Teori-teori munculnya konsep realisme sosial ini memang memiliki banyak versi. Lain hal nya dengan Wiratmo Soekito. Menurut Wiratmo narasi Realisme Sosial itu baru muncul oleh Leonid Breznev ketika diketemukan dalam Brezhnev: A Short Biography (1977).

Syahdan, karya sastra milik Boris Pasternak itu, merawat ingatan untuk masa depan atas peristiwa yang menimpi dirinya dan masyarakat Rusia. Tak hanya masyarakat Rusia, realitas yang ditulisakan itu juga sebagai suatu renungan atas realitas yang dihadapi penulisnya agar dapat terbaca dari ruang-ruang manapun.

Ghaniey Arrasyid
Ghaniey Arrasyid
M Ghaniey Al Rasyid | Penulis Lepas dan Pengkliping yang tinggal di Surakarta.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.