Sabtu, April 20, 2024

Minang Menang, Tentang Perjuangan Generasi Politik Minang

Rully Firmansyah
Rully Firmansyah
Aktifis dan Kader Partai Solidaritas Indonesia, eks kontributor Lembaga Kantor Berita Nasional Antara Biro Sumatera Barat.

Usai sudah pesta demokrasi 2019, walau masih menyisakan sederet masalah baik faktor teknis maupun non teknis. Sebuah hal lumrah terjadi dalam sebuah rangkaian proses demokrasi “menang-kalah” yang sudah terlanjur membumi di nusantara tercinta ini.

Semua seakan sibuk mengeluarkan jurus untuk memenangkan kekuasaan dengan cara dan tujuan yang justru bisa dikatakan jauh dari tujuan berdemokrasi itu sendiri. Bayangkan, sejumlah gagasan dan ide-ide membangun Indonesia ke depan seperti sirna ditelan hiruk- pikuk perebutan suara dengan segala kemunafikan dan pembenaran untuk memakai cara-cara penghancur mental anak bangsa.

Semua hanya karena ingin memenuhi kehendak nafsu ingin berkuasa. Tak ada nilai tentang adu gagasan, tak dipandang lagi konsep pembangunan yang ditawarkan karena yang berbicara hanyalah uang, uang dan uang.

Dari sekian fenomena positif dan negatf yang terjadi, pandangan penulis justru tertumpu tentang konsep yang ditawarkan oleh Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Jeffrie Geovanie.

Ya, PSI parpol baru yang digawangi para generasi muda berbakat dari seluruh Indonesia dengan latar belakang berbeda tapi memiliki semangat luar biasa untuk menyatukan masyarakat Indonesia dalam wadah kemurnian Pancasila sebagai dasar negara.

Jeffrie Geovanie yang akrab disapa JG, dengan tegas menggelorakan “Minang Menang”. Hal ini menyiratkan tentang pentingnya upaya-upaya regenerasi kepemimpinan nasional hingga ke pelosok negeri.

JG memberi ruang gerak bagi generasi muda untuk terjun ke kancah perpolitikan nasional sebagai jalan luhur demi memajukan bangsa Indonesia. Semangat tersebut berdasarkan dengan kisah–kisah perjuangan para tokoh asal Minang, yang dengan gigih mencoba merebut kemerdekaan dengan menyatukan segenap potensi kepemudaan yang ada pada masa itu.

Baik secara keimanan, intelektual, dan latar belakang budaya yang beragam tapi berhasil membentuk suatu kesatuan yang utuh dan kelak dikenal sebagai gagasan wawasan nusantara yang menjadi roh nasionalisme Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Nah, JG berusaha mengembalikan nilai–nilai kebangsaan melalui akal dan tangan terampil generasi muda yang dinilainya mau dan mampu berjuang dengan tulus dan murni. Tak ada satu pun upaya intervensi yang dapat menunggangi gerakan solidaritas yang sudah digelorakan itu untuk kepentingan pribadinya dalam memenuhi ambisi ingin berkuasa.

Posisinya sebagai Dewan Pembina benar-benar dijalankan sebagaimana lazimnya seorang Pembina. Hanya sebatas saran dan pandangan tapi tidak pernah mencampuri keputusan yang diambil para kader partai anak muda ini.

Di Sumatera Barat, Minang Menang yang diusung PSI Sumatera Barat seakan menjadi momok menakutkan bagi partai–partai lain. Anehnya, konsep politik yang ditawarkan PSI justru mampu melahirkan kader–kader pemimpin baru di daerah–daerah, termasuk di Sumatera Barat.

Sayangnya, di ranah minang yang konon merupakan basisnya para penganut paham demokrasi karena sudah diajarkan sejak kelompok masyarakat adat terkecil akan pentingnya bermusyawarah dan mufakat, gagasan Minang Menang justru ditentang dengan dalih agama dan moral tanpa mau menggali lebih dalam tentang apa dan bagaimana duduk persoalannya.

Yang jelas, penulis menilai sudah ada pergeseran nilai dalam masyarakat adat Minangkabau tentang cara memaknai sebuah gagasan politik yang dulunya justru merupakan modal kuat dalam kancah perpolitikan nasional. Minang yang dulunya sangat mengagungkan demokrasi kini sudah menjadi sarangnya praktik–praktik “Ndoroisme”, pengekor dan lebih mementingkan materi ketimbang nilai sebuah niat dan budi.

Nilai toleransi yang luhur dan berbaur menjadi sebuah tatanan masyarakat adat alam Minangkabau yang telah lama dikenal seakan sudah sirna, tergantikan dengan amarah dan kebencian membabi buta tanpa bisa dipahami penyebabnya. Seakan disaat kita tersentak bangun dari tidur lelap, tiba–tiba semua sudah berubah tanpa kita mengetahui apa yang sedang terjadi dalam gelapnya dunia politik poros.

Penalaran, mungkin inilah satu-satunya jalan untuk memahami semua tentang konsep beragama, berbangsa dan bernegara, menurut penulis disinilah letak kunci memahami semangat Minang Menang yang telah digelorakan Jeffrie Geovanie itu.

Konsep politik yang membutuhkan kecerdasan spiritual dan intelektual untuk memahaminya, sebuah akar perjuangan yang seharusnya bisa terus digelorakan dalam membangun sebuah kekuatan politik baru yang dapat lebih mencerahkan masa depan anak–anak bangsa yang selama ini tertindas dengan praktik politik gaya lama yang licik, penuh intrik dan picik secara tujuan.

Minang Menang mungkin belum diterima sepenuhnya di bumi Sumatera Barat, tapi telah berhasil memberikan warna baru, setidaknya sebagai sesuatu kekayaan intelektual yang ditentang oleh kaum yang tidak menginginkan ide dan gagasan mereka terkalahkan. Minang Menang yang diterjang tapi tetap akan hidup dalam hati kecil 3 juta manusia Indonesia yang rindu akan perubahan.

Minang Menang adalah sebuah gerakan politik moral yang harus diperjuangkan selalu untuk menang.

Rully Firmansyah
Rully Firmansyah
Aktifis dan Kader Partai Solidaritas Indonesia, eks kontributor Lembaga Kantor Berita Nasional Antara Biro Sumatera Barat.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.