“Kuliah hari ini saya berikan beberapa pertanyaan tentang mata kuliah kita, kalian jawab dan dikumpulkan 1 jam dari sekarang”
“Ting tong” sebuah notifikasi muncul di handphone dikala sedang leyeh-leyeh disiang hari menjelang sore, rupanya salah satu dosen mengirim beberapa pesan terkait mata kuliah yang diampunya”. Aku yang terlalu asik berleyeh-leyeh juga lupa bahwa dijam dan hari itu ada mata kuliah, maklumlah karena efek pandemi ini semua jadwal jadi tidak tertata dengan rapi.
Setelah mendapat pesan tersebut aku bergegas menghidupkan laptop dan mencari beberapa rujukan di internet. Sialnya laptop pottato milikku—yang telah terisi banyak file dan aplikasi—ketika digunakan untuk membuka browser dan jendela yang amat banyak justru nge-hang. Hal itu lantas menghasilkan gerutu dibenakku kepada laptop potatto yang hanya diam. Dia—laptop potattoku—tidak meresponku sebab tulisan dilayar “not responding”, pantas saja dia tidak merespon gerutuku.
Akhirnya tanpa menunggu laptop merespon gerutuku, kumatikan saja laptop pottatoku secara paksa dengan menekan tombol power agak lama. Setelah terestart akhirnya kubuka kembali jendela browser, yah dari mulai awal nge-hang sampai terestart kembali butuh waktu 30 menit. Jadi tinggal 30 menit lagi sisa waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan rapid question dari salah satu dosen di waktu siang menjelang sore kala itu.
Aku menyiasatinya dengan hanya membuka beberapa jendela saja dan menutup beberapa aplikasi yang membuat kinerja laptop pottatoku menjadi lamban. Juga kumatikan musik yang selalu setia menemaniku dikala tugas yang tak kenal waktu itu datang. Akhirnya setelah bergulat dengan laptop pottatoku akhirnya selesai juga rapid question yang diberikan dosen kala itu. Beruntungnya ini hanya sekedar pertanyaan brainstorming dan bukannya ujian akhir atau lain sebagainya. “Semoga tidak terlalu berdampak besar terhadap nilai akhir” begitulah kataku ketika dimenit-menit krusial atau menit akhir mengirimkan rapid question ini.
Kentang dan potatto adalah pengistilahan yang saya berikan, maknanya sama dengan es teh dan ice tea. Es teh dijual Rp 2500 sedangkan ice tea dijual 5.000 rupiah meskipun rasa dan kualitasnya sebenarnya sama. Nah begitupun kentang dan potatto yang saya istilahkan pada dua barang milik saya yakni handphone dan laptop, keduanya sebenarnya sama, tidak ada bedanya. Fitur handphone kentang yang sederhana dan begitupun laptop yang juga sederhana. Namun kata pepatah selalu ada kemewahan dalam setiap kesederhanaan, barangkali itu kata yang cocok digunakan dalam gerutu ketika tidak kunjung direspon “not responding” oleh laptop dan handphone milik saya.
Laptop dan handphone bagi mahasiswa dikala pandemi ini adalah piranti yang sangat mendukung proses perkuliahan. Mereka menemani hidup kita 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu. Ibarat Arjuna dalam pewayangan yang mengandalkan panah sebagai senjata utama, mahasiswa pun memiliki senjata utama dikala Study From Home selanjutnya disebut SFH, yakni laptop dan handphone. Piranti tersebut digunakan para mahasiswa untuk bergelut melawan tugas yang tak kenal waktu dikala SFH ini.
Kendati demikian dikala semuanya serba online seperti sekarang ini ada juga mahasiswa yang memiliki nasib handphone kentang dan laptop potatto. Mereka perlu memiliki strategi yang jitu dikala semuanya serba online ini, hal ini perlu dilakukan karena ada sebuah pepatah yang berbunyi ”Sebab menyerah bukanlah sebuah pilihan”. Mahasiswa bernasib handphone kentang dan laptop tidak menyerah dengan kata “not responding” yang tertulis dilayar laptop ataupun handphone yang nge-hang.
Di masa SFH ini kegiatan perkuliahan di seluruh kampus di indonesia berdasarkan arahan Mas Menteri Nadiem Makarim dilaksanakan hingga akhir tahun. Kesabaran dan kewarasan mahasiswa ber-handphone kentang dan ber-laptop potatto sangat diuji untuk setidaknya beberapa bulan ke depan.
Bagi mereka yang ber-handphone kentang dan berlaptop potatto bisa menyiasati beberapa langkah, pertama dianjurkan untuk menghapus data-data aplikasi maupun file besar yang memakan kinerja handphone maupun laptop sehingga kinerjanya terhambat, sekiranya yang tidak terlalu dibutuhkan lebih baik dihapus saja, hal ini akan mengurangi kinerja dari aplikasi yang beroperasi secara bersamaan.
Kedua, dianjurkan untuk merestart laptop ataupun handphone sesuai kondisi awal pabrik, hal ini dimaksudkan agar kinerja handphone dan laptop kita sama seperti pertama kali membelinya. Namun yang perlu diperhatikan dari restart kondisi awal pabrik adalah jangan lupa untuk backup data. Jangan sampai handphone dan laptop kita kinerjanya lancar namun data-data penting perkuliahan lenyap semuanya, percuma saja kalo begitu.
Dan yang ketiga, siasat yang dapat dilakukan adalah membeli eksternal hardisk di toko perangkat pendukung laptop atau handphone yang menjualnya. Eksternal hardisk adalah langkah untuk menyiasati handphone kentang dan laptop potatto, caranya dengan memindahkan file-file dan aplikasi raksasa ke hardisk eksternal.
Tujuannya agar handphone kentang dan laptop potatto tetap berjalan dengan kinerja yang baik, sebab file-file dan aplikasi raksasa yang menganggu kinerja telah kita pindahkan ke eksternal hardisk. Cara terakhir ini hanya diperuntukkan bagi mereka yang memiliki sedikit tabungan untuk membeli eksternal disk sebagai cara menyiasati handphone kentang dan laptop potatto. Jika tabungan sedang tidak mendukung lebih baik lupakan siasat ketiga ini, dan gunakan siasat yang pertama dan kedua.
Mahasiswa bernasib handphone kentang dan laptop potatto perlu bertahan untuk setidaknya beberapa bulan ke depan dimasa pandemi ini. Ada beberapa siasat yang perlu dilakukan mereka untuk setidaknya mengakali agar di saat SFH ini semuanya berjalan dengan baik. Akhirnya keuletan dan kegigihan mereka—mahasiswa bernasib handphone kentang dan laptop potatto—lebih dari orang-orang berprivillese yang memiliki handphone dan laptop super canggih, sebab mahasiswa bernasib handphone kentang dan laptop potatto terbiasa menjalankan siasat meskipun juga disertai gerutu.