Kamis, April 25, 2024

Menakar Kekuatan Media dalam Kampanye Politk

Anjas Munjazi
Anjas Munjazi
Studying Communication Science at State Islamic University Jakarta

Presensi media massa dalam dewasa ini sangat vital, arus informasi begitu cepat didapatkan publik hanya hitungan detik, tak sedikit publik terkonstruk oleh informasi yang diterima hingga menimbulkan efek yang luar biasa.

Tak bisa dinafikan hampir seluruh aspek kehidupan dipengaruhi oleh perkembangan media dan teknologi, mulai dari skala yang kecil sampai terbesar bahkan dalam pembuatan regulasi yang sifatnya kenegaraan pun seperti kampanye politik menggunakan media massa sebagai tools untuk mempublikasikannya.

Selaras dengan apa yang dicetuskan oleh Marshall McLuhan dalam Determinism Technology Theory (medium is the message). Menjelaskan bahwa teori determinisme teknlogi menitik beratkan pada perkembangan teknologi komunikasi yang akan mempengaruhi cara berpikir, bergerak, menentukan sikap serta mengubah kebudayaan manusia itu sendiri.

Bergulirinya kampanye politik beriringan dengan gegap gempita masa pemilih mulai dari sekadar pemerhati hingga simpatisan partai politik. Pembicaraan soal partai serta tokoh politik ramai memenuhi ruang publik, dari yang sifatnya substansial hingga emosional.

Pada pelaksanaan kampanye terbuka tanggal 24 Maret hingga 13 April 2019, konvoi, orasi terbuka, tabligh akbar, serta selingan hiburan konser juga kian ramai dibanjiri massa.

Media massa pun tak kalah ketinggalan. Seiring berjalannya kampanye ribuan berita soal partai politik dan tokoh-tokoh kunci pemilu 2019 membanjiri media massa. Berita positif, negatif maupun netral berselang-seling menghiasi media televisi, radio, surat kabar, media daring, hingga media sosial. Topiknya pun beragam mulai dari substansi kebijakan hingga hal-hal terkait kampanyepolitik.

Fungsi media massa bagi kampanye politik menjadi krusial jika menilik tujuan kampanye politik: menggiring opini publik ke arah yang diharapkan partai politik. Ini tidak lepas dari kemampuan media massa dalam menyalurkan pesan-pesan persuasif kepada khalayak, dan hingga kini media massa masih menjadi alat ampuh untuk menumbuhkan afeksi pada partai politik atau kandidat.

Publik membutuhkan media massa sebagai sumber informasi politik, dan kandidiat membutuhkan media massa sebagai saluran komunikasi politik.

Momentum di mana media massa memegang perannya yang demikian, menjadi arena persaingan paling nyata bagi partai-partai atau kandidat peserta pemilu. Tugas partai dan kandidat, dengan demikian adalah menyusun perencanaan kampanye sedemikian rupa sehingga visi dan misi serta image, dapat menjadi pendorong opini positif publik terhadap mereka.

Perencanaan ini kemudian diejawantahkan menjadi beragam praktik kampanye politik. Maka untuk mencegah adanya kampanye tidak sehat di media massa dibuatlah rule of game sebagai komitmen untuk menghormati dan menjalankan kesepakatan.

Anjas Munjazi
Anjas Munjazi
Studying Communication Science at State Islamic University Jakarta
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.