Kamis, Januari 23, 2025

Mengenal Sijilmasa Penyumbang Renaissance Eropa

Fachri Syauqii
Fachri Syauqii
Magister Sejarah Peradaban Islam
- Advertisement -

Para sejarawan Muslim sepakat bahwa Baghdad merupakan pusat peradaban Islam yang pertama selama diperintah oleh Harun al-Rasyid (786-809 M). Berdirinya berbagai sektor kegiatan menjadi puncak peradaban di dunia, baik ekonomi, sosial, politik, dan intelektual kala itu ketika Eropa masih mengalami kesimpangsiuran berbagai hal.

Baghdad mengalami masa kemajuannya yang megah dan Sultan yang bergelimangan harta. Tunggu sebentar, sebelum itu terjadi ada satu kota yang terletak di Afrika Utara, sekarang telah menjadi negara kelahirannya Achraf Hakimi, kota itu bernama Sijilmasa yang sudah hilang tinggal reruntuhan dan saat ini menjadi bagian administrasi dari Maroko.

Awal Mula Kemunculan Sijilmasa

Mengutip dari “Trading Through Islam: The Interconnections of Sijilmasa, Ghana and The Almoravid Movement” yang ditulis oleh James Miller, ia mengajukan bahwa pemerintahan pertama Islam di Sijilmasa dibentuk oleh kelompok Khawarizmi. Sebagian para pemberontak politik yang menentang dua kekuatan antara Muawiyyah dan Ali pergi dan bahkan menetap di wilayah tersebut.

Kelompok Khawariz bisa dipastikan rute menuju Sijilmasa berawal dari Kota Qairawan yang ditaklukkan oleh Uqbah bin Nafi’ 670 M. Dalam artikel berjudul “The Sufris of Sijilmasa: Toward a History of The Midrarids” yang ditulis oleh Paul M. Love Jr memberikan gagasan bahwa kelompok Khawariz telah memimpin di Sijilmasa pada tahun 750-796 M.

Hal pertama yang dilakukan kelompok Khawariz adalah membentuk pemerintahan independen yang terlepas dari Daulah Bani Umayyah serta mengembangkan potensi kota Sijilmasa dengan melanjutkan rute perdagangan yang strategis. Jaringan perdagangan dibentuk sekitar gurun Afrika Utara yang menghubung dengan Fez.

Melansir dari Al-Fusaic.net pencipta kota Sijilmasa merupakan seorang penggembala bernama Abu al-Qasim Samghu Wasul yang menyebarkan paham Khawariz (Kharijisme) kepada penduduk lokal. pola ini sama dengan yang dilakukan oleh Abdullah bin Wahab yang menyebarkan pahamnya ke Dinasti Su’udiyah.

Kelompok Kawariz di Afrika Utara kemudian membuat Dinasti tersendiri bernama Midrarid. Hal yang paling unik pada awal pendirian Sijilmasa di bawah pemerintahan tersebut, penduduk memiliki latar belakang agama yang beragam, seperti Kristen dan Yahudi. Pada masa kepemimpinan Abu Muntasir tahun 790 M, Dinasti Midrarid di Afrika Utara mengalami kemajuan yang signifikan dengan memperluas bagian tata kota, menghiasi istana-istana, dan memperluas tambang emas di Dara’a.

Satu hal yang paling menguntungkan adalah tambang emas yang diperebutkan oleh berbagai pihak. Kematian Abu Muntasir memperburuk situasi Dinasti Midrarid dengan munculnya berbagai kerusuhan sipil.    Sijilmasa menjadi pangkalan setelah para kafilah yang mengangkut semua emas dari Ghana. Emas dan barang berharga lainnya kemudian dikirim ke berbagai wilayah seperti Thanjah, Qayrawan, kordoba, Damaskus, dan sebagainya. Saat ini tidak ada yang bisa dibanggakan di Sijilmasa, bahkan semua peninggalannya telah lenyap yang bisa dilihat hanya tumpukan gurun pasir.

