Rabu, Oktober 9, 2024

Mahfud MD, Bapak Panembahan Hukum Indonesia

Faiz Fauzi
Faiz Fauzi
Pegiat Filsafat Politik Islam. Sekretaris Bidang Hikmah & Kebijakan Publik PDPM Banyumas.

Pemilihan Umum sudah mulai berlabuh. Babak baru dalam ajang perhelatan lima tahunan ini begitu menguras tenaga dan biaya. Dua pasang calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) sudah mendaftarkan diri ke KPU.

Pasangan pertama yang mendaftar ialah Joko Widodo dengan Ma`ruf Amin dan kedua Prabowo Subianto dengan Sandiago Silalahi Uno.

Dalam penentuan pasangan presiden dan wakil presiden menuai banyak intrik. Pasangan Jokowi-Ma`ruf Amin misalnya, di jam-jam terakhir Jokowi akan dipasangkan dengan Mahfud MD. Gembar-gembor nama Mahfud menyebar di Medsos.

Memang saat itu jokowi dan timnya hanya menyebut inisial “M” yang mengerucut pada Mahfud MD, Ma`ruf Amin, dan Moeldoko. Tapi di menit-menit terakhir nama Ma`ruf Amin lah yang akhirnya keluar sebagai pasangan Jokowi.

“Kekecewaan” datang dari para netizen dan pengamat (walaupun sebenarnya pengamat hanya kaget saja), karena menurut survei elektabilitas tertinggi pasangan Jokowi yang paling cocok Mahfud MD. Namun itulah politik, apa yang muncul di media hanya permukaan saja bukan pada jantung intinya.

Sebelum deklarasi, Mahfud MD memang dimintai berkas kelengkapan dari istana kepresidenan dan Mahfud akhirnya menyerahkan berkas itu ke istana. Sampai-sampai mahfud diminta ke istana untuk mengukur baju yang akan dipakai saat deklarasi nanti (jelas Mahfud di ILC).

Arus isu-pun berkembang di masyarakat maupun di dunia maya, karena Mahfud mengatakan secara terang-terangan ada tiga partai yang tidak setuju jika dirinya diangkat sebagai Cawapres Jokowi yaitu Golkar, PKB, dan PDIP. Karena ada indikasi kalau Mahfud disandingkan dengan Jokowi maka akan sangat mungkin jika jokowi menang pilpres 2019 maka Mahfud akan maju sebagai dipilpres 2024.

Mahfud diminta untuk bertemu dan melobi PKB oleh Pratikno, namun Mahfud menolak lantaran Mahfud bukan orang partai (tidak berurusan dengan partai), dirinya hanya berurusan dengan Jokowi. Dirinya kekeh bahwa terserah Jokowi saja, jika menghendaki jadi cawapres pasangan Jokowi atau tidak itu bukan masalah.

Jika menilik sejarah, Mahfud dulu orang PKB dan pernah menduduki sebagai mentri era Gusdur. Dalam perjalanannya PKB terpecah menajadi dua, PKB Gusdur dan Muhaimin (Cak Imin). Tahun 2014 Mahfud digadang-gadang menjadi Capres PKB dengan Rhoma Irama, namun ditengah perjalanan Mahfud ditinggalkan PKB yang mendukung jokowi sehingga beralih ke Prabowo dan menjadi Ketua Timses.

Saat ditanyai wartawan apakah Mahfud kecewa? “Kecewa sih engga, tapi kaget iya” jawabnya. Menurutnya apa yang diputuskan oleh Jokowi sudah benar dan Jokowi tidak perlu meminta maaf. Kalau semisal Mahfud diposisi Jokowi mungkin akan melakukan hal yang sama. Tandasnya

Politik jangan dibawa perasaan (BAPER), kalau dalam urusan politik baper maka hancurlah. Dalam politik kawan bisa menjadi lawan, begitupun sebalikanya. Tidak ada kawan yang abadi dalam politik, yang ada hanya kepentingan abadi.

Dilain sisi, Mahfud merupakan figur sukses menjadi Ketua Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) sehingga namanya bersih tanpa isu apapun, itulah yang menjadikannya menjadi kandidat cawapres Jokowi.

Nama MK melambung tunggi dibawah kepemimpinannya, banyak terobosan diambil oleh mahfud sehingga menjadi lembaga negara paling dipercaya oleh masyarakat.

Mungkin sudah menjadi garis tangan bahwa Mahfud MD menjadi “panembahan hukum atau “Bapak Konstitusi” Indonesia, bukan menjadi politisi apalagi Capres/Cawapres.

Faiz Fauzi
Faiz Fauzi
Pegiat Filsafat Politik Islam. Sekretaris Bidang Hikmah & Kebijakan Publik PDPM Banyumas.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.