Ketika kita mendengar perselisihan antar umat beragama terutama di negara kita Republik Indonesia tercinta ini perasaan miris muncul di benak kita. Walaupun perseteruan antar umat beragama itu tidak hanya terjadi di negara kita tidak sepatutnya kita membiasakan dengan hal hal tersebut. Sebagai negara dengan slogan Bhineka Tunggal Ika tidak ellok rasanya bila kita juga melakukan hal yang sama di negeri ini.
Konflik antar umat beragama memang cukup cepat melebar eksesnya karena masing masing mempunyai jumlah massa besar dan tentunya spirit akan nilai nilai religious membungkus cantik motivasi keduniawian seseorang.
Sepanjang sejarah munculnya konflik yang dilandasi agama sebenarnya penuh kepentingan duniawi di dalamnya. Bisa untuk melanggengkan kekuasaan, atau untuk memperoleh kekayaan materi semata. Dan seringkali umat yang dirugikan karena tidak mengetahui motivasi tokoh tokoh agama yang menyerukan peperangan.
Memahami Motivasi Tokoh Agama
Sebenarnya kondisi ini bisa diminimalkan bila seluruh umat beragama tidak taklid buta terhadap ucapan tokoh agamanya. Semua orang punya kepentingan pribadi yang kita semua tidak tahu. Seringkali kita terkecoh dengan penampilan fisik seseorang hingga kita menganggap kesucian dan tingkat keimanannya sudah tinggi. Percayalah tingkat ketaqwaan seseorang hanya Tuhan yang tahu kita hanya menduga duga saja.
Asal muasal perselisihan ini bisa kita lihat dari tingkat religiusitas seseorang dalam menganut agamanya. Tak soal ia menganut agama apa namun religiusitas seseorang bisa nampak bagaimana ia mengaplikasikan agamanya. Saya yakin dan percaya tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dalam kehidupan.
Cinta, kasih, sayang dan berserah diri adalah ajaran yang hampir setiap agama mempunyainya. Kita bisa memepertanyakan bila ada kejahatan maupun tindak kekerasan yang berlabel ajaran agama apakah benar seseorang itu telah mengamalkan ajaran agamanya?
Indikator tingakat kesalehan sesorang dengan tingkat pemahaman yang tinggi bisa diamati lewat sikap kelembutan dan kerendahhatian seseorang.
Semakin religius seseorang ia akan semakin terlihat menghindari kekerasan bahkan mengutuknya. Kita bisa lihat tokoh tokoh baik dia Agama Islam, Hindu, Budha, kristen, katolik dan semuanya. Di antara tokoh tokoh tersebut bisa sebut nama nama; Mahatma Gandhi, Martin Luther King, Dalai Lama, Yusuf Al Qardhawi, Sri Paus Yohanes II, dan Imam Khomeini adalah orang orang biasa yang mempunyai religiusitas tinggi yang mengecam kekerasan di dunia.
Mereka adalah contoh konkret bahwa dalam melaksanakan agama bukan dengan khotbah khotbah yang menggelegar tapi bagaimana mereka beraksi dan tetap kukuh dalam menentang kekerasan walaupun itu terjadi pada dirinya mereka tidak membalas dengan kekerasan pula.
Mereka yang saya sebut di atas adalah orang orang yang tidak mendapat materi dari apa yang ia perjuangkan. Bahkan yang tragis ada beberapa yang rela mati untuk memperjuangkan idenya.
Itulah teladan yang bisa kita tiru bagaimana mereka memperlakukan kekerasan yang ia terima bahkan ada salah satu yang menjadi martir dalam memeperjuangkan idealismenya menetang kekerasan.
Sebelum kita mengikuti seruannya kita bisa menengok dan mempelajari sejarah hidup tokoh tersebut. Layakkah mereka kita ikuti seruannya disaat mereka sendiri masih belum tulus karena masih terbungkus nafsu pribadi. Dan apabila kita mengikutinya tentunya itu disebabkan adanya kesamaan motivasi diri kita dengannya.
Agama adalah suatu yang personal yang tentunya harus penuh kehati-hatian bila menyuarakan ajarannya di tengah keberagaman agama di negara kita. Religius bukanlah dilihat dari cara berpakaian maupun kerasnya teriakan. Religius adalah kesantunan yang senantiasa selalu menciptakan kedamaian dan ketenangan berlandaskan agama masing-masing. Agama harus menjadi Rahmatan Lil alamin. Rahmat bagi seluruh alam bukan rahmat bagi sebagian golongan. Anda Setuju? Salam.