Kamis, April 25, 2024

Anak-Anak Rantau dan Kesenjangan Daerah

Asrari Puadi
Asrari Puadi
Santri di Pascasarjana Universitas Gadjah Mada dan Ketua Umum Himpunan Pelajar Mahasiswa Kalteng di Yogyakarta, bisa ditemui via instagram @asraripuadi

“Sejarah telah mencatat kiprah pemuda-pemudi yang tak kenal waktu, yang selalu berjuang dengan penuh semangat, walaupun jiwa dan raga menjadi taruhannya. Sumpah Pemuda menjadi satu dari kesekian catatan sejarah atas kiprah dan perjuangan pemuda untuk bangsa.”

Di masa itu, 88 tahun yang lalu sekumpulan pemuda hadir turut ikut mengisi negerinya, komitmen persatuan berdasar rasa sepenanggungan terhadap bangsa dikumandangkan di “Kongres Pemoeda” yang diadakan di Waltervreden (sekarang Jakarta), yang sebelumnya telah lebih dahulu dilakukan di Yogyakarta.

Komitmen itu kemudian diejawantahkan dalam tiga baris satu kesatuan; Bertumpah darah yang satu – Tanah Air Indonesia; Berbangsa yang satu -Bangsa Indonesia; Menjunjung Bahasa Persatuan- Bahasa Indonesia.

Tiga baris satu kesatuan itulah yang kemudian sukses mengantarkan negeri pada rasa persatuan yang menggelora, menggulung kolonialis serta mewujudkan cita-cita bangsa yang merdeka.

Pemuda dan Kesenjangan Daerah

Setiap kita adalah pembelajar (meng-iqra-i banyak hal) tanpa terkecuali, dan belajar adalah kegiatan sehari-hari yang kita lakukan semenjak kita lahir dari rahim dan ditiupkan oleh-Nya ruh kehidupan.

Menjadi pelajar pula harusnya membawa kita terbiasa dengan kegiatan produktif. Jika sebagian memilih cukup puas dengan mem-bully dan nyinyir akan masalah bangsa, maka pelajar bangsa tumbuh menjadi pemuda yang terbiasa untuk memproduksi optimisme, kreatifitas, beragam karya, ide dan solusi untuk negeri.

Berdasar proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2015, jumlah pemuda mencapai 62,4 juta orang atau mencapai hampir 25 persen dari seluruh penduduk Indonesia, dengan persebaran jumlah pemuda di Pulau Jawa menempati posisi pertama dengan persentase 57,94%.

Jika data tersebut berusaha kita kaitkan dengan pendidikan, maka data itu bisa mengisyaratkan bahwa banyak anak muda yang hijrah untuk berbondong-bondong mengenyam pendidikan di luar daerah asalnya.

Hal itu jika dilihat dari kacamata positif tentu mengidentitaskan sebuah kebaikan, yaitu niatan akan “pembangunan daerah” dengan menghijrahkan banyak anak muda untuk belajar ke perantauan.

Keinginan membangun dari pinggiran ini berarti merubah orientasi pembangunan di Indonesia yang selama ini masih urban oriented dan acap kali menyebabkan terjadinya kesenjangan antar daerah-daerah di Indonesia. Hal itu terlihat dari pendapatan domestik bruto (PDB) yang sekitar 58,29% berasal dari pulau Jawa.

Selanjutnya, berturut-turut diikuti oleh Pulau Sumatera 22,21%, Pulau Kalimantan 8,15%, dan sisanya terbagi di kawasan Indonesia timur. Adanya kesenjangan tersebut juga memiliki relevansi pada kemiskinan yang mayoritas terjadi di Indonesia bagian timur. Hal tersebut juga didukung dengan data bahwa dari 183 kabupaten tertinggal di Indonesia, 70% di antaranya berada di Indonesia bagian timur.

Kepulangan Anak-anak Rantau

Pada era desentralisasi ini, daerah memang seperti berlomba-lomba “menembakkan” putra-putrinya untuk belajar ke berbagai daerah dan negara. Tujuannya satu, pulang membawa sumbangsih untuk kemajuan daerah.

Namun juga tak dipungkiri banyak pemuda yang kini enggan untuk kembali ke daerah meski sudah bisa melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan tidak ada wadah untuk pemuda dalam mengekspresikan bakat, ide dan gagasannya ketika balik ke daerahnya. Sehingga ketika ditanyakan akan kembali ke daerah “mayoritas” akan menjawabnya dengan ragu atau malah kesusahan.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya lah daerah memberikan ruang bagi kepulangan anak-anak rantau untuk bisa berekspresi sesuai dengan bakat dan kompetensi yang dimiliki.

Dengan membangun tempat dan ruang yang mampu meng-inkubasi ide, menjembatani para pemuda dengan pemerintah, pelaku usaha, dan komplemen lainnyam, sehingga kelak anak-anak rantau bisa ikut menciptakan sebuah geliat ekonomi, inovasi dan otonomi daerah dengan kemandirian yang sesungguhnya.*

Asrari Puadi
Asrari Puadi
Santri di Pascasarjana Universitas Gadjah Mada dan Ketua Umum Himpunan Pelajar Mahasiswa Kalteng di Yogyakarta, bisa ditemui via instagram @asraripuadi
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.