Di tengah derasnya arus informasi digital penerbitan buku dongeng anak juga terus berkembang. Pada umumnya anak-anak gemar membaca dongeng. Tidak ada batasan kapan anak mulai diperkenalkan pada dongeng. Pada usia dini, orang tua dapat membacakan dongeng terutama saat menjelang tidur
Sebuah penelitian saraf di National Institute of Child Health and Human Development, AS, yang dipimpin oleh G. Reid Lyon, Ph.D., menguatkan hal itu, jika mendongeng atau membacakan cerita kepada anak sebelum tidur bisa memicu peningkatan perkembangan otak.
“Ada indikasi yang jelas perbedaan neurologis antara anak-anak yang teratur dibacakan cerita dengan yang tidak,” kata Lyon dilansir Parents.
Perbedaan itu menurut Lyon, mencakup kemampuan anak untuk lebih cepat terampil berbahasa ketika ia terbiasa mendengarkan dongeng.
Meski begitu, hal itu tidak berarti bersifat permanen. Artinya, ketika ada anak yang sebelumnya tidak pernah dibacakan dongeng kemudian terbiasa didongengi setidaknya 2 jam sehari dalam kurun waktu 8 bulan, ia bisa juga menunjukkan peningkatan aktivitas otak seperti yang terjadi pada anak-anak yang gemar mendengar dongeng lainnya.
Manfaat mendongeng sebelum tidur, kian bisa dirasakan bagi anak dan orang tua jika dilakukan secara teratur. Virginia Walter, Ph.D, anggota perkumpulan profesor di Universitas California, AS mengatakan, jika mendongeng atau membacakan buku anak secara berulang bisa membantu meningkatkan pengembangan logika berpikir anak.
Tak hanya bermanfaat bagi peningkatan kemampuan otak, dongeng juga bisa jadi momen untuk mempererat ikatan emosi yang hangat dan menyenangkan, bagi anak dan orang tua (baca: kumparan.com, Manfaat Dongen Menurut Para Ahli).
Imajinasi adalah inti dari kebudayaan. Suatu bangsa tidak akan bisa melahirkan kebudayaan dan peradaban tanpa imajinasi. Penegasan ini disampaikan Ketua Umum Inovator 4.0 Indonesia Budiman Sudjatmiko (baca: kompas.id, Imajinasi Adalah Inti Kebudayaan).
Sejalan dengan pendapat tersebut, sebuah penelitian tentang dongeng banyak mengungkap makna serta fungsi dongeng dalam membangun imajinasi anak
Penelitian tersebut menyatakan bahwa dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi yang berisi tentang petualangan yang penuh imajinasi dan terkadang tidak masuk akal dengan menampilkan situasi dan para tokoh yang luarbiasa/goib
Dongeng termasuk cerita rakyat dan merupakan bagian tradisi lisan. Dongeng juga merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya
Dongeng selain berfungsi sebagai hiburan juga sebagai sarana untuk mewariskan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat karena dongeng mengandung ajaran moral
Dongeng juga mengisahkan hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri, hubungan sosial manusia dengan manusia lain, hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan Tuhan
Penelitian tentang dongeng juga terdapat dalam skripsi Meiga Ayu Anggraini dengan judul “Alur dalam Historic OU Contes du Temps Parse karya Charles Perraults”
Lantas bagaimana perkembangan dongeng di abad tehnologi digital ini? Tentu saja dongeng dan cerita anak berkembang pesat. Buku cerita anak diterbitkan dalam kemasan menarik dengan cover tebal, dalam berbagai ukuran
Mungkin masih banyak yang ingat kisah Sangkuriang, Timun Mas, Bawang Merah Dan Bawang Putih, Keong Mas dan banyak lagi
Belum lama ini Bobo mengeluarkan 32 judul cerita anak dalam versi digital yang dapat diunduh dengan mudah https://bobo.grid.id/tag/dongeng-anak-indonesia. Metode penyampaian dongeng pun tidak sebatas hard copy. Kini dongeng dapat disampaikan secara audio. Hal ini terutama untuk anak-anak yang memiliki keterbatasan atau disabilitas
Dongeng di abad ini tentu memiliki tema yang berbeda. Petualangan imajinasi dibumbui oleh kisah mengenai kemajuan tehnologi seperti gawai dan dunia internet
Lantas bagaimana dongeng di abad ini dapat turut membangun Kebudayaan di masa yang akan datang? Atau lebih tepatnya Kebudayaan seperti apa yang akan kita rancang mulai sekarang
Dongeng tetap pada fungsinya yang berisi ajaran moral tanpa perlu menghakimi hubungan manusia dengan Tuhan atau agama tertentu. Perubahan iklim saat ini membutuhkan kepedulian kita pada kesehatan dan alam.
Misal dongeng tentang panganan lokal, bagaimana anak mengenal gatot, tiwul, papeda atau rujak kuah pindang. Ragam makanan nuaantara yang kayak tidak kalah dengan burger, ramen atau sashimi. Dan betapa suburnya alam kita jika kita mau merawat dan menjaganya
Anak dapat diajak berpetualang di kebun sayur, buah bahkan teh dan kopi. Nuaantara begitu kaya, tidak akan ada habisnya menggali ide cerita dari ragam suku, keindahan panorama laut dan pegunungan
Dongeng bisa berisikan narasi tentang sampah plastik, menyayangi binatang, dan rasa berbagi. Bagaimana menumbuhkan kepedulian sosial pada sesama tanpa membedakan ras, suku dan agama
Anak-anak Indonesia diharapkan dapat berimajinasi tentang alam dan budaya Indonesia bukan hanya mengidolakan Barbie, Peterpan atau Doraemon
Raisa, pada saat ia berusia 8 tahun membuat sebuah cerita tentang seorang anak yang tidak suka makan sayur. Raisa memberi judul kisahnya dengan “Monster Sayuran”. Kisah lainnya tentang kegemarannya pada lollipop yang beraneka bentuk dan warna, “Dunia Permen”
Imajinasi akan membentuk Kebudayaan kita di masa yang akan datang jadi ciptakan dongeng sesuai dengan dunia seperti apa yang kita harapkan nantinya
Tehnologi digital akan terus berkembang dan berinovasi, seiring dengan itu kebudayaan kta juga akan mengalami dinamika. Corak produksi dan cara pandang masyarakat boleh saja semakin maju namun dengan kemanusiaan kita juga harus semakin dipertebal. Lebih lagi, adat dan budaya Kita tidak hilang tergerus kemajuan teknologi.