Ketika mendengar kata rumah sakit, maka akan langsung terbayang seorang dokter yang menangani berpuluh-puluh pasien itu. Namun, di balik hiruk pikuk dunia kesehatan dan suara dengungan alat-alat rumah sakit, ada tugas lain yang tidak kalah mulia, yang bekerja lebih dekat dengan pasien, yang hadir saat pasien sedang sakit maupun pulih, dan sering menjadi orang paling kuat ketika sekitarnya sedang lemah dan rapuh, ialah seorang perawat. Seorang perawat sering dipandang sebelah mata, padahal di balik senyuman itu tersimpan kisah tentang ketulusan, kepedulian, dan pengabdian yang tak akan pernah berhenti.
Menjadi perawat bukan hanya harus mengerti tentang prosedur klinis. Seorang perawat menuntut kesabaran yang luar biasa, ketelitian tinggi, serta empati terghadap pasien yang sedang menghadapi rasa sakit dan kecemasan. Seorang perawat adalah menjadi tempat bersandar bagi mereka yang penuh harap, mereka yang tak mampu mengungkapkan sakitnya. Mereka harus senantiasa mengerti perubahan suasana hati pasien bahkan keluarga pasien.
Pada tanggal 23 Oktober 2025 kemarin saya berkesempatan untuk mengunjungi dan mengamati aktivitas di Pusat Layanan Kesehatan Kampus C Universitas Airlangga, saya semakin paham bahwa seorang perawat bukan hanya sekedar pekerjaan di rumah sakit ataupun klinik, tetapi juga wujud dari kata empati dan tanggung jawab terhadap sesama manusia.
Pada hari itu juga terdapat seorang mahasiswa yang sedang sakit dan periksa ke Pusat Layanan Kesehatan (PLK) Unair. Atas izin dari pihak PLK Unair saya mengamati momen tersebut, seorang mahasiswa yang datang sendirian, maka seorang perawat juga harus hadir sebagai keluarga yang memberikan dukungan bukan hanya sebagai perawat yang memberikan pelayanan kesehatan saja. Dari momen singkat itu, saya belajar bahwa merawat bukan hanya tentang tuntutan profesi, tetapi juga tentang ketulusan kepada sesama manusia.
Satu hal yang menjadi poin utama adalah adanya empati yang diberikan seorang perawat kepada pasiennya. Ketika sedang memberikan perawatan, ada kalanya keluarga pasien akan merasa panik dan cemas, hal itu sudah menjadi tugas perawat untuk menenangkannya. Namun, disisi lain perawat juga harus fokus membantu dokter untuk melakukan pemeriksaan.
Dokter dan perawat bukan hanya sekedar profesi, tetapi juga menjadi sandaran harapan bagi keluarga pasien. Ketika ada seorang pasien yang gagal untuk diselamatkan, seorang perawat akan terlihat sedih, tetapi ia juga harus menguatkan keluarga pasien. Tindakan sederhana namun penuh empati jelas membantu meredakan kepanikan keluarga pasien dan menciptakan suasana yang lebih kondusif di ruang pelayanan.
Profesi keperawatan bukan hanya bekerja di rumah sakit maupun klinik, tetapi lebih dari itu yaitu perannya dalam menjaga Kesehatan Masyarakat. Profesi perawat memiliki peran yang sangat penting dalam sistem kesehatan global dan nasional. Hal ini sejalan dengan buku yang ditulis oleh Edison Kabak, S.Kep, Ners, M.Kep dengan judul “Perawat Sebagai Agen Kesehatan: Menjaga Kesehatan, Menyelematkan Nyawa.” Menyebutkan bahwa seiring dengan perkembangan tuntutan terhadap layanan kesehatan yang lebih baik dan lebih efisien, perawat tidak hanya menjadi pelaksana medis, tetapi juga agen kesehatan yang berperan dalam pencegahan, promosi kesehatan, serta perawatan.
Dalam konteks global, WHO menekankan bahwa perawat adalah bagian vital dalam meningkatkan akses ke layanan Kesehatan yang berkualitas, khususnya di negara-negara dengan system kesehatan yang terbatas. Di Indonesia, profesi perawat semakin berkembang dengan semakin banyaknya program pelatihan dan peningkatan kapasitas yang mendukung peran mereka sebagai penggerak utama dalam upaya menjaga dan meningkatkan kesehatan Masyarakat
Meskipun demikian, perawat sering dianggap sebelah mata oleh beberapa kalangan, padahal tugas seorang perawat juga tidak kalah beratnya dengan tenaga kesehatan yang lain. Mereka bekerja dengan berbagai kondisi pasien, dimulai dari anak-anak, orang dewasa, lansia, orang kritis, bahkan orang dengan gangguan mental.
Dalam setiap situasi, perawat harus mampu menyesuaikan kondisi pasien, memahami kebutuhan pasien, serta tetap menjaga ketenangan agar pelayanan yang diberikan tetap profesional dan manusiawi. Mereka tidak hanya memberikan perawatan fisik, tetapi sebagai pemberi dukungan emosional, dan penghubung antara pasien, keluarga, dan dokter. Karena itu, peran perawat menuntut ketangguhan mental, kesabaran, dan komitmen tinggi untuk memastikan bahwa setiap pasien mendapatkan perawatan yang layak tanpa memandang latar belakang maupun kondisi mereka.
Namun tak bisa dipungkiri bahwa sebuah empati juga akan tergerus oleh berubahnya zaman. Disaat orang-orang mulai kehilangan empati karena adanya gawai yang membuat jarang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. seorang perawat justru tetap berbagi empati lewat sentuhan lembutnya, hadir sebagai penolong yang menyentuh bukan hanya luka di kulit, tapi juga luka yang tak tampak oleh mata. Peran seorang perawat adalah untuk membumikan kasih sayang, menyampaikan kepedulian lewat tindakan nyata.
Momen berharga di Layanan Pusat Kesehatan Unair mengajarkan saya bahwa setiap tindakan sederhana seorang perawat memiliki makna yang mendalam. Di balik seragam yang sederhana, terdapat ketulusan, empati, dan dedikasi yang bekerja tanpa henti demi memastikan setiap pasien mendapatkan perawatan terbaik.
Perawat bukan hanya tenaga kesehatan, tetapi juga sahabat bagi pasien, penguat bagi keluarga, dan penjaga keseimbangan dalam pelayanan medis. Melalui pengabdian mereka, kita belajar bahwa kepedulian tidak selalu ditunjukkan dengan hal besar, melainkan melalui perhatian kecil yang tulus. Sudah seharusnya profesi perawat mendapat penghargaan yang lebih tinggi, karena mereka bukan hanya “pembantu” dokter, tetapi merekalah yang menjadi jalan kebaikan bagi sesama manusia.
