Jumat, April 19, 2024

Menulis di Kertas Masih Menjadi Pilihan

Agus Buchori
Agus Buchori
Saya seorang arsiparis juga pengajar yang menyukai dunia tulis menulis, berasal dari kampung nelayan di pesisir utara Kabupaten Lamongan tepatnya Desa Paciran

Menulis adalah salah satu cara merekam informasi  untuk suatu saat diingat (dibaca) kembali. Meski kini perkembangan teknologi informasi menawarkan alat dan media yang canggih sebagai media untuk menulis, kertas masih menjadi pilihan utama untuk menuangkan ide lewat tulisan.

Sebelum ada kertas, orang memakai media untuk mencatat pada media seperti kulit hewan, kayu, dan kadang kain sutra yang harganya terlalu mahal. Semua itu tidak praktis dan makan biaya.

Dan sejak kertas ditemukan, pengetahuan bisa lebih mudah dicatat untuk diingat. Kertas telah memudahkan  informasi untuk ditransformasikan.

Orang menyadari dengan keterbatasan daya ingat yang ia miliki, maka untuk memudahkan mengingat kembali tersebut, maka orang harus menulis.

Sampai sekarang, menulis dengan media kertas masih menjadi pilihan bagi banyak pelaku budaya literasi. Informasi bisa tersimpan dan disebarkan dengan mudah saat dituliskan.

Kertas, sebagai media untuk menulis, adalah sebuah penemuan luar biasa karena bisa bertahan hingga sekarang. Media kertas adalah wujud inovasi teknologi yang bisa dikatakan timeless (tak tergusur terbatas waktu).

Saat kertas ditemukan dan bisa dijadikan media untuk menulis dan menggambar, hasil hasil kerja budaya lebih praktis untuk dibawa dan semua orang menjadi mudah mengaksesnya. Mereka tidak harus berjalan ke rumah cendekiawan karena sang cendekiawan sudah menuliskan ilmunya di kertas yang bisa dibaca siapa saja. kapan saja, dan di mana saja.

Kepraktisan kertas sebagai bahan yang bisa menjadi media untuk menuangkan informasi, baik tulisan maupun gambar, secara tidak langsung memancing tersebarnya informasi dan pengetahuan ke segala penjuru di mana manusia itu berada.

Karena Kertas Tak Butuh Diperbarui

Mengapa kertas bisa bertahan begitu lama digunakan sebagai media menulis hingga memasuki millennium kedua ini? Karena teknologi pemanfaatan kertas sebagai media untuk menulis tidak perlu diperbarui tiap waktu sebagaimana produk teknologi lainnya. Hal ini terjadi karena untuk mengetahui apa yang tertulis dalam kertas kita tidak perlu alat bantu mesin teknologi informasi lainnya.

Kita bisa secara  langsung membacanya dengan mata kita. Bahkan yang buta pun kini sudah  terbisa membaca informasi di media kertas itu dengan menggunakan huruf Braille.

Kita semua berharap keberadaan kertas jangan sampai punah atau hilang karena masih banyak pemakai/pengguna informasi yang lebih suka menggunakannya sebagai media untuk menulis. Salah satu alasannya adalah karena kertas tidak menawarkan ketergantungan pada mesin atau teknologi perangkat lunak lainnya.

Kertas juga hemat energi karena tidak tergantung pada sumber energi listrik saat digunakan sebagai media untuk menulis. Kita bisa menuangkannya langsung asalkan kita bisa menulis. Di manapun dan kapanpun kertas siap dipakai untuk menulis dan semua bisa melakukannya tanpa harus menguasai alat canggih dan cukup dengan pena.

Hal tersebut sama sekali berbeda dengan mesin tenologi informasi yang masih menawarkan eksklusivitas penggunanya yaitu dengan menguasai perangkat lunaknya.

Produk teknologi yang bisa berfungsi sebagaimana kertas mempunyai kekurangan mendasar yaitu adanya ketergantungan antar elemen satu dan lainnya. Suatu misal, saat kita mau mencatat kita menggunakan perangkat lunak  tertentu namun beberapa tahun kemudian  ternyata perangkat lunak tersebut sudah tidak bisa dijalankan dengan komputer tipe terbaru.

Ditambah lagi produk teknologi  mempunyai kekurangan yang sangat mendasar yaitu adanya kebutuhan  untuk selalu memperbarui sistimnya.

Kertas tak membutuhkan peningkatan teknologi pendamping atau perangkat lunak lainnya agar bisa bisa dibaca. Kepraktisan kertas inilah yang tak ditemukan pada produk teknologi informasi lainnya.

Dalam media kertas, tulisan yang ditulis beberapa abad lalu masih bisa kita lihat dan memungkinkan untuk bisa kita baca. Dan mesin teknologi tak mampu untuk bisa seperti kertas karena mereka harus mengikuti perkembangan zaman jika tak mau dikatakan usang.

Perlu kita sadari bahwa, produk teknologi informasi  hanya dalam hitungan bulan kadang bisa macet karena kita harus memperbarui  sistim yang digunakannya.

Produk teknologi yang baru selalu muncul dan inilah yang membuat pengguna informasi masih memegang teguh dan setia untuk memakai kertas sebagai media tulis menulis.

Memang teknologi menawarkan kecepatan, akan tetapi, teknik dan cara penggunaannya pun turut berkembang yang membikin sebagian orang malas untuk itu. Mereka tak mau disibukkankan dengan aneka macam cara untuk sekedar menulis dan membaca.

Teknologi digital pun rawan hilang dan tidak aman sedangkan kertas nenawarkan keamanan dan daya guna  yang lebih lama.

Sebagian dari kita masih ingin lebih lama berinteraksi dengan kertas. Kita menikmati aroma kertas saat kita membaca. Inilah  yang  tidak bisa kita dapatkan bila kita mengakses informasi dengan mesin meskipun mesin menjanjikan kecepatan.

Ada keterlibatan emosi saat kita membaca informasi yang tersimpan di media kertas. Aroma kertas dan sentuhan membolak balik lembar kertas adalah interaksi yang melenakan; itulah kelangenan.

Untuk mempertahankan kelangenan dalam membaca tidak ada lain adalah menjaga kelestarian kertas yang menjadi elemen penting terjaganya  sebuah hasil peradaban.

Agus Buchori
Agus Buchori
Saya seorang arsiparis juga pengajar yang menyukai dunia tulis menulis, berasal dari kampung nelayan di pesisir utara Kabupaten Lamongan tepatnya Desa Paciran
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.