Masa depan peradaban Islam dalam banyak tulisan selalu dikaitkan dengan ide kebangkitan Islam yang telah dimulai sejak abad ke-18 yang lalu.
Meskipun sudah kurang lebih tiga abad yang lalu, dan gambaran peradaban Islam ‘masa depan’ masih buram, kebanyakan para pemikir Islam tetap optimis.
Lalu apakah memang belum saatnya umat Islam untuk bangkit? Lalu sudah benarkah langkah-langkah umat Islam dalam mengusahakan kebangkitannya ini?
Jika kita menilik jauh ke belakang (sejarah), akan kita dapati bahwa peradaban Islam pernah mencapai puncak kejayaannya dimana tidak ada satu peradaban pun yang mampu menandingi. Namun, kini umat Islam tidak lagi memiliki apa yang disebut dengan peradaban yang membanggakan, karena disegala sektor bidang kehidupan, umat Islam tengah berada dalam keadaan yang amat memprihatinkan.
Pertanyaannya kemudian adalah mengapa hal ini bisa terjadi?
Pandangan Ziauddin Sardar
Dalam pandangan Ziauddin Sardar, “masa depan umat Islam bergantung pada diri mereka sendiri”. Secara lebih spesifik dan terfokus, Sardar mengaitkan masalah masa depan peradaban Islam dengan cara pandang umat Islam. Menurutnya, ada kesalah-pahaman mendasar yang dilakukan oleh kebanyakan umat Islam, terutama terkait dalam hal pemahaman nilai-nilai dasar dari ajaran Islam itu sendiri.
Sardar melihat bahwa kebanyakan umat Islam tidak benar-benar memahami nilai dasar ajarannya. Dalam konteks ini, banyak nilai-nilai dasar ajaran Islam yang tidak mendapat porsi pengamalan sebagaimana mestinya.
Nilai-nilai dasar ajaran Islam seperti bertanya, membaca, menulis dan berpikir, seakan kurang mendapat perhatian serius dan nyaris terlupakan oleh kalangan umat Islam itu sendiri, jika dibandingkan dengan ibadah-ibadah ritual, semisal shalat, puasa, zakat, dan ibadah ritual lainnya. Padahal, nilai-nilai dasar ajaran Islam tersebut telah terbukti menjadi material dasar fondasi umat Islam dalam membangun peradabannya yang gemilang.
Sehingga bertolak dari pandangan Sardar tersebut, memberikan penekanan bahwa masa depan peradaban Islam bergantung pada umat Islam itu sendiri. Masa depan peradaban Islam akan cerah jika umat Islam tidak meninggalkan nilai-nilai dasar ajarannya. Dan bahwa ibadah ritual bukanlah segalanya yang harus dilakukan untuk mencapai kembali masa depan peradaban Islam.
Rekonstruksi Peradaban Islam
Ketika berbicara masalah masa depan peradaban Islam. Ziauddin Sardar melihat pentingnya rekonstruksi peradaban dilakukan. Rekonstruksi peradaban berarti membangun kembali peradaban Islam dalam pengertian, bahwa Islam bukan hanya sekadar dipandang sebagai sebuah agama saja, tetapi Islam sebagai peradaban.
Pengertian Islam sebagai peradaban bukan dengan melihat Islam sebagai peradaban historik sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian umat Islam sebagai romantisme, tetapi sebagai peradaban kontemporer, bahkan peradaban masa depan.
Sehingga yang harus dilakukan adalah bagaimana agar umat Islam secara mayoritas menyadari akan pentingnya rekonstruksi peradabannya. Rekonstruksi ini harus dilakukan secara bersinergi, simultan dan berkesinambungan oleh seluruh elemen masyarakat Islam, bahkan oleh pihak penguasa (pemerintah).
Di era globalisasi saat ini, diperlukan upaya-upaya penyadaran kepada umat Islam secara keseluruhan akan pentingnya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin hari semakin berkembang dan maju. Secara lebih kongkret, proyek rekonstruksi peradaban Islam ini dilakukan dengan memfokuskan perhatian kepada seluruh umat Islam bagaimana mengaktualisasikan nilai-nilai dan konsep Islam untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kepada umat Islam harus diberikan pemahaman yang komprehensif tentang perhatian Islam yang begitu dalam akan pandangan keduniawian, khususnya dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Statement bahwa “akhirat itu lebih kekal”, dan oleh karenanya lebih penting untuk diperhatikan, namun tidak berarti harus manafikan dunia.
Pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapan Islam perlu disosialisasikan kembali secara lebih intens kepada umat Islam sehingga umat Islam tidak hanya fasih dalam ibadah saja, tapi juga fasih dalam ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga sekali lagi, dalam pandangan Sardar, “masa depan peradaban Islam sangat bergantung kepada cara pandang umat Islam itu sendiri”. Khususnya dalam melihat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang dikuasai Barat saat ini terkait dengan interpretasi mereka terhadap nilai-nilai Islam dan sejarah masa lalu umat Islam yang cemerlang nan gemilang.
Oleh karena itu, jika umat Islam menginginkan masa depan peradabannya yang cerah, maka yang diperlukan oleh umat Islam saat ini adalah merekonstruksi peradabannya, dengan cara melakukan eksplorasi epistemologi Islam terkait ilmu pengetahuan dan teknologi, dan terus mengembangkannya serta didukung penuh oleh segala unsur masyarakat Islam di seluruh dunia dengan membentuk jaringan-jaringan yang saling bekerjasama. Semoga!