Selasa, Maret 19, 2024

Mempertanyakan Dana Otonomi Khusus di Asmat Papua

Baru-baru ini kita digegerkan dengan masalah kemanusian yang begitu mengerikan, masalah gizi buruk, campak dan masalah kesehatan lainnya yang menimpa saudara-saudara kita yang ada di Asmat dan daerah Papua lainnya.

Sungguh ironi selama ini daerah tersebut adalah daerah otonomi khusus (Otsus) dengan penambahan 2 Triliunan sampai 4 Triliun pertahun, bahkan di tahun 2018 dana otonomi khusus sebesar 8 Triliun dari APBN. Mulai tahun 2002 sampai 2018 dana Otonomi khusus untuk tanah Papua lebih kurang 56 Triliun.

Masalah ini muncul setelah terjadi penyakit campak dan gizi buruk yang merambah warga, seluruh masyarakat Indonesia geger dan geleng-geleng kepala. Hal tersebut membuat masyarakat sontak, dimana peristiwa tersebut menelan korban anak-anak 67 orang meninggal. Setelah peristiwa ini terjadi, Pemerintah pusat pun terpukul dan heran, kenapa bisa sampai seperti itu. Biasalah negeri ini setelah kejadian baru langsung respon.

Masalah ini juga menimbulkan pertanyaaan dimasyarakat, dengan fenomena infrastruktur yang sering di pamerkan Pemerintah, bahwa Tanah Papua akan memiliki trans Papau. Papua mengalami perubahan besar dari sisi infrastruktur, seringkali pemerintah pusat pamer prestasi di tanah Papua.

Peristiwa tersebut memunculkan Polemik di masyarakat. Ada apa dengan tanah Papua saat ini? Bukankah Papua telah di perhatikan dan dimanajakan pemeriintah pusat? Dana yang 56 Triliun bukan uang sedikit. Kalau diperhitungkan dana 56 Triliun itu sudah bisa membangun Rumah Sakit di seluruh desa yang ada di tanah Papua dengan fasilitas lengkap.

Negeri ini sudah lama merdeka, kenapa masih ada masalah kemanusian yang menimpanya. Bukankah bangsa ini telah banyak membantu masalah kemanusian yang ada di dunia seperti myammar dan Banglades bahkan negara lainnya? Peristiwa Asmat membuktikan bahwa kita belum selesai mengurusi urusan kemanusian dinegeri sendiri.

Asmat menjadi awal untuk mengevaluasi dana otonomi khusus yang ada di daerah lain. Asmat Papau menjadi gambaran betapa tidak transparannya penyaluran otonomi khusus. Penderitaan yang dirasakan oleh saudara-saudara kita yang ada di Asmat Papua adalah ulah orang-orang yang tidak bertenggungjawab.

Masalah ini tidak cukup hanya dibicarakan, harus di cari akar masalahnya. Sampai saat ini belum ada informasi yang jelas penyebab terjadinya peristiwa tersebut. Belum ada jawaban pasti mengenai penyebab masalahnya. Apakah karena kepala daerahnya yang korupsi atau terjadi kong kali kong diantara pejabat tertentu?. Semua masyarakat hanya bisa menganalisa saja.

Memang kalau di kaji lebih dalam peristiwa ini tidak masuk akal. Pemerintah pusat telah menyalurkan dana otonomi khusus begitu besar, kenapa untuk masalah kemanusian saja tidak bisa diselesaikan. Peristiwa yang terjadi di Asmat dan daerah Papua lannya bukan musibah. Peristiwa ini adalah peristiwa kelalaian dan penyelewengan. Perlu dilakukan audit yang menyeluruh, sehingga dapat diketahui masalahnya. Bila terdapat penyelewengan segera di tindak lanjuti, kalau mekanisme penyalurannya yang tidak baik segera dilakukan perbaikan.

Banyak Program-program telah dilakukan oleh pemerintah pusat terhadap tanah Papua khususya Daerah Asmat, contohnya di bidang pendidikan pemerintah mengirimkan Sarjana Mendidik daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM3T) adalah program dimana guru-guru mengajar di daerah terdalam, terluar dan tertinggal. Di bidang kesehatan mengirimkan dokter umum dan dokter gigi Pegawai Tidak Tetap (PTT) disetiap desa yang tertinggal. Perhatian Pemerintah Pusat terhadap Papua tidak tanggung-tanggung. Pemerintah Pusat telah memberikan perhatian khusus terhadapa Papua. Ku pikir tidak ada lagi alasan masyarakat Papua untuk tidak maju.

Melihat Peristiwa ini apa yang salah dengan Papua saat ini, telah lama menjadi daerah otonomi khusus kenapa sampai sekarang Papua tidak ada kemajuan, atau masyarakat Papua tidak ingin Papua maju. beda dengan Aceh walaupun Aceh dilanda Tsunami tahun 2004, Aceh sudah mengalami kemajuan dan Aceh telah banyak berubah dalam penataan kota dan pembangunan manusianya.

Peristiwa yang menimba Asmat dan daerah Papua lainnya adalah Peristiwa yang di luar dugaan, tentu apakah peristiwa ini adalah hanya diberitakan. Tidak pernah ada asap kalau tidak ada api, tidak pernah ada peristiwa kemanusian yang mengerikan ini tanpa ada penyebabnya. Masalah harus di usut tuntas tidak cukup hanya mengirimkan pasukan dan tenaga medis. Peristiwa harus di audit dan diselesaikan secara tuntas, jikalau tidak mau terjadi kejadian yang sama didaerah lain.

Kalau masalah karena budaya, perlu ada pendekatan dengan dialog secara terus-menerus. Memang budaya di Papua agak beda dengan budaya daerah lain yang ada di Indonesia. Kalau karena akses atau infrastruktur jalan yang tidak ada, dimaksimalkan pengangkutan yang ada. Otonomi khusus dilakukan untuk percepatan kemajuannya. Sudah 16 tahun Tanah Papua khususnya Asmat otonomi khusus, hasil apa yang sudah dirasakan masyarakat Papua. Jangan sampai dana otonomi khusus di nikmati oleh segelintir orang untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Peristiwa ini membuka jalan untuk membongkar skandal-skandal baru yang mungkin terjadi.

Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.