Jumat, Maret 29, 2024

Kuwu, Perhatikan Peran Pemuda

Wahidul Halim
Wahidul Halim
Mahasiswa Ilmu Hukum UIN Sunan Kalijaga

Pada 27 Oktober 2019, di Kota Cirebon secara serentak mengadakan Pemilihan Kuwu/Kepala Desa. Seluruh wilayah Cirebon berbondong-bondong menyiapkan perhelatan ini. Hampir seluruh masyarakat ikut terlibat untuk merayakan momen pencalonan Kuwu. Termasuk kreatifitas dalam ajang kampanye.

Motif kampanye yang dilakukan beragam dan menarik. Salah satunya menggunakan dukun sebagai media pemenangan. Para calon kuwu tidak malu lagi menggunakan dukun di depan publik. Baik dukun perawakan hitam maupun putih turut hadir dalam pesta demokrasi tersebut.

Para dukun, secara terang-terangan berani berkomat-kamit melakukan ritual di hadapan banyak orang. Mulai dari, membakar menyan, menyediakan sesajen, sesembahan doa sampai dengan bunga tujuh rupa jadi hiasan di depannya. Hal ini, sangat baru dalam kehidupan saya.

Dapat dikatakan sangat dahsyat pemilihan kuwu di Cirebon kali ini. Sudah mengalahkan pemilihan kepala camat, bupati, gubernur dan presiden dari segi substantif perghaiban. Selama ini, menggunakan dukun sebagai tim pemenangan menjadi sesuatu yang sangat tabu. Karena peran dukun seperti kucing hitam, tukang kirim santet untuk menyerang calon lainnya.

Hasil dari perdukunan oleh setiap calon kuwu di desa, menjadi motivasi tersendiri bagi para pendukungnya. Karena menggunakan dukun bisa berdampak menimbulkan rasa percaya diri untuk menang. Orang Cirebon menyebut, semakin kuat dukunnya maka peluang kemenangan semakin lebar.

Tentu, mekanisme perdukunan tidak menjadi faktor utama dalam pemenangan kuwu. Di belakang itu, ada beberapa unsur lahiriyah yang mengikutinya. Misalkan, dukungan masa membeludak, ibu-ibu dengan anaknya rela merasakan terik Matahari di siang hari, ibu-ibu lanjut usia yang semangat berjalan keliling desa membawa pamflet, dan para pemuda yang berjoget mengiringi kampanye pemilihan kuwu.

Pelaksanaan pemilihan kuwu telah menghabiskan dana sebesar 20,5 Miliar (radarcirebon.com). Maka, tugas Kuwu yang baru saja terpilih, bukan hanya membayar hutang-hutangnya yang numpuk. Atau, clamit mengikuti pemerintah pusat yang berfokus insfratruktur tanpa perawatan. Kuwu juga berperan dalam memberdayakan generasi muda sebagai penerus bangsa.

Sesuai dengan nilai dasar kemajuan suatu bangsa yang berawal dari tataran bawah. Desa dalam hal ini menjadi tonggak moral perkembangan bangsa. Termasuk menyiapkan generasi penerus bangsa. Sebab, pemuda terbentuk tidak jauh dengan lingkungan sosialnya. Pemerintah desa yang baru saja terpilih harus benar-benar menanggapi persoalan pemuda hari ini.

Membaca Diskursus Pemuda Desa

Tidak lama bangsa Indonesia merayakan hari sumpah pemuda pada 28/10. Hari dimana pemuda menjadi sentral perjuangan bangsa. Pemuda juga berkali kali digungkan oleh kalangan sebagai sosok yang mampu merubah bangsa. Pemuda digambarkan oleh Soekarno sebagai penggoncang dunia.. Lalu bagaimana pemuda hari ini ?.

Desa dan pemuda menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Majunya suatu desa tidak terlepas dari gerakan yang dilakukan oleh pemuda. Begitupun sebaliknya, apabila suatu desa tidak mendukung peran pemuda, tidak lama lagi desa hancur dengan sendirinya. Kehancuran-kehancuran itulah yang mengikis pernyataan bahwa pemuda sebagai estafet bangsa yang perlu dijaga perannya.

Peran pemuda dengan semangatnya yang berapi-api menjadi intrik tersendiri bagi berkembangnya desa. Wadah bagi pemuda seperti Karang Taruna, Iremas dan komunitas di dalam desa harus didukung penuh oleh segala kalangan. Khususnya kuwu yang baru saja terpilih. Pemuda hari ini harus dirangkul bersama dengan didikan organisasi. Bahwa pemuda hari ini benar benar diakui keberadaannya.

