Senin, Desember 9, 2024

Mungkinkah Egalitarianisme Terjadi?

Christy Lavenia
Christy Lavenia
Mahasiswi Biologi Universitas Indonesia
- Advertisement -

Indonesia merupakan salah satu negara dengan masyarakat yang memegang etos egalitarianisme yang kuat dan menentang semua ketidaksetaraan yang ada. Predikat tersebut disimpulkan berdasarkan temuan survei nasional yang dilakukan pada tahun 2014 oleh Lembaga Survei Indonesia dan Indikator Politik Indonesia (Aspinall 2015).

Egalitarianisme adalah suatu pandangan yang menyatakan bahwa ditakdirkan setara atau sederajat. Memang benar masing-masing kita ingin memiliki status dan diperlakukan sama dengan individu lainnya. Kesetaraan pada setiap individu atau bisa disebut dengan egaliter merupakan salah satu tujuan akhir yang diharapkan oleh hampir setiap orang. Namun, mungkinkah kesetaraan dapat terjadi dalam kehidupan bermasyarakat?

Dalam bukunya yang berjudul Gun, Germs, and Steel (1997), Jared Diamond membagi masyarakat menjadi empat kategorial berdasarkan ukuran populasinya, yaitu kawanan, suku, kedatuan, dan negara. Masing-masing kategori memiliki karakteristik yang membedakan antara satu kategori dengan kategori lainnya. Adanya perubahan kategori masyarakat dari kawanan hingga menjadi negara didasari oleh adanya peralihan cara hidup manusia dari masa berburu dan meramu ke masa agrikultur.

Pada masa berburu dan meramu, manusia akan memilih untuk hidup berpindah-pindah (nomaden) karena sumber daya terbatas dan belum dapat diolah. Nomaden menjadi pilihan yang tepat untuk tetap bertahan hidup dalam keterbatasan manusia pada saat itu untuk mengolah pangan. Namun, nomaden hanya memungkinkan untuk menampung puluhan individu saja dalam satu kelompok.

Bagaimana mungkin perpindahan dilakukan bersama-sama dengan ratusan atau bahkan ribuan orang? Oleh karena itu, kawanan hanya terdiri dari puluhan orang yang memiliki dasar hubungan kekeluargaan. Semua individu berkerabat dan tidak ada stratifikasi sosial yang terformalisasi yang membagi masyarakat dalam golongan tertentu.

Tidak ada stratifikasi sosial yang terformalisasi juga tidak berarti semua orang sama dan setara. Spesialisasi tetap terjadi berdasarkan jenis kelamin dan umur. Meskipun sering dianggap egaliter, kepemimpinan pada kawanan tetap masih ada secara informal. Pemimpin akan dipilih berdasarkan kualitas tertentu, seperti kecerdasan, kekuatan, kepribadian, dan keterampilan bertarung.

Kemudian pada masa agrikultur manusia sudah dapat mengolah dan bahkan mengakumulasi kekayaan sehingga menetap di suatu wilayah adalah pilihan yang tepat. Menetap menandakan kepemilikan manusia terhadap tanah dan memungkinkan manusia untuk mengakumulasi kekayaan lainnya, seperti hewan ternak, tanaman pangan, alat atau benda yang mendukung kemajuan teknologi seseorang. Akumulasi kekayaan juga memungkinkan suatu individu atau kelompok untuk memonopoli kekayaan dan melanggengkan terjadinya ketidaksetaraan untuk jangka panjang.

Pola hidup yang menetap memang memungkinkan manusia hidup dalam jumlah ratusan (suku) hingga puluh ribuan (negara). Namun, besarnya jumlah individu dalam masyarakat menyebabkan terbentuknya kelas-kelas tertentu antar individu. Ya, ketidaksetaraan pasti terjadi seiring jumlah individu dalam masyarakat semakin membesar.

Apakah Hierarki Memang Diperlukan?

