Jumat, Maret 29, 2024

Negara Sontoloyo dan Revolusi Mental

Indah Haryani
Indah Haryani
A traveler of life

“Ini saya kira bukan jamannya lagi menggunakan kampanye politik adu domba, politik pecah belah, politik kebencian. Jaman sekarang sudah politik adu program, kontestasi program, adu gagasan, adu ide, adu prestasi, adu rekam jejak. Kalau masih pakai cara-cara lama, itu namanya politik sontoloyo” ujar Jokowi dalam wawancara media seusai membuka Trade Expo Indonesia di ICE BSD, Tangerang Selatan.

Pernyataan Presiden tersebut memang sangat menarik untuk disimak dan dicermati, khususnya terkait dengan pesan moral yang ingin disampaikan. Fenomena yang terjadi dalam dunia perpolitikan saat ini memang seringkali mengarah kepada isu-isu non fundamental, seperti perilaku nyinyir, penggunaan isu SARA, serta penyebaran fitnah dan hoax, mulai dari rumah kardus hingga muka plastik.

Ungkapan “politik sontoloyo” yang terucap dari Presiden Jokowi merupakan suatu reaksi yang spontan akibat perkembangan perpolitikan di Indonesia yang cenderung semakin kurang kondusif. Kondisi ini bisa jadi disebabkan oleh permasalahan krisis karakter di masyarakat  sehingga mudah untuk diprovokasi.

Atas dasar itulah, Jokowi mengingatkan kita semua agar tidak larut dalam perseteruan atau konflik yang tidak produktif dan tidak memiliki manfaat sama sekali bagi kehidupan berbangsa. Perilaku politik kita seharusnya lebih menyentuh isu fundamental dan lebih produktif atau bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.

Berikan program kebijakan apa yang paling efektif untuk mengatasi isu kemiskinan atau bombardir program-program ketimpangan ekonomi. Hal seperti ini yang seharusnya dibiasakan oleh para politisi kita untuk diperdebatkan dan didiskusikan, sehingga akan melahirkan sebuah ide dan gagasan yang lebih genuine dan terukur untuk mengatasi permasalahan yang sering muncul di Indonesia.

Mengarahkan dan membawa suatu negara dengan menanamkan karakter dalam kemajemukan pada masyarakatnya sepertinya memang sangat penting, sehingga diharapkan dapat menekan perpecahan yang sangat rentan terjadi.

Harus diakui bahwa negara ini sedang berproses untuk menorehkan capaian positif pada perubahan cara pikir dan cara kerja yang alurnya akan membawa perubahan pada cara hidup berbangsa. Perhelatan Asian Games dan Asian Para Games contohnya, yang kemudian kita rayakan bersama dengan rasa bangga.

Terasa betul bagaimana kemudian ajang olahraga itu menyatukan perbedaan, etnis, umur, bahkan pandangan politik. Di sini kita bisa lihat ada pilar-pilar integritas, etos kerja, dan gotong royong, semangat kebersamaan untuk menorehkan prestasi. Hal-hal inilah yang kemudian digunakan sebagai lokomotif perubahan menuju Indonesia yang lebih baik.

Ajang olahraga internasional yang dihadiri oleh negara-negara di Kawasan Asia tersebut telah menghasilkan triliunan rupiah bagi ekonomi. Capaian yang nyata dan terukur seperti ini perlu terus menjadi standar keberhasilan dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh suatu negara.

Tapi yang kemudian tak disadari oleh masyarakat adalah wujud kesatuan dan berkembangnya nilai moralitas publik. Nilai-nilai rasa yang merupakan produk dari budaya dengan sistem nilai yang berlaku dan terbangun sejak lama sehingga dapat diterima lingkungan masyarakat dan akhirnya terimplementasikan. Bagaimanapun juga, arahnya tentu saja agar dapat memberi pengaruh pada potensi konflik dan prasangka antar kelompok masyarakat semakin berkurang, dan tak kalah penting mencegah radikalisme tentunya.

Lalu yang juga bisa secara bersama kita rasakan adalah perubahan-perubahan dalam proses birokrasi, inovasi pelayanan publik, gerakan bersih sanitasi publik, gerakan masyarakat sehat, gerakan sekolah bersih dan bebas intimidasi, pengurangan sampah plastik, serta peningkatan rasio kewirausahaan.

Terkait dengan tingkat rasio kewirausahaan, terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari sebesar 1,65 persen di tahun 2014, meningkat 2 kali lipat (3,1 persen) di tahun 2016. Angka ini diproyeksikan akan terus meningkat hingga 5 persen di akhir tahun 2018. Hal ini memberikan sinyal positif bagi berkembangnya jiwa kewirausahaan masyarakat di tengah upaya pemerintah dalam mendorong sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Kondisi ini telah menjadi bukti nyata sekaligus sebagai tonggak dimulainya suatu perubahan ke arah yang lebih baik dalam fondasi revolusi mental.

Proses penyembuhan luka dalam krisis karakter negara ini sesungguhnya mulai menunjukkan perkembangan ke arah perbaikan. Meskipun masih ada luka-luka di beberapa tempat yang belum tertangani, itu hanya masalah waktu.

Karena pada akhirnya, masyarakat kita sudah mulai memahami tujuan bersama dan mampu menghasilkan generasi unggul untuk menuju Indonesia maju dengan gerakan perubahan dan mental-mental yang ter-revolusi. Jadi, pesan bagi para politikus yang sedang sangat ingin menjadi wali masyarakat dalam kemajuan bangsa,  keluarkan narasi dan program-program membangun untuk negaramu dan buang kesontoloyoanmu!

Indah Haryani
Indah Haryani
A traveler of life
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.