Kamis, Maret 28, 2024

Ketegangan Ukraina vs Rusia Soal Krimea

Aji Cahyono
Aji Cahyono
Mahasiswa Program Master Interdiscipli9nary Islamic Studies Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Awardee Research Megawati Fellowship Program

Akhir–akhir ini, dalam wacana media Internasional memberitakan cool war antara Ukraina dan Rusia membuat heboh jagad raya. Sehingga informasi atas ketegangan tersebut menjadikan reaksi atas beberapa negara tersebut turut andil dalam keterlibatannya.

Beberapa kelompok yang bakal membantu Ukraina jika invasi Rusia terjadi yakni Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau North Atlantic Treaty Organization (NATO) yang beranggotakan Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Britania Raya, Norwegia, dll. Rusia merupakan Negara yang dibilang kuat dari sisi pertahanan yang tidak bergabung dengan NATO.

Ketegangan antara Rusia vs Ukrania, negara–negara yang tergabung dalam organisasi NATO dipandang sebagai pembela utama dalam kedaulatan Ukraina, Amerika Serikat melalui Menteri Luar Negerinya, Antony Blinken dalam keterangan pers resminya melayangkan sikapnya berupa ancaman jika invasi Rusia bakal terjadi. Dalam laporannya, bahwa Rusia telah mengirimkan 110.000 tentara di perbatasan dengan Ukrania. Indikator tersebut menurut pihak AS bahwa ukuran tersebut sudah 70% mendekati dari kapatisan invasi secara penuh.

Media Internasional Al-Jazeera menyebutkan Rusia telah mempersiapkan latihan militer selama 10 hari di Belarusia pertengahan Januari dengan sekitar 30.000 pasukan tempur. Menurut pakar keamanan bahwa tindakan tersebut dalam rangka menunjukkan kekuatan kepada Ukraina dan Barat tentang potensi adanya perang. Selain itu bahwa NATO menyebutkan bahwa pengerahan yang dilakukan oleh Rusia merupakan pengerahan terbesar ke Belarusia sejak Perang Dingin ketika Rusia telah mengumpulkan puluhan ribu tentara dan perangkat keras militer di wilayah sekitar perbatasan Ukraina dan di Krimea yang saat ini menjadi bagian dari integrasi Rusia.

Kendati Ukrania berencana mengajukan diri kepada NATO untuk menjadi anggotanya, tentu menjadi salah satu kekuatan yang amat besar diperoleh Ukrania ketika invasi Rusia bakal terjadi. Dalam pertemuannya dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Rusia Vladimir Putin secara tegas dalam sikapnya soal Ukraina bakal bergabung dengan NATO dan bakal melancarkan aksinya merebut Krimea berpotensi meningkatkan ketegangan diantara kedua Negara tersebut.

Tudingan Washington soal invasi, serta membangun wacana penumpukan tentara Rusia di wilayah perbatasan dengan memberikan tanda kekhawatiran masyarakat sekitar dibantah oleh Juru Bicara Presiden Rusia, Dmitry Peskov, bahwa tudingan tersebut justru bukan menurunkan tensi ketegangan konflik politik internasional, malah sebaliknya meningkatkan ketegangan tersebut.

Menurut survei European Council on Foreign Relations (ECFR), sentimen yang dirasakan sangat kuat di negara-negara dekat perbatasan timur Uni Eropa, seperti Polandia, Swedia dan Rumania. Hanya Finlandia sebagai negara yang menduga bahwa Rusia tidak akan menginvasi Ukraina tahuni ini. Mayoritas kecil di Prancis, Jerman dan Italia – tetapi, di Polandia, hampir tiga perempat (73%) percaya invasi akan terjadi. Survei tersebut juga mendeteksi bahwa orang Eropa lebih mempercayai NATO dan Uni Eropa (UI) daripada Amerika Serikat dalam hal membela kepentingan warga negara UE, jika Rusia menyerang Ukraina.

Survei diatas bisa pula membangun wacana framing dalam kaca mata persepsi dikalangan internasional bahwa tindakan pengerahan tentara Rusia di kawasan perbatasan menjadi pemantik ketegangan bakal terjadi. Meskipun secara politik administrasi menunjukkan bahwa masyarakat di Negara tersebut, secara politik kenegaraan berafiliasi dengan NATO yang selalu bersebrangan dengan Rusia. Meskipun Rusia dengan koalisi secara Negara didukung oleh beberapa Negara beraliran Komunisme bertentangan dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa yang mendukung adanya liberalisme Kapitalisme dan Mekanisme Pasar Bebas (menolak faham Komunisme)

Ketegangan di Krimea

Krimea terletak dikawasan Semenanjung Timur yang terdiri dari Ukrania dan Rusia dengan luas 27.000 KM2 dengan memiliki 2,7 juta jiwa (berdasarkan data tahun 2007) menjadi kawasan perebutan antara Ukraina dan Rusia. Pasalnya kawasan Krimea menjadi titik sentral pertemuan antara kedua Negara tersebut. NATO, Uni Eropa dan AS mendukung agar Ukraina dapat merebut kembali Krimea menjadi wilayah integratif dari Negara ibukota Kiev. Sedangkan Rusia menolak secara tegas atas upaya yang akan dilakukan oleh Ukraina berpotensi menimbulkan polemik dalam skala internasional.

Secara histrois, Krisis yang melanda di Krimea ditandai adanya gerakan Euromaidan atau Eurosquare menunjukkan gelombang demonstrasi massa yang pro Uni Eropa di Ukraina pada 21 November 2013 meminta Viktor Yanukovych untuk mundur dari Jabatannya sebagai Presiden Ukraina yang sikapnya Pro terhadap Rusia. Dualisme sikap menyulutkan ketegangan di internal Ukrania. Apakah tetap bersikap Pro Rusia atau Uni Eropa ?

Sikap Viktor Yanukovych yang pro Rusia, menjadikan parlemen Ukrania memberhentikannya dan menunjuk presiden sementara yakni Arseniy Yatsenyuk. Pemilihan presiden sementara diakui oleh PBB dan Uni Eropa, Namun dalam perspektif Rusia bahwa pelengseran Yanukovych dengan memilih Yatsenyuk merupakan tindakan ilegal dan melakukan kudeta, serta dalang dibalik kudeta atas Revolusi Ukraina adalah Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Melihat situasi dan kondisi tersebut, Pemerintahan Krimea menyatakan sikapnya untuk referendum dan bergabung dengan Rusia pada tahun 2014 berdasarkan pada perolehan suara 96,77% (Krimea) dan 95,6% (Sevastopol). Dalam konteks referendum Krimea bergabung dengan federasi Rusia, Amerika Serikat dan Uni Eropa tak hentinya mengusik dan mempermasalahkannya. Bahkan PBB mengeluarkan fatwa berupa Resolusi 68/262 menyatakan bahwa referendum Krimea tidak valid, serta perjanjian penggabungan Republik Kriema dan Sevastopol ke Federasi Rusia adalah illegal.

Aji Cahyono
Aji Cahyono
Mahasiswa Program Master Interdiscipli9nary Islamic Studies Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Awardee Research Megawati Fellowship Program
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.