Meskipun masyarakat Indonesia memegang etos egalitarianisme yang kuat, ketidaksetaraan atau kesenjangan masih terjadi di Indonesia. Peningkatan ekonomi terjadi drastis pada masyarakat kelas atas, tetapi stagnan pada masyarakat kelas bawah. Lalu, apakah kesetaraan memang harus diperjuangkan sebagaimana mestinya? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, kita harus memandang kesetaraan adalah sesuatu yang diharapkan untuk terjadi, bukan sesuatu yang memang terjadi secara alami di masyarakat.

Salah satu fenomena yang menarik untuk dibahas adalah Inequality Traps, situasi di mana seluruh distribusi stabil (kesehatan, kekuasaan, dan status sosial) untuk mempertahankan posisi masing-masing kelas baik itu kelas atas maupun kelas bawah. Ketidaksetaraan akan terus berlangsung karena adanya keterbatasan akses sumber daya dan lagi-lagi hal tersebut terjadi seiring jumlah individu dalam masyarakat semakin membesar. Tidak mungkin dengan besarnya jumlah individu, akses akan sumber daya dapat setara pada setiap individu.

- Advertisement -

Adapun tindakan kleptokrasi, pemindahan kekayaan dari rakyat bawah ke kelas atas dalam suatu negara juga tidak bisa dihindarkan. Perubahan dari egalitarianisme ke kleptokrasi terjadi seiring perubahan bentuk masyarakat dari kawanan ke negara. Semua negara pasti melakukan tindakan kleptokrasi untuk redistribusi tertentu, seperti meningkatkan kesejahteraan masyarakat, membangun sarana prasarana, akses kesehatan dan pendidikan.

Walaupun begitu tidak semua tindakan kleptokrasi negara didukung dan dapat ditolerir oleh masyarakat. Tindakan kleptokrasi yang tidak didukung rakyat akan berakhir dengan pengulingan. Oleh karena itu, negara akan berusaha sebisa mungkin untuk membuat rakyat mentolerir tindakan kleptokrasi, baik dengan ancaman maupun didistribusikan kembali dengan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Dalam bukunya yang berjudul 21 Lessons for The 21st Century (2018), Yuval Noah Harari kemudian menjelaskan bahwa hierarki tidak hanya menjadi norma yang berlangsung dalam suatu masyarakat, tetapi juga menjadi suatu hal yang ideal. Hierarki merupakan urutan tingkat atau jenjang jabatan seseorang, sehingga terbentuk kelas atas dan kelas bawah dalam masyarakat.

Menurut Yuval, bagaimana mungkin ketertiban dapat terjadi jika hierarki yang jelas antara kelas atas dan bawah, laki-laki dan perempuan, atau orang tua dan anak tidak ada. Sebagaimana anggota tubuh manusia yang tidak setara, kaki di bawah kepala dan kepala di atas kaki, begitu pula yang terjadi di dalam masyarakat.

Konsentrasi kekayaan pada kelas atas dan ekonomi stagnan pada kelas bawah memang sudah lama berlangsung. Ketidaksetaraan pasti akan terus terjadi, tetapi kita dapat menggunakan hierarki dalam mengatasi ketidaksetaraan. Salah satu pilihan yang dapat dilakukan adalah peningkatan pajak pada kelas atas untuk redistribusi yang serius dan menunjang kesejahteraan masyarakat kelas lainnya. Komitmen pada gagasan kesetaraan dan kesejahteraan masyarakat memang harus dijalankan untuk mengurangi ketidaksetaraan yang ada, walaupun sangat sulit untuk menghilangkannya.

Sumber:

Aspinall, E. 2015. Inequality and democracy in Indonesia. Online. https://kyotoreview.org/issue-17/inequality-and-democracy-in-indonesia/ diakses pada 5 Juni 2021.

Diamond, J. M. 1997. Guns, germs, and steel: the fates of human societies. New York: W.W. Norton & Co.

Harari, Y. N. 2019. 21 Lessons for the 21st Century. London, England: Vintage.

Christy Lavenia
Christy Lavenia
Mahasiswi Biologi Universitas Indonesia
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.