Sabtu, April 27, 2024

Masih Bisakah Para Elite Politik Tersenyum?

MK Ridwan
MK Ridwan
Alumnus Sekolah Kebudayaan dan Kemanusiaan Ahmad Syafii Maarif, Awardee MAARIF Fellowship (MAF) MAARIF Institute for Culture and Humanity, Alumnus Qur'anic Studies IAIN Salatiga

Ketika ingin menulis opini ini, saya teringat pada sebuah kata-kata inspiratif dari William Arthur Ward bahwa “Senyum yang hangat adalah bahasa universal kebaikan”. Lantas saya pun berfikir, bagaimana bisa pertikaian politik bangsa ini terjadi? Apakah para elit politik bangsa ini sudah tidak mampu tersenyum dengan hangat? Sehingga mereka telah kehilangan bahasa universal untuk menyampaikan kebaikan atau sekadar bertingkah secara baik?

Masyarakat awam bisa menggambarkan fenomena pertikaian akibat perbedaan politik dengan beragam persepsi dan tanggapan. Ada yang mungkin meniru sikap politik elit bangsa, bersikap netral atau bahkan cuek dan tidak mau tahu. Semua ekspresi tersebut adalah buah hasil dari kegagalan politikus di Indonesia.

Bahwa kegagalan terbesar para politikus adalah ketidakmampuannya mencitra baik wajah politik. Wajah yang suram, beringas, penuh dengan kebencian dan kekerasan ataupun pertengkaran, membuat masyarakat lambat laun mulai jengah dengan wajah politik dewasa ini.

Kondisi seperti inilah yang menyebabkan kita kemudian bertanya, apakah para elit politik masih bisa menunjukkan wajah senyum dari dunia politik? Senyum bukan saja sebuah gerakan menarik bibir ke dua arah pipi sambil memerkahkan raut muka. Lebih jauh dari itu, senyum memiliki power yang luar biasa.

Senyum mampu menciptakan koneksi dengan siapa saja, bahkan orang yang asing sekalipun, atau seorang yang tidak berbicara dalam bahasa kita. Senyum juga akan memiliki efek menular. Begitu Anda tersenyum pada orang lain, ia akan terserang “virus senyum” yang menyebabkan ia akan tersenyum balik kepada Anda. Meskipun hal akan terlihat sedikit janggal dan canggung.

Namun inilah senyum, senyum menciptakan kenyamanan, perdamaian dan persaudaraan. Senyum menjadi media komunikasi terbaik manusia dalam menyampaikan cinta kasih, penghargaan dan penghormatan terhadap perbedaan.

Kondisi carut marutnya percaturan politik di Indonesia yang ditandai dengan banyaknya aksi-aksi pertikaian, baik sikap vandalisme kaum oposisi maupun sikap represif-otoritatif rezim pemerintahan, telah secara bersama-sama membawa beban psikologis bagi masyarakat.

Di mana dalam hal ini, masyarakat lebih banyak hanya berperan sebagai penonton dan juga korban. Oleh karena itu, kita sebagai masyarakat hanya bisa berharap bahwa para elit politik bangsa ini tidak benar-benar kehilangan senyum mereka. Senyum adalah penawar luka, peredam dendam dan amarah, serta perekat perbedaan.

Maka, tersenyumlah wahai para elit politik bangsa, karena senyum Anda akan merangsang munculnya hormon-hormon seratonin, dopamine dan hormon-hormon lainnya yang memberikan rasa senang dan bahagia kepada Anda. Senyum Anda juga dapat memperkebal sistem imun tubuh, mengurangi stress, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan citra positif Anda.

Setiap kebahagiaan dalam senyuman itu nantinya diharapkan akan terpancar bentuk aksi-aksi kebajikan dalam memimpin negeri ini. Dan, pada akhirnya masyarakat akan memandang indah wajah tersebut serta membalasnya dengan senyuman. Mari tersenyum, karena senyum itu pun mudah dan gratis.

MK Ridwan
MK Ridwan
Alumnus Sekolah Kebudayaan dan Kemanusiaan Ahmad Syafii Maarif, Awardee MAARIF Fellowship (MAF) MAARIF Institute for Culture and Humanity, Alumnus Qur'anic Studies IAIN Salatiga
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.