Kamis, Maret 28, 2024

Negeri “Liga Settingan”

Alfian Aulia
Alfian Aulia
Anthropologi Budaya Universitas Gadjah Mada!|111 Ciento33Onz 2Ø13 & Swable 112Ø16

Sebagai penikmat bola khususnya zona lokal, saya sangat gembira sekali melihat begitu tinggi tingkat animo suporter Indonesia. Bahkan, dalam skala liga nusantara saja para klub mempunyai basis suporter yang militan, sehingga tidak sedikit yang mempunyai anthem kebanggaan. Dari segi media sosial, masing-masing klub dari berbagai kasta liga pun mempunyai follower yang tidak sedikit.

Akan tetapi, apakah cukup dengan hal itu? Bagaimana dengan wawasan sepak bola para suporter kita ini? Apakah mereka cukup pintar dalam melihat fenomena provokasi dari suporter musuh atau bahkan dari orang-orang penting PSSI hingga manajamen tim?

Mungkin alangkah baik nya izinkan saya untuk memberikan sedikit wedangan kata-kata agar semua suporter Indonesia ini bisa aktif memberikan pendapat mereka secara positif dan lebih mengena, dibandingkan hanya berkomentar hal buruk di kolom komentar sosial media.

Kali ini saya akan menggosipkan beberapa isu terkait “liga settingan” dan juga “mafia sepakbola” yang kerap tenar sekali di sosial media, ya walaupun tenarnya baru sebulanan ini saja sih hehe. Liga settingan menurut pribadi saya adalah liga yang sudah diatur sedemikian rupa oleh para mafia sepakbola.

Isu ini mulai terdengar disaat ada nya kejanggalan dalam Madura FC vs PSS Sleman, Timnas kalah di ajang AFF dan segala macam kejanggalan lain nya sehingga di angkat oleh acara Mata Najwa yang membahas “PSSI BISA APA?” Di acara tersebut terdapat beberapa poin, yakni:

1. Kinerja PSSI yang tidak becus,

2. Exco/Komite Eksekutif PSSI yang terlibat skandal pengaturan skor.

Dua poin ini memberikan bukti bahwasanya PSSI seperti bermain kucing dengan masyarakat kita. Tidak terlalu detail dan pintar memilih urgensi yang harus di kerjakan. Saya juga tidak bisa begitu saja menyalahkan PSSI karna ada beberapa aspek misalnya terkait regenerasi dan persiapan lisensi pelatih yang mereka urus secara gemilang mereka laksanakan.

Mungkin para pecinta sepak bola ini sudah sangat tahu, bahwa penyakit mafia ini sudah lama terjadi. Menurut Kepala Bidang Penanganan Kasus Lembaga Bantuan Hukum Jakarta M. Isnur kasus pengaturan skor di Indonesia mulai terbaca sejak tahun 2000.

Jika memang sudah lama terjadi mengapa sangat alot proses penanganan mafia ini? Saya akan memberikan beberapa opini yang membuat proses ini sangat alot.

Yang pertama yaitu adanya sistem ranking dalam sepakbola. Hal ini bisa saya katakan, karena saya mengingat teman yang pernah main taruhan sepakbola. “Ketika tim yang dijagokan banyak yang masang taruhannya, kita pilih yang gak dijagokan. Soalnya bandar pasti akan menang banyak kalo tim yang dijagokan ini kalah”.

Nah, lalu apa hubungannya dengan sistem ranking? Sistem ini lah yang membuat tim yang unggul akan terus unggul dan yang lemah akan terus lemah. Bukankah menarik jika dalam suatu pertaruhan, tim yang unggul dan otomatis akan banyak yang memegang tim ini akan kalah dengan tim yang lemah? Namun, permasalahan muncul kembali karna dari beberapa fakta bisa saja kebalikan dari contoh yang saya sebutkan. Hal seperti ini lah yang membuat proses penanganan begitu alot, karena sulit nya menebak tim mana yang sudah terkena virus mafia.

Yang kedua adalah pihak asing yang sangat bersih. Hal ini juga menjadi faktor penting, karna web-web taruhan bola ini terbukti memegang orang-orang penting pengurus sepak bola di Indonesia. Bagaimana bisa mereka bersih? Karna dalam web ini nama pemilik tersamarkan dan juga bersifat anonim, karna belum tentu hanya satu orang atau memang hanya satu orang yang memegang web ini.

