Minggu, November 24, 2024

Kisah Tragis Owa Jawa, Perjuangan Melawan Perburuan Liar

Rachmad Bryan
Rachmad Bryan
Fuelled by a passion for storytelling and a keen understanding of consumer behavior, this marketing copywriter is adept at turning complex concepts into digestible, enticing messages.
- Advertisement -

Keberadaaan spesies Owa Jawa kini ditaksir kurang dari 4000 ekor di seluruh penjuru Indonesia. Jumlah yang sangat minim mengingat spesies ini merupakan hewan endemik asal Indonesia utamanya pulau Jawa yang harus dijaga dan dilindungi karena spesies tersebut termasuk ke dalam kategori terancam punah.

Seperti yang kita tahu, Owa Jawa merupakan primata yang tergolong kedalam famili Hylobatidae dengan ukuran tubuh rata-rata sepanjang 45-50 centimeter dan berat 5-7 kilogram. Primata ini umumnya berwarna abu-abu dengan warna di punggung lebih gelap ketimbang perut, wajahnya juga berwarna gelap dan terdapat cincin berwarna terang di sekitar mukanya.

Owa Jawa tersebar di berbagai wilayah hutan hujan tropis dan hutan pegunungan seperti di Taman Nasional Gunung Salak, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Gunung Slamet, dan beberapa Pegunungan Dieng. Namun saat ini, habitat asli Owa Jawa mulai memudar akibat fragmentasi hutan dan deforestasi yang terjadi sehingga menyebabkan berkurangnya distribusi primata tersebut.

Hewan ini termasuk dalam kategori kritis atau EN (Endangered) oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) karena ancaman terhadap kelangsungan hidup mereka yang diakibatkan oleh perburuan liar dan hilangnya habitat.

Motif dari perburuan liar yang dilakukan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab ini ditujukan untuk berbagai macam hal, ada yang ditujukan untuk dipelihara karena Owa Jawa merupakan hewan eksotis dan memang sering kali terpantau akan tingginya permintaan pasar hewan peliharaan baik di dalam negeri maupun luar negeri sehingga hal tersebut bisa menjadi motivasi yang kuat untuk mendorong praktik ilegal ini.

Bukan hanya diburu untuk diperdagangkan, beberapa individu atau kolektor banyak yang tertarik untuk memiliki Owa Jawa sebagai koleksi pribadi. Ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan khusus dan kondisi habitat alami oleh para pelaku sehingga menyebabkan pengambilan ilegal dari alam liar dianggap sebagai hal yang lumrah bagi mereka.

Bahkan dalam beberapa kasus lainnya, ada kepercayaan tertentu yang menganggap bagian-bagian tubuh Owa Jawa memiliki nilai tradisional atau nilai spiritual tertentu dan juga banyak dari mereka merasa bahwa bagian tubuh tersebut juga bisa digunakan sebagai obat-obatan karena mengandung khasiat yang ajaib. Selain perburuan ilegal yang ditujukan untuk tujuan-tujuan tertentu, rusaknya habitat Owa Jawa juga berdampak sangat besar terhadap kepunahan spesies ini.

Jika dilihat dari statistik, indeks pembangunan di pulau Jawa juga berkembang cukup pesat yang mana hal tersebut berdampak pada peningkatan kebutuhan lahan yang semakin meningkat. Ini sangat mempengaruhi keberadaan Owa Jawa karena banyak sekali hutan-hutan yang merupakan habitat asli primata tersebut habis dibabat untuk dijadikan sawah, perkebunan dan banyak kebutuhan lainnya yang secara otomatis memaksa Owa Jawa harus turun ke daerah yang lebih terbuka untuk mencari habitatnya dengan resiko potensi untuk diburu semakin tinggi.

Suatu hal yang sangat disayangkan, mengingat Owa Jawa memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga kestabilan ekosistem hutan. Seperti halnya melalui penyebaran benih kotoran mereka setelah memakan jenis buah-buahan dari pohon, mereka juga sering kali menyebarkan kotoran-kotoran mereka ke tempat yang jauh sehingga hal tersebut membantu dalam proses regenerasi hutan dengan menumbuhkan tanaman yang baru.

Selain itu, Owa Jawa juga merupakan pemangsa alami beberapa jenis serangga yang dapat mengganggu pertumbuhan pohon atau tanaman lainnya. Dengan memakan serangga yang mungkin bisa menjadi hawa, mereka membantu menjaga kesehatan tanaman di lingkungan hutan.

