Penasehat PP Muhammadiyah Amien Rais mengatakan akan ‘menjewer’ Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir karena tidak segera menentukan sikap bagi warga Muhammadiyah jelang pilpres 2019 mendatang. Merespon ‘ancaman’ itu, Haedar nyantai saja dan terkesan tidak takut menghadapi ‘gertakan’ Amien Rais. Kok, Amien maksa-maksa sih, memang dia siapa?
Di tengah-tengah kalang kabutnya Amien Rais, justru Haedar malah semakin menegaskan bahwa ormas Muhammadiyah menolak terlibat dalam politik praktis sekaligus membebaskan warga Muhammadiyah untuk memilih pasangan capres-cawapres nomor urut 01 atau pasangan capres-cawapres nomor urut 02.
Penegasan Haedar ini secara langsung telah menyimpulkan bahwa Muhammadiyah tetap berada dalam garis politik kebangsaan dan berusaha keras mencegah terjadinya perpecahan bangsa dengan tidak memainkan politik identitas agama dalam kontestasi pilpres 2019.
Warga Muhammadiyah Cerdas
Sikap Amien Rais jelas-jelas telah menunjukkan bahwa elektabilitas Prabowo-Sandi memang perlu dikatrol karena posisi pasangan capres-cawapres nomor urut 02 itu, sudah semakin diabaikan rakyat, maka tak heran kalau Amien terus berkoar-koar membela Prabowo-Sandi dengan berbagai pernyataan nyeleneh yang terkadang memalukan bangsa ini.
Memangnya siapa Amien Rais maksa-maksa Haedar Nashir dan warga Muhammadiyah untuk mendukung Prabowo-Sandi? Jangan mentang-mentang menjadi penasehat PP Muhammadiyah, Amien Rais bisa dengan seenaknya mengintimidasi warga Muhammadiyah untuk terjun ke politik praktis.
Sadarkah Amien bahwa Muhammadiyah itu bukan miliknya semata. Amien Rais bukan siapa-siapa lagi di Muhammadiyah. Suara Amien sudah ngak laku lagi di Muhammadiyah dan di kalangan umat muslim. Warga Muhammadiyah sudah sangat cerdas dan berkualitas, terutama dalam menentukan siap politiknya dan mereka tidak perlu dipaksa-paksa. Sampai di sini seharusnya Amien bisa mawas diri.
Setelah gagal membawa kelompok Ijtima ulama (jilid1 dan jilid 2), FPI, PA 212, dan GNPF untuk mendukung Prabowo-Sandi, Amien Rais terlihat sangat frustasi dan mungkin mengalami depresi kejiwaan yang akut. Hal ini disebabkan karena dirinya yang sangat takut kalau pasangan Prabowo-Sandi kalah dalam kontestasi pilpres 2019.
Haedar Tidak Takut
Mungkin satu-satunya jalan untuk memperkuat suara Prabowo-Sandi, Amien mencoba menekan Muhammadiyah agar segera bersikap mendukung pasangan capres-cawapres nomor urut 02. Amien berharap, bila Muhammadiyah pro ke Prabowo-Sandi, maka akan banyak efek ikutannya, terutama dari kalangan muslim terdidik dan modern untuk mendukung Prabowo-Sandi. Selain itu, Amien juga ingin meraup massa mengambang yang hingga kini belum menentukan pilihannya, termasuk diantaranya kelompok milenial kelas menengah ke atas.
Namun, sayangnya manuver Amien yang mengancam akan ‘menjewer’ Haedar Nashir sia-sia belaka, karena sosok Ketua Umum PP Muhammadiyah itu, tidak takut kepada Amien Rais. Selama ini, Haedar juga tidak pernah melontarkan pernyataan yang sifatnya dukung-mendukung pasangan capres-cawapres yang akan berkompetisi di tahun 2019.
Haedar sangat paham bahwa bila Muhammadiyah terlibat dalam politik praktis, maka kemunginan besar akan terjadi perpecahan antar umat muslim (NU dan Muhammadiyah). Haedar tahu betul bahwa antara NU dan Muhammadiyah merupakan dua ormas yang menjadi ‘acuan’ bagi kaum muslim Indonesia, sehingga kalau salah satu ormas itu bermain politik praktis, maka perpecahan tak bisa dihindari lagi karena masing-masing ormas memiliki pendukung fanatik dan sangat loyal kepada pimpinannya.
Sampai hari ini, Haedar Nashir mampu membawa warga Muhammadiyah menjadi salah satu kelompok umat muslim yang peduli terhadap politik kebangsaan dengan menempatkan Islam sebagai alat pemersatu bangsa, diantara majemuknya status sosial masyarakat. Selain itu, tokoh-tokoh elit Muhammadiyah juga sudah mencium adanya kelompok-kelompok radikal yang mencoba memanfaatkan umat muslim, terutama warga Muhammadiyah untuk merebut kekuasaan politik dengan cara-cara yang kotor dan membahayakan persatuan antarumat dan persatuan bangsa.
Di sisi lain, Amien Rais justru semakin tidak cerdas dalam menyikapi perkembangan politik kebangsaan. Nalar dan naluri politik Amien Rais semakin tertutup oleh ambisi kekuasaan yang tanpa disadarinya, justru akan merusak moral dan metal bangsa dan konflik antarumat untuk jangka waktu yang panjang. Saya berharap, Amien Rais mau belajar untuk tahu diri dan tahu malu serta santun dalam berpolitik. Mudahan-mudahan Amien Rais kembali ke jalan yang lurus. Wassalam.