“… dan 300 puskesmas lebih itu selama satu tahun pemanasan terus dengan sistem distribusi itu sehingga kalau sekarang Jakarta ditanya target vaksinasi targetnya udah 105% tercapai, jadi terlampaui. Nah sementara tetangga ada yang masih 15% ada yang 20% …”
Begitu petikan ucapan Gubernur DKI Jakarta pada Kongres Nasional KA KAMMI tanggal 28 Agustus 2021 yang saya lihat dari chanel youtube salah satu stasiun berita nasional. Angka 105% ini cukup menggelitik pikiran saya, menimbulkan rasa ragu sekaligus penasaran.
Mengapa begitu?
Karena saya tidak yakin bahwa seluruh penduduk DKI Jakarta sudah melakukan vaksinasi, baik untuk dosis pertama maupun dosis kedua. Saya bisa berkata demikian karena ada beberapa orang dalam circle terdekat saya yang ber-KTP DKI Jakarta sampai saat ini belum melaksanakan vaksinasi.
Salah satunya adalah mbak asisten rumah tangga saya. Dia ber-KTP Jakarta. Sampai dengan saat ini dia belum vaksin. Alasan yang dia ungkapkan adalah karena dia takut dengan jarum suntik. Dan ini menjadi PR kami untuk membujuknya agar mau segera mengikuti vaksinasi.
Contoh lain, seorang teman di kantor suami saya, beliau ber-KTP DKI Jakarta namun sampai saat ini belum divaksin. Alasannya karena menunggu vaksin merek tertentu, yang pernah dikabarkan hanya diperuntukkan untuk nakes, boleh digunakan untuk masyarakat umum.
Alasan itu juga yang dikemukakan seorang saudara jauh kami ketika ditanya alasan belum vaksin. Dia hanya mau divaksin dengan vaksin merek tertentu. Sepertinya kedua alasan ini yang paling banyak dikemukakan oleh orang yang belum mau melaksanakan vaksinasi.
Nah, seharusnya tiga orang ber-KTP DKI Jakarta ini dihitung sebagai orang belum vaksin kan? Dan apabila ada sejumlah orang ber-KTP DKI Jakarta belum vaksin, seharusnya angka capaian belum 100% kan?
Karena angka capaian vaksin seharusnya merupakan hasil perhitungan dari jumlah penduduk DKI Jakarta yang sudah divaksin dibagi dengan target penduduk DKI Jakarta yang harus divaksin (usia 12 tahun ke atas).
Coba dihitung, biar gampang pakai kalkulator juga boleh. Pasti angka yang diperoleh adalah 99,999999%. Angkanya tidak akan 100% karena masih ada misalnya tiga penduduk target vaksin yang belum divaksin.
Lantas angka 105% itu didapat dari mana ya?
Rasa penasaran mengenai hal tersebut, akhirnya membuat pencarian saya berujung ke laman https://vaksin.kemkes.go.id/#/vaccines. Di laman tersebut memang tertera DKI Jakarta sebagai peringkat pertama secara nasional untuk capaian vaksinasi dosis pertama yang pada hari ini (29 Agustus 2021) malah sudah mencapai 117%.
Tambah penasaran dong. Tetapi sayangnya pencarian saya melalui Google tidak membuahkan hasil. Pertanyaan tersebut tidak terjawab. Lantas saya coba berdiskusi dengan pak suami. Beliau bilang mungkin saja angka itu perhitungannya dari jumlah dosis vaksin yang disuntikkan.
Penjelasannya begini. Angka 105% ini bisa jadi diperoleh dari jumlah dosis vaksin yang sudah disuntikkan dibagi dengan jumlah target penduduk DKI Jakarta yang harus divaksin.
Sebagai gambaran, Dinas Kesehatan DKI Jakarta sudah mempunyai data jumlah target penduduk yang harus divaksin, katakanlah 5 juta orang. Sampai dengan saat ini jumlah dosis vaksin yang sudah disuntikkan sebanyak 5,25 juta dosis. Sehingga angka capaian vaksinnya adalah 105%.
Kemungkinan yang lain, angka 105% ini diperoleh dari data NIK penduduk yang sudah melaksanakan vaksinasi. Dalam pelaksanaan vaksinasi NIK digunakan sebagai satu-satunya “alat” identifikasi target penduduk yang divaksin. Data target penduduk yang harus divaksin dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta pastinya dilengkapi dengan NIK.
Pada saat pendaftaran pelaksanaan vaksinasi kita diminta menunjukkan KTP atau Kartu Keluarga untuk dapat dilihat NIK-nya. Kemudian setelah kita divaksin, kita diminta mengisi formulir data pribadi termasuk NIK yang akan dicocokkan dengan NIK yang ada pada data target penduduk yang harus divaksin. Sehingga diperoleh angka jumlah penduduk yang sudah divaksin.
Tapi, dari kemungkinan kedua ini jika kita kaitkan dengan adanya penduduk target vaksin yang sampai saat ini belum melaksanakan vaksinasi, seperti misalnya mbak asisten rumah tangga saya atau teman kantor pak suami, seharusnya angka capaiannya tidak 105% juga.
Sebenarnya sebuah prestasi yang membanggakan apabila keseluruhan target vaksin penduduk DKI Jakarta sudah tercapai 100% atau lebih. Karena dalam bayangan saya, angka 105% tersebut adalah hasil dari 100% penduduk DKI Jakarta yang sudah divaksinasi ditambah 5% penduduk luar DKI Jakarta yang mengikuti vaksinasi di DKI Jakarta, sehingga diklaim sebagai capaian vaksinasi DKI Jakarta.
Namun melihat kondisi masih adanya sejumlah penduduk target vaksin yang belum divaksin sampai saat ini, seharusnya penyampaian klaim tidak mentah-mentah menyebut angka 105%. Narasi klaim seharusnya menyampaikan jumlah aktual penduduk target vaksin DKI Jakarta yang sudah divaksin ditambah dengan jumlah penduduk luar DKI Jakarta yang mengikuti vaksinasi di DKI Jakarta.
Sehingga mungkin Pak Gubernur seharusnya menyampaikan bahwa capaian vaksinasi DKI Jakarta 105% itu terdiri dari misalnya 90% capaian vaksin penduduk DKI Jakarta ditambah 15% penduduk luar DKI Jakarta.