Guru merupakan salah satu pilar utama dalam membangun kemajuan suatu negara. Contoh nyata dapat dilihat dari kasus Jepang pasca-Perang Dunia II, di mana profesi pertama yang diselamatkan dan dicari adalah guru. Hal ini menunjukkan pentingnya peran guru dalam membentuk generasi berkualitas untuk masa depan. Namun, di balik peran vital tersebut, terdapat tantangan serius yang paradoksal: guru dapat menjadi faktor penentu, baik dalam memajukan maupun merusak bangsa.
Kekerasan dalam Dunia Pendidikan
Tantangan besar yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah meningkatnya kasus kekerasan yang melibatkan guru. Berdasarkan data Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) tahun 2024, tingkat kekerasan tertinggi terjadi di jenjang SMP (40%), diikuti SD/MI (33%), dan SMK (13,33%).
Kekerasan fisik dan pelecehan seksual menjadi bentuk kekerasan yang dominan. Mirisnya, mayoritas pelaku pelecehan seksual adalah guru, sementara kekerasan fisik sebagian besar dilakukan oleh sesama siswa. Situasi ini menjadi peringatan serius bagi seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat.
Permasalahan ini tidak dapat diabaikan karena siswa yang menjadi korban kekerasan adalah generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, perlu langkah-langkah holistik dan konkret untuk mengatasi berbagai faktor yang menyebabkan turunnya kualitas guru, khususnya dalam aspek moral dan etika.
1. Kesejahteraan Psikologis dan Emosional Guru
Kesehatan mental guru sangat memengaruhi kualitas pendidikan. Guru yang bahagia dan stabil secara emosional cenderung mampu memberikan pendidikan yang berkualitas. Namun, beban administratif yang berat, tuntutan sosial tinggi, serta ketidakseimbangan antara tugas dan hak sering kali menyebabkan tekanan emosional.
- Penyediaan konselor khusus bagi guru: Guru perlu akses terhadap konselor yang dapat membantu mereka mengelola stres dan masalah mental. Penyediaan keonselor ini, dapat menjadi upaya pemerintah untuk mendukung dan menjamin kesehatan mental bagi para guru di Indonesia yang memiliki beban kerja dan sosial yang tinggi.
- Pengurangan beban administratif: Ketidakpastian sistem kurikulum, serta penyelesaian masalah yang kurang efektif dari pemeritah , menyebabkan dampak dampak yang memberatkan bagi para guru. Seperti penambahan administrasi yang tidak tepat, membuat para guru kewalahan dengan beban tersebut. Akibatnya tugas dan tanggung jawab utamanya sebagai pendidik terkesampingkan dan terabaikan. Dan akhirnya berdampak kepada menurunnya kualitas anak didik di sekolah. Masalah ini telah menjadi keluhan terbesar bagi para guru di Indonesia. Birokrasi pemerintah perlu lebih peka dengan masalah-masalah dasar ini, yang sebenarnya cukup memberikan dampak yang besar dan berkepanjangan jika terus dibiarkan.
2. Kondisi Sosial dan Ekonomi Guru
Kesejahteraan ekonomi guru sering kali menjadi masalah utama yang memengaruhi kinerja mereka. Banyak guru yang terpaksa mencari pekerjaan tambahan untuk memenuhi kebutuhan dasar karena upah yang diterima tidak mencukupi.Tentu pekerjaan yang berlipat ini menjadi masalah yanh masih menjangkit di dunia pendidik Indonesia. Ketidaklayakan upah yang diterima membuat guru dilema antara tanggung jawab dan tuntutan ekonomi.
- Kesejahteraan yang adil: Pemerintah perlu memastikan gaji dan tunjangan guru diterima secara tepat waktu dan dalam jumlah yang sesuai.
- Pengawasan distribusi dana: Untuk mencegah pemotongan dana tunjangan, pengawasan ketat harus dilakukan agar bantuan benar-benar sampai ke guru. Korupsi besar-besaran yang banyak dilakukan oleh beberapa oknum, perlu dijadikan perhatian khusus oleh pemerinta dalam melakukan pengawasan distribusi dana yang ada, agar dapat sampai di tangan yang berhak menerimanya
- Program bantuan sosial: Memberikan akses bantuan sosial kepada guru yang membutuhkan untuk meringankan beban ekonomi mereka. Sehingga para guru dapat merasa terbantu baik dari segi soial maupun ekonomi.
- Penguatan peran komunitas: Kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat dapat membantu menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung, terbuka dan aman.
3. Kesadaran Etika dan Kepemimpinan
Posisi otoritas yang dimiliki guru dapat membawa dampak positif atau negatif, tergantung pada cara mereka memanfaatkannya. Guru yang menyalahgunakan kekuasaan dapat menciptakan lingkungan sekolah yang tidak sehat dan merusak mental siswa. Tidak jarang, penyebab ketidakproduktifan siswa disebabkan oleh metode didikan guru yang masih keliru.
- Pelatihan etika profesi: Guru perlu diberikan pelatihan tentang etika profesional, cara mendisiplinkan siswa tanpa kekerasan, dan membangun hubungan positif yang berbasis empati. Pelatihan ini juga merupakan bentuk upaya dalam mengembangkan pengetahuan dan kecerdasa emosioanal guru agar mampu melakukan metode yang tepat dalam mendidik para siswa.
- Peningkatan kualitas rekrutmen guru: Sistem seleksi calon guru harus lebih ketat untuk memastikan bahwa individu yang bergabung memiliki kompetensi dan karakter yang baik. Hal ini penting untuk dipertimbangkan. Anggapan profesi guru adalah profesi pilihan terakhir, harus diputus dengan upaya ini. Bagaimanapun martabat seorang guru harus terus didukung dan diperjuangkan agar tidak dipandang sebelah mata oleh masyarakat.
Tantangan dalam dunia pendidikan tidak hanya disebabkan oleh faktor eksternal, tetapi juga dari internal, termasuk kondisi psikologis, ekonomi, dan etika guru. Oleh karena itu, pendekatan yang komprehensif diperlukan untuk mengatasi masalah ini. Dengan memberikan perhatian pada kesejahteraan guru, memperkuat pelatihan etika, dan meningkatkan dukungan sosial-ekonomi, kualitas pendidikan Indonesia dapat terus ditingkatkan demi masa depan bangsa yang lebih baik.
Pada akhirnya kita perlu untuk benar-benar memerhatikan masa depan guru yang akan menjadi figur bagi penerus bangsa. Tentunya, dalam mengupayakan hal ini, perlu adannya kontribusi dari banyak pihak terutama pemerintah intansi pendidikan, dan pelaku pendidik itu sendiri.