Dibalik itu semua, pihak asing ini memegang uang yang bukan lagi bermain di angka Rupiah, namun sudah Euro. Orang-orang yang dipegang ini pasti tidak akan bisa menolak karna ada keterkaitan dengan poin yang pertama tadi. Orang yang memiliki tim lemah dan ingin naik kasta atau tim unggulan yang tidak mau tim nya mengalami kemerosotan. Dalam hal ini peran PSSI sangatlah vital, karna edukasi dan juga pemberian jaminan bermain di liga Indonesia harus relevan dan adil demi mencegah orang-orang yang terjerat mafia ini.

Kedua poin ini saya rasa sudah cukup untuk memberikan alasan mengapa proses penanganan mafia ini alot. Kemudian, apa yang bisa di tawarkan dalam membenahi dunia sepak bola negeri ini?

Saya punya beberapa solusi terkait pemberentasan mafia negeri ini. yang pertama adalah pembenahan pemilihan pimpinan PSSI. Mungkin ini terdengar basi, karna memang sudah lama permasalahan keluar dan solusinya pergantian pimpiman.

Namun, yang saya maksud adalah pimpinan ini yang benar-benar mengerti dunia pesepak bola atau mungkin mantan pelatih bisa juga mantan pemain lokal. Mengapa hal ini menjadi poin saya yang pertama? Karna pemimpin yang paham dengan apa yang dipimpin menjadikan pemimpin ini visioner dan mempunyai strategi yang matang dalam menjalakan program kerjanya.

Yang kedua adalah pencerdasan sekaligus mengadakan program kolaboratif terhadap semua pimpinan klub di semua kasta liga. Mengapa hal demikian harus dilakukan? Karna dalam melakukan sebuah kompetisi, pasti ada intervensi dari pihak manapun agar timnya menjadi juara.

Pencerdasan ini penting agar semua pempimpin klub ini tahu betul definisi kompetisi yang sehat dan program kolaboratif ini contohnya adalah seperti memberikan jaminan kepada klub yang ikut dalam kompetisi, agar kekhawatiran klub yang memang tidak terlalu bagus manajemannya bisa diselamatkan karna program dan pencerdasaan ini.

Yang ketiga pencerdasan juga kepada suporter. Hal ini penting karena, jika suporternya cerdas pasti kritik-kritik yang kritis pun akan didapatkan. Bagaimana caranya? Bentuk tim khusus dalam penanganan suporter. Hal yang bisa di lakukan seperti membuat workshop dan juga dengan propaganda-propaganda yang membangun. Pencerdasan di awal bisa dilakukan terhadap pimpinan suporter dan selanjutnya bisa dikawal lagi oleh tim khusus ini ke kelompok yang lebih mikro.

Ketiga poin ini sangat penting karna terkait pemimpin federasi, pemimpin klub, dan juga Suporter. Karna ketiga elemen ini menurut saya seperti tiangnya sepak bola. Dari beberapa pemahaman saya terkait kasus “liga settingan” ini adalah bentuk dari rasa apresiasi saya kepada pemain yang harusnya sangat-sangat tidak boleh di intervensi oleh kita sebagai suporter.

Sebagai suporter yang bangga akan timnya bukan berarti harus membemci tim musubmya bukan? Karna dari kasus tersebut terjadi kasus saling serang menyerang lewat sosial media yang seharusnya bisa kita maksimalkan di tulisan yang kritis terhadap federasi yang menjalankan kompetisi ini, bukan ke klub apalagi pemain nya.

Dari kasus ini juga jangan sampai dijadikan alasan dalam permusuhan, karna menurut saya longgarnya dan minimnya komunikasi federasi terhadap kita suporter dan juga klub menjadi kan titik awal permasalah dan apakah pantas jika kita menyalahkan yang bawah tapi atasannya tidak?

Alfian Aulia
Alfian Aulia
Anthropologi Budaya Universitas Gadjah Mada!|111 Ciento33Onz 2Ø13 & Swable 112Ø16
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.