- Advertisement -

Sebagai bagian dari rantai makanan, Owa Jawa memengaruhi populasi hewan yang lainnya dalam ekosistem mereka. Mereka dapat menjadi mangsa bagi predator tertentu dan juga memiliki hubungan simbiosis dengan beberapa jenis tumbuhan. Owa Jawa juga bisa menjadi objek studi ilmiah yang penting dalam penelitian perilaku primata, ekologi, dan konservasi. Pengetahuan yang diperoleh dari studi tentang Owa Jawa dapat membantu dalam upaya pelestarian habitat mereka dan juga bisa menjadi dasar dalam memahami jenis spesies yang hampir punah disertai dengan upaya yang bisa lakukan untuk terus meningkatkan usia harapan hidup spesies-spesies tersebut.

Faktor lain yang membuat mengapa spesies ini sangat diperhatikan kelestariannya adalah karena Owa Jawa merupakan hewan monogami yang artinya setia terhadap pasangannya sekali seumur hidup. Dengan kondisi demikian, ketika Owa Jawa sedang menghadapi perburuan liar yang mana sering kali terjadi kasus induk Owa Jawa dibunuh dan bayinya diambil untuk diperlihara maupun diperdagangkan.

Pejantan Owa Jawa yang kehilangan betina dan anaknya kemudian mengalami stress berat sampai pada akhirnya mati. Kemampuan Owa Jawa betina untuk melahirkan anak adalah tiap 2 sampai 3 tahun sekali, dan biasanya mereka hanya melahirkan satu anak pada setiap kelahirannya. Usia kandungan betina Owa Jawa juga hampir sama seperti manusia yakni berkisar antara 7-8 bulan untuk menempuh proses hingga menuju kelahiran. Itu merupakan angka yang relatif lama untuk ukuran hewan primata kecil.

Maka dari itu, perlu adanya penanganan khusus untuk merawat dan melestarikan spesies Owa Jawa karena kemampuan mereka untuk menghasilkan keturunan tergolong relatif lama ditambah dengan perilaku alami monogami yang sangat setia kepada betina dan keturunannya dalam struktur sosial Owa Jawa juga sangat mempengaruhi pola hidup Owa Jawa.

Penanganan khusus dapat dilakukan melalui dua cara untuk saat ini, yakni konservasi In Situ dan Ex Situ. Konservasi In Situ sendiri meliputi:

  • Pembentukan Taman Nasional dan kawasan konservasi yang bertujuan melindungi habitat asli Owa Jawa di alam liar.
  • Upaya pemulihan habitat termasuk reforestasi, pemulihan ekosistem, dan konservasi sumber daya alam untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kehidupan Owa Jawa
  • Penegakan hukum untuk melawan deforestasi, perburuan ilegal dan aktivitas yang merugikan lainnya karena penegakan hukum yang kuat dapat membantu menjaga keberlanjutan habitat mereka.

Konservasi In Situ ini sendiri berfokus untuk mempertahankan populasi alam liar. Sedangkan untuk upaya konservasi Ex Situ sendiri meliputi:

  • Pusat penangkaran yang mendukung upaya pelestarian dengan merawat Owa Jawa di lingkungan yang terkontrol dan aman.
  • Pusat penangkaran yang berfungsi sebagai sumber data untuk penelitin ilmiah mengenai perilaku, reproduksi, dan kebutuhan kesejahteraan Owa Jawa.
  • Menyediakan program pendidikan dan kesadaran yang melibatkan masyarakat dalam upaya konservasi.

Bedanya dengan metode In Situ, konservasi Ex Situ merupakan upaya pelestarian di luar habitat asli spesies tersebut. Konservasi ini bertujuan untuk melindungi spesies yang terancam punah, menjaga keberlanjutan genetik dan mendukung pemulihan populasi. Pendekatan kombinasi antara konservasi In Situ dan Ex Situ sangat diperlukan untuk memberikan perlindungan yang sangat komprehensif bagi Owa Jawa. Upaya kolaboratif antara pemerintah, organisasi konservatif, pusat penangkaran dan masyarakat lokal penting dalam menjaga keberlanjutan spesies ini.

Rachmad Bryan
Rachmad Bryan
Fuelled by a passion for storytelling and a keen understanding of consumer behavior, this marketing copywriter is adept at turning complex concepts into digestible, enticing messages.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.