Jumat, April 26, 2024

Meniru, Cara Terbaik Belajar Menulis

Rohmatulloh
Rohmatulloh
Dosen Universitas Islam An Nur Lampung

Kendala bagi pemula yang baru belajar memulai menulis atau yang sudah pernah menulis beberapa artikel biasanya karena terlalu banyak membaca buku teori atau pengetahuan tentang menulis. Padahal banyak ahli dan praktisi memberikan pesan bahwa untuk belajar menulis teorinya cukup sedikit saja, tetapi praktiknya yang banyak.

Kalau terlalu banyak mengetahui tentang teori atau ilmunya, ini yang menjadi sumber penghambatnya. Cara yang paling cepat dan terbaik untuk praktik menulis secara langsung dengan melihat dan meniru langsung contoh tulisan yang dibuat penulis terkenal yang sudah dipercaya kapasitas intelektualnya melalui tulisannya.

Belajar dengan meniru atau mencontoh merupakan belajar yang menekankan pada dimensi praktis ketimbang teoritis. Secara teologis, belajar dengan meniru atau meneladani kebaikan telah Allah sampaikan kepada manusia untuk meniru atau meneladani nilai kebaikan kepada seorang Nabi dan Rasul-Nya, Muhammad Saw (al-Ahzab [33]: 21). Belajar dengan meniru juga telah terbukti secara empiris oleh berbagai hasil penelitian yang menggunakan acuan teori belajar behaviorisme.

Dalam konteks belajar menulis, banyak sekali contoh dari tokoh publik nasional dan internasional yang memiliki kapasitas intelektual melalui karya tulisannya yang tersebar di berbagai media seperti buku, majalah, koran, dan lainnya baik cetak dan non cetak yang tersebar di laman internet.

Tentu saja, tokoh yang menjadi model untuk ditiru dan sudah begitu akrab tulisannya dengan keilmuan kita yang mestinya menjadi rujukan. Saya misalnya belajar dari seorang intelektual muslim yang memiliki keilmuan integratif-holistik di tingkat nasional dan internasional, salah satunya adalah Profesor Komarudin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah (2006-2010 dan2010-2015). Saya memiliki beberapa buku dan tulisannya di berbagai media. Artikelnya yang menjadi contoh dalam pembahasan singkat ini terkait tema pendidikan berjudul Yang Tak Berubah di Pendidikan, terbit diKompas, 2 November 2019.

Dalam artikel ini, kalau kita sebagai pemula ingin belajar menulis, begitu mudah sekali memahami bahasanya yang populer dan begitu juga peta struktur sistem penulisannya yang memiliki interkoneksi dari mulai awal hingga akhir yang mencapai sebuah tujuan yang diinginkan penulisnya dalam menyampaikan gagasannya.  Pada umummya struktur sistem penulisan artikel populer ilmiah (popular science article) terdiri dari tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan simpulan.

Artikel ini merespons isu kontemporer dalam konteks saat itu, yaitu diangkatnya Mas Menteri Nadiem Makarim sebagai generasi muda yang energik untuk memimpin sebuah organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Oktober2019. Berangkat dari konteks ini, Prof. Komar (sapaan akrabnya), membuka pendahuluan tulisannya dengan pernyataan atau klaim pentingnya menjaga nilai-nilai fundamental dalam proses pembelajaran walaupun di tengah era yang penuh disrupsi,

Di tengah diskusi akan pentingnya peran teknologi ultramodern untuk mengakselerasi peningkatan dan perbaikan kualitas pendidikan di zaman yang penuh disrupsi, di sana terdapat nilai-nilai fundamental yang mesti dijaga agar tidak melemah, atau bahkan hilang dalam proses pembelajaran siswa. Inilah beberapa nilai fundamental itu.” Paragraf pembuka ini tentu saja mudah dipahami dan membuat pembaca ingin membaca lebih lanjut apa saja nilai- nilai fundamental yang disampaikannya. Paragraf ini sebagai pembimbing paragraf selanjutnya pada tahap isi dan simpulan.

