Kapulaga merupakan salah satu komoditas rempah bernilai tinggi yang berpotensi besar dalam ekspor Indonesia. Dengan permintaan global yang terus meningkat, kapulaga tidak hanya menjadi sumber pendapatan yang menjanjikan bagi petani, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia di pasar rempah dunia.
Di sisi lain, manfaat kesehatan yang luas semakin meningkatkan daya tarik kapulaga di berbagai industri. Oleh karena itu, pengembangan budidaya kapulaga serta peningkatan kualitas dan volume ekspor menjadi langkah strategis dalam memperkuat daya saing rempah-rempah Indonesia di pasar global.
Budidaya kapulaga semakin menjanjikan sebagai peluang bisnis di sektor pertanian. Saat ini, kapulaga termasuk dalam jajaran rempah-rempah termahal di dunia setelah vanili dan saffron. Namun, jumlah petani atau pengusaha yang membudidayakan kapulaga masih relatif sedikit.
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (dulu Balittro), yang kini menjadi BSIP Troa di bawah koordinasi Pusat Standarisasi Instrumen Perkebunan, Kementan, telah menerbitkan beberapa buku panduan budidaya kapulaga untuk membantu petani meningkatkan hasil produksi.
Manfaat Kesehatan Kapulaga
Kapulaga tidak hanya berharga dari sisi ekonomi, tetapi juga kaya akan manfaat kesehatan. Rempah ini telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional dan modern karena kandungan aktifnya yang beragam. Salah satu manfaat utama kapulaga adalah menjaga kesehatan pencernaan. Senyawa dalam kapulaga mampu merangsang produksi enzim pencernaan, mengurangi perut kembung, serta meredakan gangguan seperti maag dan sembelit.
Kapulaga juga dikenal memiliki efek positif terhadap tekanan darah. Kandungan antioksidan dan sifat diuretiknya membantu menurunkan tekanan darah, menjadikannya bermanfaat bagi penderita hipertensi. Selain itu, senyawa antioksidan dalam kapulaga mampu melindungi tubuh dari radikal bebas, mengurangi peradangan, serta meningkatkan daya tahan tubuh, yang berkontribusi pada pencegahan penyakit kronis.
Dalam hal kesehatan jantung, kapulaga diketahui mampu menurunkan kadar kolesterol dan melancarkan sirkulasi darah, yang berkontribusi pada kesehatan jantung yang lebih baik. Rempah ini juga memiliki sifat ekspektoran yang membantu melegakan saluran pernapasan, sehingga bermanfaat bagi penderita batuk dan asma.
Tak hanya bagi kesehatan fisik, kapulaga juga bermanfaat bagi kesehatan mental. Aromanya yang khas memiliki efek menenangkan yang dapat mengurangi stres, kecemasan, serta meningkatkan fokus. Selain itu, sifat antibakterinya efektif dalam menjaga kesehatan mulut, mengurangi bau tidak sedap, serta melindungi gigi dan gusi dari bakteri.
Manfaat Ekonomi dan Ekspor
Indonesia merupakan salah satu produsen utama kapulaga di dunia, bersanding dengan India, Guatemala, dan Sri Lanka. Berdasarkan data historis FAO, pada tahun 2024, total produksi kapulaga dunia diperkirakan mencapai lebih dari 60.000 ton, dengan Guatemala sebagai negara eksportir terbesar. Indonesia sendiri menyumbang sekitar 15-20% dari total produksi global.
Indikasi peningkatan ekspor kapulaga Indonesia pada tahun 2024 terlihat dari berbagai laporan. Pada Februari 2024, Kementerian Pertanian melepas ekspor sekitar 25 ton kapulaga putih ke Tiongkok dengan nilai mencapai Rp1,5 miliar. Selain itu, dalam acara Gemar Rempah Nusantara 2024 pada Agustus 2024, Menteri Perdagangan menyatakan bahwa Indonesia masuk dalam sepuluh besar negara pengekspor rempah dunia dengan pangsa pasar 2,7%.
Secara keseluruhan, ekspor rempah-rempah Indonesia menunjukkan tren positif. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa selama periode Januari–November 2023, volume ekspor rempah-rempah Indonesia mencapai 148,22 ribu ton, meningkat 29,77% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. BPS melaporkan bahwa pada tahun 2023, nilai ekspor kapulaga diperkirakan mencapai lebih dari USD 50 juta atau sekitar Rp780 miliar, dengan negara tujuan utama meliputi India, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Pakistan, dan beberapa negara Eropa. Pasar global kapulaga terus berkembang seiring dengan meningkatnya permintaan dari industri makanan, farmasi, dan kosmetik. Harga kapulaga di pasar internasional juga tergolong tinggi, berkisar antara Rp390.000–Rp780.000 per kilogram tergantung pada kualitasnya, menjadikannya komoditas bernilai ekonomi tinggi.
Budidaya dan Peluang Pengembangan
Dalam budidaya kapulaga, ada tiga faktor utama yang harus diperhatikan: pemilihan benih unggul, teknik budidaya yang tepat, dan proses pascapanen yang baik. Penyiapan lahan yang optimal juga menjadi faktor krusial, terutama dalam menjaga struktur tanah dan mengurangi risiko erosi. Kapulaga sangat sensitif terhadap genangan air karena dapat menyebabkan pembusukan pada bunga yang akan tumbuh di sekitar tanaman.
Tanaman kapulaga memerlukan naungan sekitar 30% untuk mendukung pertumbuhannya. Tanaman seperti pisang, albasia, mahoni, manggis, dan karet dapat dijadikan sebagai tanaman pelindung. Kapulaga juga membutuhkan kondisi lingkungan yang sesuai, yaitu lahan dengan ketinggian 300-800 meter di atas permukaan laut dan suhu berkisar antara 20-30 derajat Celcius. Panen pertama kapulaga dapat dilakukan ketika tanaman berumur tujuh bulan, dan panen berkelanjutan bisa dilakukan hingga tanaman mencapai usia produktif maksimal, yaitu lima hingga enam tahun.
Keuntungan budidaya kapulaga telah dirasakan oleh banyak petani dan pelaku usaha. Pada tahun 2023, harga kapulaga sempat mencapai Rp 340.000 per kilogram, menjadikannya komoditas pertanian yang menguntungkan. Dengan modal awal sekitar Rp 38 juta per hektar, panen basah sebanyak 10.000 kg dapat menghasilkan pendapatan sekitar Rp 100 juta, sementara panen kering dengan harga Rp 90 ribu per kilogram dapat memberikan keuntungan kotor hingga Rp 225 juta.
Selain memiliki nilai ekonomi tinggi, kapulaga juga dapat ditanam secara tumpang sari dengan tanaman lain, sehingga tidak mengganggu ekosistem pertanian yang sudah ada. Keberlanjutan panen dalam jangka panjang menjadikannya pilihan yang menarik bagi para petani dan pelaku usaha agribisnis.