Dalam rentang periode semester pertama Tahun 2020 ini, seluruh headline surat kabar maupun media sosial dipenuhi dengan berita tentang wabah Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Virus ini pertama kali ditemukan di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, pada Desember 2019. Virus ini menjadi pandemi dengan jumlah kasus terkonfirmasi terinfeksi di seluruh dunia mencapai 20,6 juta orang dan lebih dari 749 ribu kematian. Di Indonesia, kurang lebih 133.000 orang terkonfirmasi positif terinfeksi, bahkan diprediksi angka ini akan terus meningkat.
Sebagian besar aktivitas masyarakat dunia nyaris terhenti, sebagai upaya memutus rantai penyebaran Covid-19. Dampak serangan wabah Covid-19 ini sangat terasa. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyatakan wabah ini adalah ujian terbesar dan krisis global yang paling menantang sejak Perang Dunia II.
Skala krisis ini tentunya berdampak secara masif ke seluruh sektor. Saat ini sektor pariwisata terganggu, sosio-ekonomi global menjadi lesu, okupansi hotel terus turun dalam beberapa bulan terakhir, tertundanya berbagai event besar dan pembatasan mobilisasi yang mengakibatkan terganggunya pasokan kebutuhan pokok.
Sektor konstruksi di Indonesia pun turut terdampak pandemi. Pekerjaan konstruksi adalah sektor padat karya dimana tingginya intensitas interaksi pekerja di lapangan dinilai rentan terpapar virus. Namun demikian, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tetap berkomitmen menyelesaikan pembangunan infrastruktur dalam rangka menjaga keberlanjutan kegiatan ekonomi.
Upaya pencegahan telah dilaksanakan Kementerian PUPR dengan mengeluarkan Instruksi Menteri No.02/IN/M/2020 tentang Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang disahkan pada 27 Maret 2020. Hal ini bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dalam penyelenggaraan jasa konstruksi.
Dikutip dari jawapos, Ketua Bagian Hubungan Internasional Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) yang juga Direktur PT. Adhi Karya (Persero) Tbk, Partha Sarathi menjelaskan bahwa Adhi Karya telah menerapkan protokol Kesehatan dengan istilah: The New Normal di Lingkungan Kerja. Menyesuaikan mess atau tempat tinggal bagi pekerja proyek di lapangan, kantin kantor, dan juga pengecekan berkala selama tiga bulan. Selain itu membuat skenario revenue comparation dalam menghadapi situasi pandemi supaya bisnis dan keuangan tidak mengalami drop-off.
Masa pandemi ini belum bisa dipastikan berakhir sampai kapan. Hal ini akan terus berdampak terhadap ketersediaan rantai pasok. Sejumlah bahan baku impor akan sulit didapatkan, adanya variabel eskalasi harga dan bahan baku yang melambung tinggi karena pelemahan nilai tukar rupiah. Proses pendistribusian pasokan bahan baku akan terhambat akibat adanya pembatasan mobilisasi. Kesulitan pasokan bahan baku akan mengancam produksi material yang berujung pada penurunan kapasitas produksi. Maka tak heran disrupsi bahan baku akibat pandemi terhadap rantai pasok konstruksi akan terjadi.
Menghadapi hal ini, kita perlu memikirkan manajemen risiko keamanan rantai pasok selama pandemi. Tahapan awal adalah melakukan identifikasi dan persiapan pada proses operasional untuk meminimalisasi dampak Covid-19, selanjutnya memastikan ketersediaan dukungan keberlangsungan proses bisnis atau layanan yang berkaitan dengan ketersediaan dukungan dari pemasok.
Kita harus melakukan penilaian terhadap rantai pemasok terkait proses bisnis, kemungkinan dampak atau gangguan akibat keterlambatan pengiriman pasokan atau logistik, dan keterlambatan proses manufaktur akibat pandemi global ini. Di samping itu, komunikasi dengan pihak penyedia atau pemasok harus tetap dilakukan dengan baik, mengidentifikasi potensi penyedia atau pemasok lain yang dapat mendukung proses operasional ketika terjadi gangguan.
Pada situasi genting di tengah pandemi global seperti ini, kolaborasi semua pihak dalam pemenuhan rantai pasok sangat diperlukan, tidak hanya menyangkut pelaku utama, melainkan peran pendukung juga diperlukan. Perubahan atau tindakan yang diambil oleh salah satu anggota rantai pasok akan berdampak pada anggota rantai pasok yang lain.
Persoalan di masa pandemi ini memang rumit, membutuhkan kesabaran yang panjang, semangat yang melekat dan stamina yang kuat. Di sisi lain membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk mengatasinya, menguras APBN bahkan menghentikan sektor-sektor produksi.
Oleh karena itu, apapun yang terjadi saat pandemi ini adalah titik balik kita untuk berkontemplasi sejenak, bersabar dalam menghadapi wabah Covid-19, sembari berikhtiar dengan menjalankan imbauan pemerintah dan intelektual yang terkait di bidangnya. Semangat dan tetap optimis bahwa seluruh sektor bisa melewati krisis global ini, khususnya sektor konstruksi. Stay safe and keep healthy!