Sabtu, April 20, 2024

‘Kesalahan’ yang Membuka Jalan

Fajar Ramadhitya Putera
Fajar Ramadhitya Putera
Farmasis dan penulis.

Rajin pangkal pandai. Hemat pangkal kaya. Jika ada pertanyaan, “Bagaimana caranya untuk meraih kesuksesan?” Barangkali jawabannya adalah seperti pepatah di atas. Rajin, tekun, teliti, dan sejenisnya adalah sifat-sifat yang akan mengantarkan seseorang mencapai keberhasilan.

Namun demikian manusia sejatinya adalah tempat salah dan lupa. Begitu pula halnya tokoh-tokoh besar dalam sejarah seperti para ilmuwan dan penjelajah. Di balik peristiwa-peristiwa penting ternyata hadir ‘kesalahan-kesalahan’, yang ternyata kemudian menjadi sesuatu yang bermakna bagi umat manusia.

Kesalahan bahkan relatif cukup diapresiasi di kalangan ilmiah. Para ilmuwan boleh melakukan kesalahan tapi ia tidak boleh menyatakan kebohongan. Meskipun percobaan-percobaan ilmiah biasanya identik dengan sesuatu yang dirancang sedemikian rupa dengan tingkat ketelitian yang tinggi, namun pada kenyataannya tidak selalu seperti itu.

Beberapa penemuan besar justru berasal dari sesuatu yang tidak direncanakan sebelumnya. Bahkan terkadang merupakan akibat dari tindakan-tindakan yang dapat dikatakan menyimpang dari pedoman seperti lengah, nekat, salah sangka atau kurang waspada.

Lengah. Barangkali jika pada tahun 1928, Alexander Fleming tidak lupa menutup cawan Petri percobaannya, antibiotika penisilin mungkin tidak akan pernah ditemukan. Cawan Petri berisi bakteri staphylococcal yang lupa ditutup tersebut kemudian terkontaminasi spora jamur.

Fleming lalu menyadari bahwa bakteri yang berada dekat dengan koloni jamur tersebut mati, terlihat dengan memudarnya gel agar di sekelilingnya. Ia lalu mengisolasi jamur tersebut dan menemukan bahwa ternyata isolat dari genus Penicillium tersebut efektif melawan bakteri patogen Gram-positif, yang menjadi penyebab penyakit pneumonia, gonore, meningitis dan difteri. Penisilin lalu dikembangkan dalam produksi massal pada tahun 1940 oleh Howard Florey dan Ernst Chain selama Perang Dunia kedua.

Nekat. Aksi dokter dan profesor Mikrobiologi Klinis di Universitas Western Australia, Barry J Marshall barang kali dapat menjadi salah satu yang paling unik dalam kisah penemuan ilmiah ketika ia menjungkir balikkan kepercayaan kalangan ilmuwan saat itu dengan keberanian yang luar biasa (baca: kenekatan tingkat tinggi).

Saat itu jamak dipercaya bahwa bakteri Helicobacter pylori tidak dapat hidup di lambung manusia yang memiliki kandungan asam tinggi (pH sekitar 2), jadi bakteri tersebut tak mungkin menjadi penyebab radang lambung.

Marshall menggunakan dirinya sendiri sebagai obyek percobaan dengan meminum cawan Petri berisi bakteri Helicobacter pylori untuk membuktikan hipotesanya bahwa bakteri tersebut dapat menyebabkan radang lambung. Marshall kemudian menerima anugerah Nobel Kedokteran pada tahun 2005.

Salah sangka. Berbekal kisah perjalanan Marcopolo, Christopher Colombus melakukan perhitungan jarak bahwa India terletak sekitar enam ribu kilometer di sebelah barat Eropa. Padahal nyatanya jarak tersebut baru jarak antara Eropa dan pantai timur Amerika.

Colombus tak mengira bahwa di bagian barat Eropa masih ada benua, dan itu bukan benua Asia. Columbus salah mengira ukuran dunia ini, ia mengira apabila berlayar ke arah Barat dia akan berhasil mencapai Cina atau India. Pada tanggal 12 Oktober 1492, setelah dua bulan berlayar dari Spanyol, Colombus melihat daratan yang kini dikenal dengan nama Kepulauan Bahama, Amerika Selatan. Ketika menelusuri gugusan pulau di wilayah Kuba, ia mengira berada di kawasan India sehingga penduduk setempat disebutnya sebagai Indian. Sebutan keliru yang sampai kini masih bertahan.

Kurang waspada. Marie Curie adalah wanita pertama yang memenangkan Nobel. Ia juga orang pertama yang memenangkannya dua kali, dan satu-satunya yang memenangkannya dua kali dalam bidang ilmu yang berbeda. Yang pertama di bidang Fisika pada tahun 1903 dan yang kedua di bidang Kimia pada tahun 1911.

Ilmuwan Polandia ini bersama suaminya menemukan polonium pada tahun 1898 dan radium di tahun yang sama. Curie meninggal pada tahun 1934 karena leukemia, akibat paparan radiasi energi tinggi dari penelitiannya. Sungguh ironis bahwa penyakit akibat radiasi kemudian menimpanya. Saat itu, dampak radiasi terhadap kesehatan belum dipahami sepenuhnya.

Tokoh-tokoh sejarah tersebut tentu tidak sekedar melakukan ‘kesalahan’ karena lalai atau silap semata namun disertai dengan kesiapan dalam menangkap momentum inspirasi yang mengarah pada penemuan besar. Jadi ternyata kesalahan pun bisa menjadi sarana kemajuan. Selayaknya tidak perlu ada ketakutan yang berlebihan untuk melakukan kesalahan.

Sebuah negara pun, karena dikelola oleh manusia, tentu mungkin melakukan kesalahan. Ketika negara tak boleh salah, kesalahan pun ditutup-tutupi. Ketika sebuah instansi tidak boleh salah, kesalahan kecil seperti salah ketik dapat menjadikan seseorang kehilangan pekerjaannya.

Ketika seorang pemimpin daerah tidak boleh salah, ia akan menyalahkan jajarannya ketika ada masalah di daerahnya. Manusia bisa salah, negara pun bisa salah. Maka jangan takut (mengakui ketika) salah. Yang penting adalah memiliki niat baik untuk memperbaiki serta tekad kuat untuk tidak mengulangi.

Referensi:

http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/03/monumen-colombus-mengenang-sang-penjelajah-yang-kesasar

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4520913/

http://www.bbc.co.uk/history/historic_figures/curie_marie.shtml

Pikiranrakyat.com

Fajar Ramadhitya Putera
Fajar Ramadhitya Putera
Farmasis dan penulis.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.