Jumat, Maret 29, 2024

Narasi Filantropi, Kegagalan Pesan Kemanusiaan Era Digital

HudaAmmahdi
HudaAmmahdi
Founder wewarah.ID dan peminat kajian pemberdayaan masyarakat dan kemanusiaan.

Munculnya kesadaran berbuat kebaikan memang tidak terlepas dari sebuah doktrin keagamaan yang sejatinya adalah pondasi awal kehidupan. Sebagaimana agama memberikan pemahaman jika sesorang dituntut untuk berperilaku sebaik-baiknya manusia. Selain ibadah kepada Tuhan sang pencipta, cara termudah adalah merelakan nafsu untuk hidup individualis dan mencapai kebahagiaan personal demi berbagi kebahagiaan dengan sesorang lain yang membutuhkan.

Era digitalisasi mengubah konsep kedermawaan manusia dalam berbuat kebaikan.  Secara instan masyarakat sudah disajikan dengan sebuah platform digital untuk memahami persoalah-persoalan yang di hadapi bangsa ini.  Salah satunya persoalan tersebut yaitu adalah kemisikan, yang sangat relevan untuk diproduksi dalam meningkatkan kesadaran empati.

Kita semua mengetahui bahwa sangat banyak sekali platform digital untuk menggalang kedermawanan. Dalam konsep digital, media sosial menjadi alat penting penyebaran informasi  saat ini. Tidak sekedar untuk tools penjualan produk kebutuhan keseharian akan tetapi dalam penyampaian narasi filantropis pun, media sosial sebagai instrument utama sebuah pesan gerakan-gerakan sosial terdistribusikan dengan massif.

Sayangnya, pemanfaatan secara positif media sosial untuk mendistribusikan informasi kebaikan, terkadang menjadi boomerang bagi seseorang terhadap kesadaran kritis atas memahami secara mendalam persoalan di lingkungan terdekatnya.

Selain sebagai penghambat kesadaran kemanusiaan yang lebih kritis. Kita semua juga mengalami terkadang di media sosial  dengan tiba-tibanya terpapar sebuah postingan konten kemanusiaan dari  macam-macam program penyelenggara sebuah komunitas atau lembaga kemanusiaan.

Itu pun tidak secara organik menjangkau banyak akun media sosial, melainkan konten tersebut memanfaatkan sebuah strategi periklanan dengan memanfaatkan sebuah sistem yang dimiliki platform digital tersebut. Yang familiar disebut ialah Facebook dan Instagram ads. Hal itu dilakukan agar pesan tersampaikan secara masif dan tujuannya adalah agar pesan kemanusiaan menjadi perbincangan menarik terkait isu sosial yang ditawarkan.

Jika menggunakan sistem ads tersebut tentunya akan dikenakan biaya ads yang pada dasarnya membutuhkan biaya cukup lumayan besar. Bagaimanakah pertimbangan penggunaan jasa iklan digital tersebut untuk menggalang kedermawaan dalam membantu saudara yang membutuhkan, jika pemanfaatannya pun mengeluarkan biaya?

Karena hal ini sangat berbeda dengan sebuah perusahaan yang memasarkan sebuah produknya agar bisa terjual dengan laris dan memperoleh banyak keuntungan serta bisa mengembalikan dana iklan yang telah dikeluarkan. Tentunya akan sangat sia-sia jika pemanfaatan sistem ads media sosial dengan mengeluarkan biaya yang cukup besar akan tetapi secara perolehan kedermawanan tidak cukup massif.

Seandainya kesia-siaan itu benar dialami, apakah akan terjadi implementasi kebaikan dalam pengentasan kemisikinan jika dalam campaign kemanusiaan saja sudah gagal ? Menurut pandangan penulis, pasti akan ada penundaan dalam proses pengentasan masalah tersebut dan itu sama saja akan menambah sebuah masalah baru dalam tubuh penyelenggara komunitas atau lembaga kemanusiaan.

Empati berdasarkan Trend Kemanusiaan

Kemanusiaan yang sejatinya cukup komprehensif mengalami keterputusan perhatian dikarenakan terlalu meyudutkan suatu isu sosial yang terpublish di media secara masif. Ujungnya ialah isu sosial yang semakin marak dan ramai diperbicarakan di digital menjadi booming. Dampaknya yaitu empati sesorang diarahkan kedalam perhatian satu persoalan kemanusiaan.

Kondisi seperti itu menyebabkan efek jangka panjang bagaimana sesorang dalam melihat persoalan kemanusiaan hanya berdasarkan apa yang tersaji atau ter-framing di media sosial maupun elektronik. Sehingga empati bisa jadi tergerakkan untuk muncul dari hati sesorang karena suatu moment tertentu bukan atas dasar sebenar-benarnya nurani manusia.

Inilah yang penulis maksud, jika kemanusiaan di era digital terlalu menyudutkan suatu isu sosial tertentu sehingga akan melupakan isu-isu kemanusiaan yang lainnya. Meskipun kemampuan obejktivitas seseorang dalam memahami sosial itu harus ada akan tetapi harapan dari kemanusiaan muncul karena dasar pemikiran subjektifitas berdasarkan pengalaman-pengalaman pengamatan sosial dan ruhaniyah masing-masing individual.

Apresiasi Perkembangan Digital

Dari pemaparan diatas yang membahas mengenai dampak perkembangan digital dalam produksi pesan kemanusiaan yang mengalami suatu keterputusan makna dalam melihat kemanusiaan secara menyeluruh tentunya ini adalah opini subjektivitas penulis.

Hal lain yang perlu diapresiasi terhadap pemanfaatan perkembangan digital dalam menggerakkan kesadaran sosial ialah digital memberikan jawaban alternatife untuk masyarakat dalam melakukan kebaikan. Selain itu perkembangan perusahaan digital dengan platform tertentu memberikan peluang kerja kepada masyarakat. Sehingga menekan angka pengangguran yang notabennya juga persoalan bangsa ini.

HudaAmmahdi
HudaAmmahdi
Founder wewarah.ID dan peminat kajian pemberdayaan masyarakat dan kemanusiaan.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.