Sabtu, April 20, 2024

Mereka Bertanya Apa Agama Haaland

Ahmad Zamzama NH
Ahmad Zamzama NH
Lahir di Sidoarjo. Mahasiswa di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Baru-baru ini Erling Haaland menggemparkan jagad maya. Striker asal Norwegia tersebut baru saja berpindah ke Manchester City. Namun ia tidak langsung memulai debutnya meski Manchester City sudah beberapa kali melakukan pertandingan uji coba. Nah, dalam akun Twitter pribadinya, Haaland menyebut akan memulai debut pada ahad (24/07) melawan Bayer Munchen. Bukan karena penantian debut tersebut yang saya maksud menggemparkan, melainkan cuitannya di Twitter berikut.

“Thanks! Debut vs Bayern Inshallah” cuit Haaland di akun pribadinya, menanggapi sebuah akun yang mengucapkan selamat ulang tahun ke-22 padanya. Ia lahir pada 21 Juli 2000.

Sontak cuitan itu langsung ramai. Sampai tulisan ini dibuat, ia mendapatkan 27 ribu retweets, 258 ribu likes, dan 8 ribu akun mengomentarinya.

“Is he muslim?” Twit akun @KhasanDalia.

“Haaland islam kah?” Tanya akun @lanesrabby.

“My bro what’s with the inshallah? You’re Norwegian, man city is British, bayern is German. Where the hell did u get inshallah from?” Cuit akun @dOlb9.

Dan cuitan-cuitan serupa masih banyak lagi, dengan berbagai bahasa.

Di mesin pencari google belakangan pun, jika kita menulis “Erling Haaland”, pertanyaan tentang agamanya berada di urutan ketiga dari atas. Tampaknya, bagi warganet, bagaimana seorang Haaland menulis kata “inshaallah” adalah hal yang menarik, yang membuat mereka bertanya-tanya apa sebenarnya agama Haaland—seolah kata itu pasti mengidentifikasikan agama Islam.

Sebenarnya, jika selama ini kita rajin mengikuti Haaland, cuitan itu tidaklah mengejutkan. Saat masih berada di Dortmund, ia pernah menulis “alhamdulillah”, bahkan tak hanya sekali. Jejak itu masih dapat dilihat di akun media sosial pribadinya. Malah ia pernah mengucap “alhamdulillah” di depan kamera sebagai selebrasi setelah mencetak gol ke gawang Sevilla di pentas Liga Champions (10/03/2021).

Dan, sebelum selebrasi tahmid melawan Sevilla tersebut, Haaland terekam sempat menyuruh seorang rekan setimnya. “Mahmoud, Mahmoud. Tahmid … Tahmid …” teriak Haaland kala itu kepada Mahmoud Dahoud, pesepakbola Muslim Jerman yang lahir di Suriah. Keduanya memang rekan yang akrab di Dortmund. Karena itu, boleh jadi memang ada pengaruh Dahoud di balik ucapan Haaland itu.

Selain itu, pengaruh terhadap Haaland bisa juga datang dari latar sosial negaranya: Norwegia, merupakan negara demokrasi yang berupaya melindungi hak asasi manusia (HAM) dan kebebasan beragama. Dan di sana, Islam menjadi agama terbesar kedua di bawah Katolik. Sebagaimana dikutip Republikaseorang doktor filsafat asal Norwegia bernama Oddbjorn Leirvik menyebutkan dalam artikelnya (2019), bahwa sebanyak 250 ribu orang Norwegia memeluk agama Islam, dan itu berarti mencakup sekitar 5 persen dari populasi negara. Para muslim ini tak hanya imigran asal Timur Tengah, melainkan juga penduduk asli Norwegia.

Dengan latar negara seperti itu, tentu sudah dapat diperkirakan bagaimana persinggungan Haaland dengan hal-hal yang berbau Islam di lingkungan asalnya. Barangkali kata semacam “alhamdulillah” atau “insyaallah” tak benar-benar asing di tempatnya. Sehingga tak cukup mengherankan ketika ia akhirnya mengatakan seperti itu di Twitter.

Terminologi Inshallah

Insyaallah atau inshallah, pada dasarnya, merupakan kata dalam bahasa arab yang memiliki arti harfiah “jika Allah menghendaki”. Frasa “insyaallah”, atau kata turunannya, disebut sebanyak 13 kali di dalam Al-Quran, dengan bermacam konteks dan asbabunnuzulnya. Dan di antara itu, tepatnya di surat Al-Kahfi: 23-24, juga ada anjuran untuk mengucapkannya ketika seseorang berjanji, berencana atau hendak melakukan sesuatu. Tak heran jika frasa tersebut lekat dengan seorang Muslim.

Dalam Tafsir Al-Misbah, Prof. Dr. M. Quraish Shihab mengatakan bahwa kata “insyaallah” adalah isyarat bahwa tidak ada sesuatu yang dapat membebani Allah dengan suatu kewajiban, semua terlaksana atas kehendak Allah. Jadi, ada semacam kerendah-hatian ketika mengucapkannya.

Namun, seiring zaman, tampaknya ada perkembangan makna dibalik “insyaallah”. Ia tidak hanya dibaca sebagai wujud kepasrahan, ia juga sebuah harapan atau doa. Sering kita dengar, orang-orang mengucapkannya ketika menginginkan suatu hal. KBBI juga menangkap makna ini. “Insyaallah” diartikannya sebagai “ungkapan yang digunakan untuk menyatakan harapan atau janji yang belum dipenuhi”.

Bahkan, belakangan, orang-orang kadang menggunakan “insyaallah” secara terbalik dari maknanya. Alih-alih harapan, “insyaallah” justru digunakan tameng untuk berbuat sebaliknya, tempat berlindung untuk tidak menepati janji, atau gamang terhadap harapan yang diinginkan. Pada kampanye calon presiden Amerika Serikat 2020 lalu, Joe Biden, seorang non-muslim, juga dianggap menggunakan “insyaallah” untuk meragukan pernyataan Donald Trump.

Dengan semakin berkembangnya permaknaan ini, terlepas dari sisi etimologisnya, frasa “insyaallah” jelas sudah digunakan secara umum, independen, dan tak ada kaitan budaya atau agama tertentu di sana. (Meskipun dalam kerangka normativitas, umat Islam tetap menganggapnya sebagai anjuran sebagaimana yang disebut di atas.)

Kembali ke pertanyaan semula: apa sebenarnya agama Haaland? Apakah tweet tersebut menunjukkan ia seorang muslim?

Saya tak tahu, atau tepatnya, tak perlu tahu. Toh sebagai penikmat sepak bola, saya tetap berdecak kagum atas ketajaman naluri Haaland untuk mencetak gol, dan sebagai fans Manchester United, saya tetap ketar-ketir melihat peraih Golden Boy 2020 itu akan bermain bersama Manchester City—terlepas dari apapun agamanya.

Ahmad Zamzama NH
Ahmad Zamzama NH
Lahir di Sidoarjo. Mahasiswa di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.