Jumat, Februari 14, 2025

Kritik Feminisme Radikal Terhadap Budaya Patriarki Film Barbie

Rizma Indah
Rizma Indah
Halo saya Rizma Indah Hobi: bernyanyi, memainkan alat musik gitar, menulis naskah cerita
- Advertisement -

Budaya patriarki merupakan suatu sistem sosial di mana laki-laki berdominasi untuk menguasai dan memiliki kendali yang lebih besar daripada perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, di mana perempuan seringkali terpinggirkan dan memiliki akses yang terbatas. Tentunya dalam sistem tersebut dapat menghambat perempuan untuk bisa berkembang dan mencapai kesetaraan dengan laki-laki.

Menurut (Rokhmansyah, 2013) pada jurnal (Sakina & Siti, 2017) pembatasan-pembatasan yang diterapkan oleh budaya patriarki membuat perempuan menjadi terbelenggu dan mendapatkan perlakuan diskriminasi. Ketidakadilan dalam pembagian peran antara laki-laki dan perempuan menjadi suatu rintangan struktural yang bisa menyebabkan individu dalam masyarakat menghadapi kesenjangan berbagai akses di kehidupan.

Secara umum, praktik budaya patriarki masih berlangsung sampai sekarang, meskipun ada banyak gerakan feminis dan aktivis perempuan yang aktif menyuarakan dan memperjuangkan hak-hak mereka. Tentunya fenomena ini tercermin dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk ekonomi, politik, dan budaya.

Praktik budaya patriarki bisa dilihat dalam berbagai cara, termasuk pada representasi gender dalam media seperti film Barbie 2023. Film Barbie ini disutradarai oleh Greta Gerwig, di mana ia merupakan seorang feminis. Kehadiran Greta Gerwig sebagai sutradara mengundang ekspektasi bahwa film yang di angkat tersebut lebih condong ke arah nilai-nilai feminis.

Namun film ini memunculkan nilai-nilai stereotipe dan patriarki. Di mana ketika Barbie dan Ken masuk ke dalam dunia nyata, mereka dihadapi oleh situasi yang tidak lazim. Barbie dan Ken menjadi bahan lelucon orang lain dengan merendahkan pakaian mereka berdua yang dinilai tidak biasa. Bahkan ada laki-laki yang mengeluarkan komentar tidak menyenangkan sampai melakukan perlakuan yang tidak pantas terhadap Barbie.

Sementara itu, berbeda dengan Barbie Land, di mana laki-laki mendominasi setiap tempat yang mereka kunjungi. Bahkan tidak ada pemimpin perempuan dan pekerja perempuan yang terlihat di sana. Dan pada akhirnya Ken merasa punya kendali penuh terhadap Barbie. Tentunya adegan tersebut menunjukkan bagaimana nilai dan norma budaya patriarki dapat terwujud dan dipertahankan melalui media, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi cara kita memahami serta melihat peran gender dalam kehidupan sehari-hari.

Namun dalam konteks yang lebih luas pada dasarnya seorang perempuan juga punya hak untuk mengambil kendali atas kehidupan dan pilihan mereka sendiri tanpa adanya hambatan yang membuat perempuan merasa terkekang oleh nilai patriarki yang ada. Seorang perempuan juga bisa menjalani perannya dengan penuh kebebasan atas apa yang mereka tentukan, baik dalam dunia karir atau kehidupan pribadi.

Tentu hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada tekanan dari nilai-nilai patriarki, perempuan bisa menentukan jalannya sendiri, menentang stereotipe gender yang ada, serta menciptakan ruang bagi terciptanya kesetaraan gender yang lebih baik.

Jika dilihat dari segi teoritis, tentunya tindakan patriarki ini dinilai sebagai tindakan yang memperlihatkan bagaimana laki-laki mempertahankan posisi nya yang dominan dan perempuan berada dalam posisi subordinat. Tentu hal ini mengacu pada kritik feminisme, secara umum feminisme sendiri berupaya untuk mengubah atau mengatasi ketidakadilan gender, dengan menekankan pentingnya kesetaraan gender di semua aspek, dengan begitu perempuan bisa menikmati hak-hak mereka sama seperti laki-laki.

Pada dasarnya, feminisme sendiri muncul karena dilatari oleh ketimpangan hubungan antara laki-laki dan perempuan di dalam masyarakat, sehingga mendorong kesadaran dan upaya untuk menghapuskan ketidaksetaraan tersebut (Hidayati, 2018).

- Advertisement -

Namun kritik feminisme pada film Barbie ini mengarah pada feminisme radikal, dimana feminisme radikal menurut (Megawangi, 1999) pada jurnal (Supartiningsih, 2003) berapandangan bahwa ketidakadilan gender berakar pada perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan ini, mengacu pada kehamilan dan peran keibuan yang selalu diperankan oleh perempuan, hal tersebut termanifestasi dalam institusi keluarga. Oleh karena itu, feminisme radikal melihat institusi keluarga sebagai sumber dominasi laki-laki (patriarkhat).

Kritik feminisme radikal pada film Barbie ini menyoroti bahwa meskipun Barbie sebagai sosok yang kuat dan mandiri, namun narasinya tetap memperlihatkan dominasi laki-laki. Di mana mencerminkan bagaimana laki-laki dianggap lebih dominan dalam masyarakat patriarkal. Selain itu, film ini juga masih menunjukkan ketergantungan perempuan pada laki-laki dan mempertahankan peran tradisional perempuan. Meskipun film ini mencoba menantang stereotipe, namun pada kenyataannya perempuan tetap harus berjuang keras melawan dominasi laki-laki untuk mencapai kesetaraan gender.

Dengan demikian, perjuangan untuk mencapai kesetaraan gender harus terus dilanjutkan, tidak hanya melalui representasi media tetapi juga melalui perubahan struktural yang lebih dalam di masyarakat. Film Barbie mengingatkan bahwa meskipun ada kemajuan dalam memberdayakan perempuan, masih banyak aspek yang perlu disempurnakan untuk mencapai kesetaraan gender yang sebenarnya. Penting untuk diakui bahwa usaha untuk mencapai kesetaraan gender melibatkan perubahan substantif terhadap struktur kekuasaan yang saat ini ada.

Film Barbie ini dengan segala kelebihan dan kekurangannya dalam memvisualisasikan perempuan, mendorong kita untuk terus mengevaluasi dan mengkritisi pengaruh media terhadap cara kita memahami dan mengalami dunia sosial. Dengan kolaborasi lintas sektor masyarakat, kita dapat mengubah paradigma yang membatasi perempuan dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif serta adil bagi semua individu, tanpa memandang jenis kelamin. Langkah ini esensial untuk memastikan bahwa perjuangan menuju kesetaraan gender tidak sekadar menjadi retorika kosong, melainkan juga mempercepat perubahan nyata dalam struktur sosial dan budaya yang kita hadapi.

Rizma Indah
Rizma Indah
Halo saya Rizma Indah Hobi: bernyanyi, memainkan alat musik gitar, menulis naskah cerita
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.