Di desa saya, label pemuda sudah tidak tercitrakan lagi. Pemuda tidak memiliki posisi yang elegan dalam kondisi sosial. Ia berada di luar garis lingkar kenormaan. Kegiatan pemuda di mata masyarakat berupa mabuk-mabukan, pacaran tidak jelas, nongkrong sampai pagi, ribut dengan desa sebelah dan lain sebagainya. Namun, perlu digaris bawahi, tidak semua pemuda begitu.

Pemuda tanpa sebab melakukan kegiatan yang kebanyakan orang mengecap tidak berfaedah. Peran pemuda hampir tidak ada dalam tataran sosial. Pola pemuda di kebanyakan wilayah desa tergambar dalam struktur non peningkatan. Jika dilihat dari rentetan waktu, pemuda ketika sekolah kegiatannya, bolos dan tawuran. Anda bisa mengecek kasus tawuran antar pelajar di Cirebon.

Ketika lulus sekolah, pemuda sibuk untuk mencari lowongan pekerjaan. Kadang, mereka kesulitan mendapatkannya. Otomatis menganggur di desa dan menjadi bahan perbincangan tetangganya. Bermula dari sini, pemuda tidak melakukan perubahan semacam kegiatan yang mendukung perkembangan desa. Bahkan, dapat dicek seberapa banyak karang taruna dan iremas atau komunitas yang aktif di desa. Melihat wadah-wadah ini dapat menjadi acuan dasar dalam aktifnya peran pemuda.

Kuwu yang baru saja terpilih harus melihat dan menjawab persoalan pemuda hari ini. Kuwu memiliki begaining posison yang kuat untuk merangkul para pemuda untuk aktif dalam memajukan perkembangan desa.

Ada bebrapa poin yang menjadi tolak ukur untuk memberi ruang kepada pemuda. Selain meningkatkan kemajuan desa, juga berdampak pada perkembangan pemuda itu sendiri.

Pertama, kuwu harus mengaktifkan wadah organisasi desa yang ada. Dengan organisasi, menjadi pendidikan pertama dalam mengaktifkan kegiatan desa dan pemuda. Letakkan pemuda dan beri ruang yang masif untuk pemuda mengolah daya kreatifitasnya. Jika organisasi ini berjalan dengan terstruktur dan sistematis, tidak takut lagi untuk mempersiapkan generasi penerus.

Kedua, kuwu mengaktifkan ruang ruang ekonomi desa. Kuwu dalam hal ini menjadi punggung untuk memepersiakan sebuah lahan ekonomi yang akan dikelola oleh pemuda. Banyak macamnya, kuwu dapat memberikan tanah bengkok jika ada) kepada pemuda untuk dikelola menjadi lahan pertanian yang hasilnya dapat dinikmati oleh pemuda itu sendiri.

Kuwu juga dapat bergerak dalam hal kopersi desa. Kuwu beserta jajaran perangkat desa memepersiapkan pemuda dengan pelatihan pelathan untuk mengelaola kopersi desa. Kopersi yang disediakan untuk menyelamatkan permaslaahan pendapatan ekonomi Pemuda. Sebab, pemuda harus berdikari dalam hal ekonomi. Agar, tidak bergantung pada mode pabrik yang tidak memilkiki waktu lama.

Ketiga, kuwu mewadahi sarana fasilitas olahraraga untuk pemuda. Wadah itu bisa berupa tim cabang olahraga. Seperti sepakbola voli, basket dan lain sebagainya. Pemuda bukan hanya menjaga kesehatan badannya, tetapi dapat menggali potensi yang ada dalam diri. Sehingga, pemuda pemuda yang berbakat dapat diseleksi untuk menjadi atlit nasional.

Keempat, kuwu memfasilitasi pemuda untuk menjalin hubungan dengan kalangan sesepuh desa. Hal ini penting untuk menggali ide dan masukan dari kalangan sesepuh yang sudah berpengalaman. Pemuda dalam segi perencanaan menjalankan perannya di desa sudah matang.

Kelima, kuwu merangkul pemuda dengan menjadikannya agen Contoling. Dimana setiap keputusan yang akan diambil oleh kuwu harus mempertimbangkan aspek pemuda. Pemuda inilah yang mengontrol pola kerja dari kuwu.

Dengan demikian, pemuda tidak lagi diremehkan secara kasat mata. Pemuda benar benar terwujud dalam kerangka sosial yang utuh.

Wahidul Halim
Wahidul Halim
Mahasiswa Ilmu Hukum UIN Sunan Kalijaga
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.