Jumat, Maret 29, 2024

Mural dan Pesan Kebobrokan Human Security Kita

Hendy Setiawan
Hendy Setiawan
Mahasiswa Departemen Politik Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada

Sudah lama mural dilihat sebagai bagian dari demokrasi jalanan. Demokrasi yang semestinya tumbuh pada jalur dan ruang yang kondusif. Namun mural sebagai seni tetap tumbuh di jalanan sebagai kritik sosial dan ekspresi perasaan yang tersumbat. Menjamurnya mural di ruang-ruang publik adalah bentuk ekspresi warga yang tidak tersalurkan dan hanya sayup-sayup didengar oleh penguasa.

Tidak sedikit dan mungkin banyak penguasa yang sangat sinis atas mural. Namun tahukah, bahwa mural membawa pesan yang mendalam bagi demokrasi dan human security? Banyak yang tidak tahu menahu soal ini. Mural tidak hanya bicara pada seni coret-mecoret di tembok jalanan. Namun ia membawa pesan yang penuh makna dengan ragam sajian di ruang publik. Maraknya mural yang dibuat di ruang-ruang publik akhir-akhir ini membuat negara semakin gelisah. Nampaknya negara mulai phobia terhadap mural yang terpajang rapi diberbagai tempat.

Begitu takutnya negara terhadap mural, aparat militer seperti polisi dan Satpol PP dikerahkan untuk menghapus seni visual jalanan tersebut bahkan memburu muralis yang mengekspresikan dirinya di ruang publik. Pada tahap seperti ini nampaknya hanya terfokus dalam masalah Covid-19 dan lupa bagaimana merawat demokrasi dan human security di negara ini. Tindakan represif negara dalam situasi pandemi ini telah menciderai nilai-nilai demokrasi dan juga mengingkari human security kita. Bukankah mural menjadi bagian dari cara kita untuk merawat nalar dalam berdemokrasi? Apalak mural juga tidak diakui sebagai representasi atas kebebasan berkespresi dan berpendapat dalam negara yang mengeklaim demokrasi?

Mural menjadi bagian dari isu politik keamanan yang penting dalam demokrasi. Laporan dari UNDP tahun 1994 menekankan jika human security telah menjadi bagian dari isu keamanan. Ada pergeseran makna di mana keamanan tidak lagi hanya pada masalah militeristik, namun sudah masuk pada ranah-ranah non tradisional. Hari ini orang dikatakan aman bukan karena mereka aman dari perang, agresi, atau terror dari negara lain.

Namun dalam konteks sekarang, orang bicara aman jika mereka bebas dan dijamin haknya untuk melakukan kritik, berbendapat, dan berekspresi.begitulah kira-kira apa yang diperkenalkan oleh laporan UNDP 1994. Maknanya apabila mural tersebut dibungkam maka orang merasa dirinya tidak aman untuk berekspresi. Tindakan-tindakan negara tanpa disadari telah membuat kualitas demokrasi kita memburuk sejak beberapa tahun terakhir. Negara yang anti kritik akan sangat membahayakan iklim demokrasi kita yang masih lamban.

Laporan terbaru tahun 2020 oleh The Economist Intellegence Unit (EIU) menempatkan Indonesia ke peringkat 64 dunia dengan skor 6.3. Secara skor yang diperoleh mengalami penurunan sejak beberapat tahun terakhir. Bahkan EIU lebih jauh mengklasifikasikan demokrasi Indonesia dengan kategorisasi demokrasi cacat. Hasil tersebut tidak luput dari praktik-praktik negara yang mengabaikan nilai-nilai demokrasi. Bahkan secara nilai human security saja menunjukkan kecacatan fatal yang tidak pernah dipikirkan oleh negara.

Human Security dan Mural

Negara terlihat gagap dalam melihat mural dan human security dalam nuansa pandemi saat ini. Mural sebagai bagian dari aspek human security tentu tidak lain sebagai upaya untuk membangun iklim demokrasi yang sehat. Apabila mural sebagai kritik dilarang, maka siapa yang akan mengkritik negara? Seni visual mural membawa pesan yang sangat mendalam di ruang-ruang publik. Mural tidak akan berbunyi jika tidak ditempatkan di ruang-publik.

Artinya ruang publik menjadi alat yang sangat solutif untuk mengawal penjaminan human security demi tegaknya demokrasi. Eksistensi mural memberi warning bahwa ada proses human security yang sedang dibangun. Tanpa human security, maka negara akan menjadi otoriter. Salah satu data yang mengejutkan bahwa human security kita saat ini tidak sedang baik-baik saja telah disampaikan oleh Freedom House.

Ia menyebut sejak tahun 2014 Indonesia menyandang status setengah besa. Menyandang status bebas dalam waktu 2005 hingga 2013. Namun setelah itu kebebasan itu raib begitu saja dan bahkan banyak masyarakat yang takut menyatakan pendapat di ruang-ruang publik. data survei yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia tahun 2020 kemarin yang bertepatan dengan situasi pandemi Covid-19 menyatakan jika 69,6% warga menyatakan bahwa mereka takut menyatakan pendapat di muka umum. Ada penurunan skor indeks kebebasan di mana tahun 2013 Indonesia mencapai skor 65 dan menurun tajam di tahun 2020 menjadi 61.

Dalam realitas tersebut tidak perlu lagi menanyakan kualitas demokrasi kita. Melihat kualitas human security kita yang tumbuh bersama pandemi nampaknya sulit juga mengatakan bahwa demokrasi kita sehat. Banyak orang takut menyatakan pendapat di depan publik, sementara ini negara demokrasi. Artinya ada isu keamanan masyarakat kita yang dikendalikan penuh oleh negara. Ini tentu akan menghilangkan identitas demokrasi yang sudah disepakati bersama.

Human security dalam berbagai negara-negara di dunia menjadi simbol bahwa negara menghargai setiap kebebasan warganya dalam merawat dan menjaga marwah demokrasi itu sendiri. Ada ketidakseriusan negara dalam menyelaraskan antara human security dengan demokrasi. Tidak ada negara demokrasi tanpa menjunjung esensi human security. Memberikan jaminan kebebasan warga negara agar menyatakan suara mereka di ruang publik adalah salah satu bentuk bagaimana negara menghormati dan menjunjung nilai-nilai human security.

Demokrasi hari ini membawa pesan bahwa orang berbicara dan menyampaikan pendapat mereka justru menimbulkan ketidak-amanan bagi dirinya. Bahkan menjadi ancaman sehingga keamanan itu benar-benar tidak mereka rasakan lagi. Oleh karenanya demokrasi tidak akan berdiri tegak sebelum human security dibangun terlebih dahulu.

Hendy Setiawan
Hendy Setiawan
Mahasiswa Departemen Politik Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.