Pada tahap isi, artikel ini dilanjutkan penulisnya dengan memaparkan beberapa argumen yang terdiri dari beberapa kalimat topik atau paragraf untuk menguatkan klaim dalam paragraf pembukanya. Beberapa paragraf yang dikemukakannya, yaitu sentuhan kasih sayang, kemerdekaan berekspresi, dan pembentukan karakter, serta berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Paragraf ini dijelaskan secara lugas dan logis dengan bahasa yang mudah dipahami pembaca awam sekalipun.

Pada paragraf sentuhan kasih sayang dan pendidikan karakter menekankan pada pentingnya pendidikan yang tidak hanya menekankan hanya pada transfer pengetahuan atau kognitif, tetapi harus lebih dari itu, yaitu menekankan pada pembentukan sikap dan perilaku. Dalam membentuk sikap dan perilaku, diperlukan adanya sebuah jalinan kasih sayang oleh pendidik dan peserta didik. Interaksi mesti dilakukan secara komprehensif tidak hanya di ruang kelas dan lingkungan sekolah, tetapi juga berkesinambungan di lingkungan rumah dan masyarakat yang dilakukan stakeholder pendidikan guru, orangtua, dan anggota masyarakat. Dalam pendidikan terdapat  berbagai metode untuk menyampaikan pesan moral secara teoritis dan praktis yang penggunaannnya senantiasa menggunakan prinsip kasih sayang.

Pada paragraf kemerdekaan berkespresi dan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif menekankan bagaimana dalam pengelolaan pendidikan dilakukan dengan melibatkan peserta didik sebagai pusatnya. Dengan ini, pendidik seperti guru dan orangtua sebagai fasilitator yang sifatnya sebagai pemandu agar peserta didik menemukan pengetahuan, sikap, dan perilaku berdasarkan hasil interaksinya dengan lingkungan melalui serangkaian kegiatan belajar menyenangkan. Pembelajaran ini tentunya akan memicu peserta didik menghasilkan gagasan yangkritis, kreatif dan inovatif seperti yang dibutuhkan saat ini terkait dengan keterampilan abad XXI.

Jika dikaitkan dengan kondisi generasi post milenial Z saat ini yang melek Teknologi, Informasi, dan Komunikasi atau Michel Serres dalam Thumbelina:The Culture and Technology of Millenials menyebutnya dengan generasi thumbelina yang lincah mencari pengetahuan hanya menggunakan satu jarinya melalui perangkat komputer atau gawai yang terhubung internet, maka ini menjadi perhatian bagi pendidik untuk melihatnya sebagai sebuah peluang besar untuk merubah metode pembelajarannya. Yang terpenting juga bagi pendidik untuk selalu memberikan penguatan dari hasil belajarnya dengan memberikan pesan moral agar selalu berada dalam rel membentuk peserta didik yang berakhlak mulia.

Terakhir pada paragraf penutup, Prof. Komar menekankan kembali pesannya sesuai dengan konteks pada saat itu kepada Mas Menteri. Harapannya agar dapat mengelola sektor pendidikan yang dipimpinnya dan memberdayakan modal budaya, guru, dan peserta didik untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu di tenga hkondisi dunia yang penuh dengan disrupsi. Tetapi nilai fundamental pendidikan masih tetap dijaga. “Demikianlah, kita berharap Menteri Nadiem Makarim bisa melakukan orkestrasi, memimpin dan memberdayakan modal budaya dan aset guru serta murid yang sangat kaya ini untuk mengatasi ketertinggalan dunia pendidikan selama ini.

Inilah cara praktis dan terbaik menulis dengan mempelajari langsung tulisan dari ahlinya langsung, salah satunya adalah Prof. Komar. Tulisannya dengan strukturnya yang begitu sistematis, bahasanya lugas dan logis. Tentu saja ini dapatdijadikan modal bagi penulis pemula yang baru memulai menulis. Tidak perlu banyak membaca buku teori tentang menulis, langsung saja dipraktikan dengan meniru tulisan dari ahlinya langsung Ini lebih efektif dan efisien. Wallahua’lam.

Rohmatulloh
Rohmatulloh
Dosen Universitas Islam An Nur Lampung
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.