LSI sudah kebablasan dengan melakukan dan mempublikasikan hasil survei pemilih Muslim berdasar frekuensi salat, mereka offside. Ini sudah tidak benar. Tidak sopan. Melanggar privasi dan etika. Efek ikutannya bisa membahayakan Ukhuwah Islamiyah.
Potensi pemilih muslim cukup besar. Dengan kata lain jika berhasil meraup suara mayoritas pemilih Muslim, hampir bisa dipastikan akan memenangkan pertarungan politik. Oleh karena itu, beragam cara digunakan untuk mengambil hati suara mayoritas ini. Beragam cara maksudnya: bisa dengan cara baik dan tidak baik.
Dan, salah satu cara tak etis yang muncul baru-baru ini adalah soal klaim (masing-masing kubu capres-cawapres) pada mereka yang; rajin salat dan yang dianggap tidak rajin salat– yang salah satunya dilakukan oleh LSI. Bagaimana hal ini bisa menjamin mereka (yang rajin shalat) matanya akan lebih awas dalam hal politik?
Dengan memasuki wilayah ‘benar-salah’ urusan privat, disini mereka offside. Kami putih suci, lawan kami gelap penuh dosa. Menuduh yang mengkritik ‘etika mereka’ tak tahu politik. Dan cara-cara tak etis ini haruslah segera di hentikan.
Sejarah telah membuktikan jalan ‘kesuksesan’ agama dan politik itu berbeda. Agama mengambil jalan keluhuran budi pekerti sedang politik lebih sering tak ambil pusing soal etika– kadang dipakai kadang tidak, tergantung keperluan. Politik lebih mengenal menang sebagai satu-satunya tujuan. Apapun akan dilakukan demi meraih kemenangan.
Pendeknya, cara ini jelas mewadahi mereka yang punya ambisi besar tapi potensi kecil. Lebih celaka lagi martabat agama jadi ternoda hanya karena menjadikannya batu loncatan untuk meraih kekuasaan semata.
Cara-cara politik memasuki wilayah privat apalagi dalam bab salat sungguh sudah kelewatan. Merangsek ke dapur orang yang mustinya kita hormati. Kelakuan kucing yang memang hanya dibekali naluri dan tak mengenal sopan santun.
Bahaya lain yang mengancam soal klaim-klaiman ketaatan melakukan salat ini adalah munculnya sikap mau menang sendiri hanya demi memenangkan agenda kelompok– yang cenderung menghakimi ‘ahlak dan moral’ orang lain. Akibatnya?
Menabur benih intoleran dikalangan umat islam itu sendiri, dan hal ini sudah seringkali terjadi yang seharusnya di cegah oleh setiap elemen warga-bangsa. Bukannya mengipas-ngipasi seperti yang dilakukan oleh LSI ini.
Hal itu juga merupakan satu bukti spirit politik sektarian yang tidak dikeklola dengan baik. Padahal, bukankah Islam seharusnya menggunakan pola mengajak dan memberi contoh dan bukan memaksa apalagi menghakimi? Begitulah setidaknya yang di ajarkan oleh kanjeng nabi.
Oleh karena itulah, tolonglah hentikan, petimbangkan akal-budi kalau mau membuat survei politik, jangan lagi menggunakan (salat) urusan privat sebagai indikator pemilih, dan jangan lagi menyeret-nyeret (sentimen) agama sebagai alat politik. Cukuplah masyarakat menimbang dengan nalar serta perasaan yang terbungkus dalam doa-doa mereka.
Pertanyaanya, habis ini mau apa lagi? Mau lomba Qiroah? Situ sehat? Ini mau mencari kebolehan pemimpin atau mau lomba jadi imam besar? Kenapa nggak suruh ikut lomba di Asean Game saja sekalian….. Mbok jangan mejadi manusia pemuja akal tapi sekaligus menghina moral. Akal budi adalah pemikiran yang sehat. Tapi jika hanya bermodal akal tanpa budi, dalam kasus ‘salat politik’ ini LSI jelas sedang menjalani laku tidak sehat.
Mari sama-sama hormati agama. Biarkan agama menyusuri eksistensinya dengan jalannya yang suci. Maka jangan jauhkan agama yang semula sebagai sumber nilai dan pemupuk rasa persaudaraan dengan menjadikannya sarana mengorek kebencian– dengan memasukan elemen pentingnya (salat) sebagai salah satu poin survei politik.
(Agama) Islam adalah jalan sunyi setiap pemeluknya demi menggapai ridho ilahi. Sedangkan aktifitas salat adalah komunikasi manusia dengan sang pencipta– dengan tidak perlu memamerkannya. Salat bukanlah kebisingan dan kegaduhan, jika soal salat ini masuk dan di kategorikan sebagai salah satu indikator survei politik, ini jelas menabur benih-benih permusuhan umat se-agama. Dan harus ada yang bertanggungjawab. Salah satunya adalah LSI karena telah melakukan survei bab salat ini.
*Ilustrasi dari nusantaranews.co