Human Immunodeficiency virus/ acquired immune deficiency syndrome (HIV/AIDS) dan Narkoba merupakan persoalan besar yang dihadapi dunia. Setiap tahun jutaan orang di dunia, terutama generasi muda telah menjadi korban.
HIV/AIDS dipandang sebagai salah satu penyakit paling menakutkan dimuka bumi. Hal ini dikarenakan jumlah korban yang terus meningkat setiap tahun, sementara obatnya belum juga ditemukan. HIV adalah Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia secara bertahap dan merusak bagian dari sistem itu, yaitu jenis sel darah putih yang disebut sel limfosit T. Virus ini juga melemahkan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit.
AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. AIDS merupakan tanda dan gejala berat yang disebabkan oleh penurunan imunitas atau kekebalan tubuh. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.
Penyebaran virus HIV dapat disebabkan melalui kehamilan, melahirkan dan menyusui, seks melalui oral, kegiatan pertukaran cairan tubuh, pemakaian alat bantu seks secara bersama-sama atau bergantian, melalui transfusi darah dari orang yang terinfeksi dan menggunakan jarum suntikan, dan perlengkapan menyuntik lainnya yang telah terkontaminasi.
Di Indonesia, sejak pertama kali ditemukannya infeksi pada tahun 1987, Bali merupakan provinsi pertama tempat ditemukannya infeksi HIV/AIDS di Indonesia.
Menurut UNAIDS ( United Nations Programme on HIV and AIDS ) yang merupakan pendukung utama untuk aksi global terhadap epidemik HIV yang cepat, luas dan terkoordinasi serta memiliki misi untuk memimpin, memperkuat dan mendukung respon yang meluas terhadap HIV/AIDS yang termasuk mencegah transmisi HIV, menyediakan fasilitas dan dukungan untuk orang yang sudah terlanjur hidup dengan virus, mengurangi kerentanan seseorang dan komunitas terhadap HIV dan mengurangi dampak epidemik, di Indonesia ada sekitar 690 ribu orang pengidap HIV sampai tahun 2015. Dari jumlah tersebut, setengah persennya berusia antara 15 hingga 49 tahun.
Wanita usia 15 tahun ke atas yang hidup dengan kondisi HIV sekitar 250 ribu jiwa. Angka kematian akibat AIDS mencapai 35 ribu orang. Dengan demikian terdapat anak-anak yatim piatu akibat kematian orang tua karena AIDS berjumlah 110.000 anak.
Di Sumatera Barat, Dinas Kesehatan (Dinkes) menemukan 1.346 Orang dengan HIV/AIDS (Odha) di Sumbar dari tahun 2002-2015, 173 di antaranya meninggal dunia. Untuk kabupaten/kota di Sumbar, Kota Padang menjadi tempat temuan Odha terbanyak dengan 499 temuan. Disusul Bukittinggi dengan 171 temuan.
Selanjutnya, Kab. Agam dengan 87 temuan, Kab. Padang Pariaman dengan 51 temuan dan sisa daerah lain di bawah 50 temuan. Meskipun jumlah temuan di Padang jauh melampaui Bukittinggi, secara case rate Bukittinggi menjadi daerah dengan kepadatan temuan tertinggi di Sumbar.
Menurut laporan UNAIDS yang diluncurkan di ibu kota Namibia, Windhoek pada hari Senin, 21 November 2016, sekitar 38 juta orang di seluruh dunia hidup dengan HIV pada 2015. Laporan berjudul “Get on the Fast-Track : The Life-Cycle Approach to HIV” itu menyebutkan bahwa diantara 38 juta orang yang hidup dengan HIV itu ada 18 juta perempuan dan 1,8 juta anak berusia kurang dari 15 tahun.
Tahun 2015 saja, menurut laporan itu, ada lebih dari dua juta infeksi baru, 150.000 di antaranya pada anak berusia di bawah 15 tahun. Sekitar 1,1 juta orang, termasuk 110.000 anak usia di bawah 15 tahun, meninggal dunia karena sakit terkait AIDS pada 2015 menurut laporan UNAIDS.
Laporan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menangani infeksi HIV/AIDS itu menyatakan bahwa di Sub Sahara Afrika saja ada 5.700 infeksi baru per hari sepanjang 2015. Sebagian besar negara sudah menjalankan program untuk memastikan mereka yang terinfeksi mendapatkan pengobatan tanpa penundaan.
Program-program pengobatan telah menjangkau 18 juta orang dengan HIV pada Juni 2016, termasuk 910.000 anak. “Jika upaya ini bertahan dan meningkat”, laporan itu menyatakan, “dunia akan berada di jalur mencapai target memberikan pengobatan kepada 30 juta orang pada 2020”. Program pengobatan melihat 5,8 juta orang berusia 50 tahun lebih yang hidupnya lebih panjang dan jumlah itu diproyeksikan naik menjadi 8,5 juta orang pada 2020.
Berbagai kampanye terus dilakukan untuk mencegah penggunaan narkoba dan penularan HIV/AIDS. Namun, meski jumlah pengguna narkoba dan penderita HIV/AIDS terus mengalami penurunan, tetapi jumlah pecandu narkoba dan penderita HIV/AIDS tetap berada diangka fatastis.
Dalam upaya untuk mencegah penularannya, kecerdasan sangat dibutuhkan dari setiap orang dalam upaya untuk menghindari serangan HIV. Kita harus bersama-sama melawan gejolak perkembangannya, hindari kegiatan atau perbuatan yang dapat menjadi sarana penularan. Sejatinya, masalah penyakit mematikan yang satu ini merupakan tanggung jawab bersama dalam upaya untuk mencari solusi pencegahan dan jalan keluar yang terbaik.
Kita harus sama-sama mengingat bahwa HIV/AIDS adalah penyakit paling mematikan yang hingga kini belum ditemukan obatnya. Meski pakar dan ahli kesehatan terus berupaya mencari obatnya, nyatanya dalam waktu yang sudah tergolong lama sekali pun obatnya tak juga di temukan. Marilah kita bersama-sama menyuarakan suara-suara bernada prihatin terhadap perkembangan HIV/AIDS, agar kita sama-sama tau cara untuk menghindari perluasan pertumbuhannya.
Mengingat bahaya HIV/AIDS dan penggunaan narkoba yang begitu besar, melakukan pencegahan terhadap HIV/AIDS dan penekanan jumlah pengguna narkoba bukan hanya menjadi tanggung jawab negara semata, tetapi merupakan tanggung jawab seluruh umat manusia. Oleh sebab itu, mari kita sama-sama mendorong terciptanya Indonesia sehat tanpa HIV/AIDS dan narkoba. Demi menjaga moralitas bangsa, baik manusia secara individu, maupun dalam konteks kehidupan bermasyarakat.