Senin, Desember 9, 2024

Membuka Ruang Publik Milenial Membatasi Staqus Quo

Raylis Sumitra
Raylis Sumitra
Presedium PENA 98 (Perhimpunan Nasional Aktivitis 98) Jawa Timur Mantan Jurnalis pengemar kopi
- Advertisement -

Di era Orde Baru hingga akhir pemerintahan SBY.  Mereka yang duduk dikekuasaan berdasarkan pada kedekataan (nepotisme). Membuka generasi milenial,  menjadi trigger konsepsi ruang publik politik milenial.

“Untuk Bangsa ini. Tidak ada saya takuti kecuali Allah SWT” . Closing statemen yang disampaikan dalam Debat Kandidat ke-2 ini.  Bermakna luas bagi konstruksi sosial-politik kekinian.  Konsepsi politik yang yang menerjamahkan manifesto kadungan Pancasila.

Statmen ini adalah trigger pintu masuk pengembangan Sumber Daya Manusia Indonesia yang nanti menjadi titik tolak periode kedua apabila Jokowi terpilih kembali menjadi Presiden 17 April mendatang.

Inilah yang sebenarnya ditakutkan generasi status quo. Sehingga Jokowi menjadi ancaman serius bagi mereka. Karena,  ruang publik kelompok status quo menjadi sempit. Karena persaingan semakin terbuka.

Persaingan tidak hanya berdasar atas kedekatan nasab (keturunan atau kekeluargaan), kedekatan, atau transaksional. Persaingan akan didasarkan pada basic skill, talenta, dan intelektual.

Disinilah, ruang sosial baru terbentuk. Generasi-generasi baru dengan skill tinggi akan mendapat ruang. Pemerintah hanya menyalurkan dan meningkatkan daya saingan mereka. Melindungi dan memfasilitasi sehingga mampu berkonstribusi bagi negara.

Harus diakui,  perjalanan kontruksi sosial-politik selama Rezim Orde Baru hingga SBY.  Ruang tersebut dibangun atas dasar nepotisme.  Jauh dari ketidak adilan.  Kemampuan individu bukan jadi landasan fundamental.

Sementara,  fenomena sosial di era paska- strukturalis telah berubah begitu mendasar. Industri digital berkembang pesat.  Akses informasi ada digengaman.  Sehingga individu mampu membangun ruang publik itu sendiri.  Ruang publik tanpa aliran ideologis,  tanpa interest politik atau sentimen SARA.

‘Ledakan Generasi Milenial’

Fenomena ledakan gererasi milenial inilah yang harus dibaca.  Generasi kelahiran tahun 1980 an hingga 2000 an, yang berusaha mengisi kontruksi sosial.  Ruang publik tidak lagi dikendalikan sentralistik atas dasar struktur sosial tertentu.  Generasi ini dikendalikan atas dasar trend teknologi media komunikasi. Kesadaraan sosial dibentuk dengan simulasi dan duplikasi artifisial (Intellegency Artificial).  Atau dikatakan filosof Perancis Jean Baudrillad sebagai simulacra.

Pilpres 2019 memang bukan kompetisi kandidat belaka.  Atau sekedar konflik ideologis.  Kelompok Ahalul Sunnah Waljamaah versus Wahabi,  kelompok reformis versus Orde Baru,  Pro NKRI dan HTI.  Namun perebutan pengaruh kuasa ruang publik.

- Advertisement -

Namun bukan berarti tidak ada relasi dengan kandidat.  Kandidat akan jadi simbol representasi.  Artikulasi keperpihakan akan menentukan dukungan kelompok-kelompok ini untuk siapa suara mereka salurkan.   Artificial generasi milenial inilah yang mampu ditangkap pasangan Jokowi. Meskipun sebagai Petahana,  Jokowi mampu menyampaikan pesan sebagai kandidat pro-perubahaan.

Jokowi mampu mengemas kesan sebagai pemimpin yang menjadi trigger gaya politik kekenian.  Mengaktualisasi harapan milenial tentang ruang publik yang diinginkan.

Selain itu,  Jokowi memberi dorongan.  Bahwa nasib bangsa dan negara ini adalah tangung jawab kaum milenial.  Sehingga, peluang politik kaum milenial terbuka lebar.

Sebaliknya,  Prabowo sebagai penantang.  Tidak mampu memberikan itu. Prabowo masih melekat kental semangat konvensional.  Ruang publik terstruktur,  penuh dogma,  patriarki dan kolot.

Upaya melepaskan diri dari kesan anti milenial tersebut sangat susah dilepaskan Prabowo kendati disandingkan dengan Sandiaga Uno.  Rekam jejak Prabowo lah,  yang jadi fakto identitifikasi kelompok milenial.

Raylis Sumitra
Raylis Sumitra
Presedium PENA 98 (Perhimpunan Nasional Aktivitis 98) Jawa Timur Mantan Jurnalis pengemar kopi
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.