Kamis, April 25, 2024

Kurikulum 3T dan Ibukota

Belinda Viklous
Belinda Viklous
Penulis dari perbatasan yang bermimpi besar

“Kesiapan Guru dan Isi Buku Kurikulum 13 yang diKeluhkan”, “Guru Gagal Paham terhadap K13”, “Rumitnya Penerapan Kurikulum 13” beberapa headline dari beberapa media online yang ada di Indonesia, mengangkat tentang beberapa kontroversi K13.

Tentu hal-hal diatas sudah sangat sering kita dengar, seperti yang kita tahu bawa pergantian Kurikulum sendiri bukanlah hal baru di Indonesia. Dan yang menjadi masalah adalah bagaimana cara mengatasi kontroversi mengenai kurikulum yang ada di Indonesia dan apa yang menjadi penyebab dari sulitnya penerapan kurikulum tersebut.

Sekolah merupakan lembaga resmi yang memberikan kita ruang dan tempat baik itu bagi peserta didik maupun bagi tenaga pengajar untuk bertukar dan membagikan ilmu dalam ruang lingkup formal. Sekolah juga menjadi hal yang mendasar dan wajib dan masuk dalam kebutuhan primer yang harus kita miliki.

Tapi apa sebenarnya tujuan dari sekolah itu sendiri, bukankah sekolah seyogyanya adalah tempat bagi kita sebagai tenaga pendidik untuk membagikan ilmu yang kita miliki dan juga meningkakan kompetensi peseta didik agar mampu bertahan dan menjadi seorang yang dapat berguna bagi dirinya sendiri maupun bagi orang disekitarnya.  Dan untuk mencapai hal tersebut tentu dibutuhkan perangkat pendukung agar tercapainya tujuan tersebut.

Kurikulum menjadi hal yang sangat penting dalam sekolah, karena kurikulum sendiri merupakan perangkat mata pelajaran yang dimana berisi rancangan bagi guru dalam menyampaikan materi yang akan diberikan kepada peserta didik. Di Indenesia sendiri kurikulum sudah memuliki banyak pergantian, dimulai dari kurikulum 1947 sampai dengan kurikulum 13 yang kita ketahui sekarang.

Masih sangat jelas dalam ingatan kita dimulai gencar-gencarnya perubahan Kurikulum DI Indonesia pada jaman Menteri Pendidikan Bapak Bambang Sudibyo yang menggagas Sekolah Berbasisi Internasional dan KTSP, dilanjutkan  oleh bapak Mohammad Nuh yang mulai menggantikan KTSP dengan menerapkan K13 pada saat itu, Bapak Anies Baswedan yang justru menghentikan Implementasi K13 disebagian besar wilayah di Indonesia karena dirasa belum siap.

Hingga sampai pada Bapak Muhadjir Effendy yang masih menerapkan K13 yang sudah diperbaharui dan menggagas sekolah full day diseluruh wilayah Di Indonesia. Namun pada kenyataannya pergantian kurikulum yang ada di Indonesia sendiri sempat mengalami beberapa kontroversi dimulai dari ada celotehan tentang ganti menteri ganti kurikulum dan lainnya.

Kurikulum yang terus berganti atau bisa dikatakan diperbaharui tentu memilki nilai positif dan negaifnya. Mengapa kita bisa menyimpulakn hal demikian, karena pada dasarnya seperti K13 yang saat ini sudah diterpakan diseluruh wilayah Indonesia masih dirasa belum bisa merata sepenuhnya dikarenakn banyak faktor.

Mulai dari kurangnya saran, media pembelajaran dirasa kurang cocoknya materi dengan lingkungan di masing-masing daerah yang ada di Indonesia, K13 yang hanya dijadikan formalitas dan masih banyak lagi. Hal ini pun menjadi kendala, oleh karena itu menyebabkan masih banyak sekolah yang ada di Indonesia seperti di pedalaman ataupun daerah 3T yang belum bisa mengikuti K13 dikarenakan kendala-kendala di atas.

Untuk daerah yang berbasis diperkotaan tentu tidak akan merasa kesulitan yang berarti daam penerapan K13 dikarenakan mudahnya dalam mencari sarana media pembelajaran, tenaga pendidik yang berkompetensi dan juga pengawasan yang bisa dilakukan secara rutin, namu bagaiaman dengan sekolah yang berdomisili di daerah pedalaman maupun 3T.

Kita yang hidup di daerah 3T tentu merasakan kesulitan dalam penerapan K13 dikarenakan banyaknya kendala tadi. Seperti munculnya berita tantang tidak dilanjutkannya K13 di sekolah yang ada dipedalaman NTT: “Ketika saya menerapkan K-13 ada kesulitan untuk memberikan contoh karena alatnya di sini tidak ada, seperti gambar transportasi kereta api. Di desa ini tidak ada bahkan saya tidak bisa memperlihatkan kepada siswa,” ucap

Sofia, di Desa Sillu. Hal ini menjadi salah satu contoh kecil dari banyaknya daerah pedalam di Indonesia yang merasakan sulitnya dalam mengimplementasikan K13 didaerahnya dikarenakan sangat kurangnya sarana media pembelajaran yang memadai.

Maka ada baiknya jika K13 harus dikaji lebih dahulu agar dapat diimplemetasikan diseluruh wilayah di Indonesia, dan jika tidak diganti ada baiknya diperlukan pemerataan sarana dan media pembelajarnsecara menyeluruh ke wilayah yang ada di Indonesia, namun hal ini juga tidak akan mudah dikarenakan luasnya Indonesia dandiperlukan dana yang tidak sedikit didalamnya.

Oleh karena itu seharusnya sebelum di keluarkan putusan untuk K13 ada baiknya dilakukan pendataan secara menyeluruh dan sebenarnya agar nantinya K13 dapat disusun sesuai dan dapat diimplemetasikan di masing-masing wilayah yang ada di Indonesia.

Pada dasarnya pembaharuan Kurikulum dalam suatu negara tentu memilki tujuan untuk memperbaiki sistim pendidikan yang ada dinegara tersebut, namun akan alangkah baiknya jika kurikulum yang akan diterapkan harus melalui proses yang dimana membantu dalam perancangannya agar dapat disesuaikan dengan kondisi dari peserta didik yang tentunya berbeda-beda maupun bagi tenaga pendidik yang ada agar nantinya pendidikan yang ada akan memberikan dampak yang posistif bukan hanya bagi peserta didik itu sendiri namun juga bagi negara tersebut ke arah yang lebih baik lagi.

Belinda Ekharisti Viklous

Penulis dari Pedalaman yang Bermimpi Besar

Belinda Viklous
Belinda Viklous
Penulis dari perbatasan yang bermimpi besar
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.