Siapa Orang Berber

Merujuk pada “Dictionary of African Biography” orang Berber mirip seperti Arab, kehidupan gurun tandus yang keras dan ganas menjadikan mereka orang yang kuat dalam berperang. Pakaian mereka tertutup dari kepala hingga kaki dikarenakan untuk melindungi sengatan matahari atau badai gurun. P

emimpin yang paling dikenal adalah Kusaila dari suku Awraba yang masuk Islam pada tahun 678 M. Umat Muslim yang berkuasa (Masa Daulah Umayyah I) dan menyebarkan Islam ke suku Berber menjanjikan kepada mereka jika bergabung menjadi pasukan Muslim, mereka akan mendapat banyak harta rampasan perang, diperlakukan setara, dan mereka akan menjadi pemimpin negeri mereka sendiri.

- Advertisement -

Oleh karena itu, banyak orang Berber berbondong-bondong masuk Islam dan menjadi prajurit. Bahkan pencapaian yang mereka lakukan dengan memperluas wilayah selalu berhasil dengan cepat. Namun semuanya menjadi masalah ketika harta rampasan semakin sedikit dan semua pasukan Muslim Arab rakus dengan harta rampasan dengan membagi sedikit kepada pasukan berber.

Maka keluar kata Kusaila kepada mereka, “Jarahlah harta Kusaila”, ini membuat kekeliruan besar sehingga saat pasukan Muslim akan ke Samudera Atlantik, pasukan Kusaila membantai semua pasukan Arab dan kembali ke markas Muslim di Kartago. Ia kemudian memimpin Afrika Utara selama 10 tahun dan mati pada Perang Mems tahun 686-690 M.

Menurut Ibnu Khaldun, saat ini wilayah yang menjadi kekuasaan Kusaila telah menjadi tempat perbatasan antara Al-Jazair dan Maroko, yang bernama Tlemcen. Sementara sarjana Muslim Prancis yang merupakan seorang Berber bernama Muhammad Arkoun dengan berbagai karyanya tentang studi ke-Islaman, patut dibanggakan.

Kekayaan Islam yang Tidak akan Habis

Kalau ditanya siapa orang terkaya di dunia saat ini, pasti Elon Musk. Tapi, Elon Musk tidak pernah menyentuh jumlah harta terbanyak seorang Raja dari Afrika Barat, yaitu Mansa Musa. Kekayaannya tercermin dari aksesoris emas yang digunakannya, silau men. Namun sayang, ketika ia berangkat haji setibanya di Mesir, Mansa Musa bertamu kepada Sultan Mamluk dan membeli oleh-oleh ke pasar yang ada di Mesir. Seorang pedagang yang sangat tamak, melihat kedatangan rombongan jemaah hajinya Mansa Musa, lantas menjual barang dagangan dengan harga mahal.

Catatan laporan Al-Umari dalam artikel berjudul “Mansa Musa’s Journey to Mecca and Its Impact on Western Sudan”, kedatangan Mansa Musa di tahun 1324 M, nilai dirham emas turun dari 25 menjadi 22. Rombongan mereka menghabiskan emas ketika berada di Mesir dan penurunan emas itu terjadi selama 12 tahun lamanya. Perkiraan emas yang dihabiskan sebesar lima belas ton emas dengan niat hadiah dan sedekah.

Ibnu Batutta mencatat bahwa Mansa Musa akhirnya meminjam uang kepada Siraj al-Din al-Kuwayk, seorang pedagang dari Alexandria, sebesar 50.000 dinar setelah uangnya habis.

Sekembalinya dari haji, rombongan Mansa Musa tidak lagi memegang sepeser pun emas. Semua emas itu telah mengalir di Mesir menyebabkan terjadinya inflasi selama sepuluh tahun dengan naiknya harga barang secara drastis. Kesempatan emas terbuka bagi para pedagang Italia yang sudah lama menetap di Mesir. Mereka menjual barang dagangannya kepada warga Mesir. Kemudian, emas-emas yang diangkut oleh pedagang Italia dari Mesir ke seluruh Eropa itulah yang menyuplai kemewahan kesenian dan pendidikan di Eropa pada masa Renaissance.

Fachri Syauqii
Fachri Syauqii
Magister Sejarah Peradaban Islam
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.