Sabtu, April 20, 2024

Kenabian Muhammad di Mata Michael Cook

Baihaqi
Baihaqi
Mohamad Baihaqi lahir di Toro Penujak, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Mei 1991. Saat ini tengah merampungkan kuliah di program Magister Studi Agama dan Resolusi Konflik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Mengelola Kelompok Studi Sosial dan Kebudayaan (KlaSiKa) NTB. Aktif menulis esai di sejumlah media massa, di samping melakukan riset sosial-keagamaan. Terpilih mengikuti Makassar International Writers Festival (MIWF) 2018. Bukunya, Tuan Guru Menulis, Masyarakat Membaca (2014).

Orang-orang pada saat itu menganggap Nabi Muhammad gila dan sesat. Sebagai pembawa agama baru, Nabi Muhammad terlebih dahulu mempertimbangkan apa sumber daya yang tersedia dan dalam bentuk apa yang bisa disampaiakan kepada publik. Pada saat itu, Arab memiliki sisa sastra yang kaya dari tradisi Yahudi dan Kristen, serta di era paganisme.

Hal itulah kemudian yang dilacak Cook. Sebagai pintu masuk ia melhat sumber-sumber yang dianggapnya menarik dan valid dalam bentuk Qur’an dan tradisi (Hadis). Sumber dominan yang diambil oleh Cook berasal dari abad ke-9, karena baginya pada abad tersebut beberapa literatur dimunculkan dan dinarasikan ulang sebagai sumber sejarah, yang sebelumnya sempat hilang.

Kritik Cook terhadap sejarawan Muslim, di antaranya ditujukan kepada Ibn Ishaq (w. 767). Namun di sisi lain, Cook menggunakan sejarah Ibn Ishaq dalam penelitiannya, bahkan ia mengutip suntingan atau edisi revisi karya Ibn Ishaq yang dilakukan Ibn Hisham.

Meski apa yang tertuang dalam karya Ibn Ishaq dan Ibn Hisham dinilai masih terdapat kelemahan dalam mengurai kehidupan Nabi Muhammad. Namun Cook tetap menggunakan sumber tersebut dengan cara pandangnya sendiri untuk dapat mengkonstruk pemahaman tentang Muhammad.

Cook menyadari bahwa upayanya menulis tentang Nabi Muhammad membawanya menghadapi masalah-masalah yang sebelumnya tak pernah dibayangkan. Itu sebabnya ia sering memberikan referensi ke Quran, dan sesekali referensi ke Sirah Ibnu Ishaq.

Quran menurutnya adalah kitab suci dengan konten tetap dan – dalam batas-batas sempit – bersifat invarian. Sedangkan tradisi lebih bersifat amorf, yang diturunkan oleh para cendekiawan Muslim di era kodifikasi, secara formal melalui proses transmisi lisan sebagai literatur yang sangat luas.

Dalam hal ini tradisi (hadis) mencakup aspek ucapan dan perbuatan Muslim awal, dan terdiri dari banyak genre yang berbeda. Di dalamnya tradisi tertentu dapat muncul kembali dalam berbagai konteks dan dalam banyak varian. Kisah-kisah naratif awal tentang kehidupan Muhammad membentuk bagian kecil sejarah.

Pokok pikiran yang diajukan Cook terkait sumber adalah: Qur’an dan tradisi merupakan sumber pokok bagi Muslim. Konten Qur’an bersifat tetap, sempit dan mendalam yang di dalamnya memuat sebuah prinsip untuk menyelesaikan masalah. Sedangkan tradisi, merupakan sebuah sumber yang fleksibel, partikelnya tidak tetap (amorf) yang muncul secara lisan dan perbuatan.

Dari Politeis ke Monoteis

Biografi tradisional Nabi Muhammad menghadirkan kariernya sebagai kombinasi yang luar biasa antara agama dan politik. Kombinasi ini dapat dilihat sebagai kunci keberhasilannya. Nabi Muhammad berhasil membuat kemajuan dalam konteks sebagai politisi yang sukses; tetapi pada saat yang sama, kesempatan politiknya menghidupkan kepercayaannya sebagai seorang nabi.

Agama dan politik bukanlah dua kegiatan terpisah yang akhirnya terjerat. Keduanya menyatu dan perpaduan ini diekspresikan lewat doktrin dalam perbendaharaan politik monoteis khas yang meliputi Quran. Tema perbendaharaan kata ini secara harfiah adalah revolusi, orang-orang percaya terhadap penindasan yang terjadi dan cukup meluas.

Beban khotbah Muhammad hanyalah monoteisme. Desakan seperti itu tidak berlebihan pada abad ketujuh. Di Saudi, di mana politeisme kuno masih berkembang, itu secara dramatis mempercepat penetrasi semenanjung dengan pengaruh monoteis. Di luar Saudi, ada beberapa tanah yang ditaklukkan oleh orang Arab.

Cook menunjuk dua poin mengapa Muhammad berbeda dalam membawa risalah kenabiannya di dalam membangun peradaban dunia yang pengaruhnya masih terus terasa sampai hari ini. Petama, Muhammad sebagai seorang rasul yang sukses (prophet) telah membawa ajaran monoteis (tauhid). Kedua, Muhammad sebagai seorang politisi yang sukses (politician).

Michael Cook memulai dengan mengatakan bahwa agama monoteis sebenarnya telah ada sejak lama. Namun selama berabad- abad itu, wilayah dan jumlah pengikutnya masih sangat terbatas. Agama Yahudi, hanya menjadi agama orang- orang di sekitar Israel di Timur Tengah. Bahkan ketika agama Kristen mulai muncul dan menyebar ke kalangan non-Yahudi, sampai abad ketiga, pengikutnya tetap minoritas.

Cook menjelaskan bahwa banyak orang menganggap bahwa Muhammad sebagai pedagang yang bepergian dan mengenal bentuk-bentuk tradisi monoteis yang sama seperti yang kita kenal. Cook menganggap Nabi Muhammad sebagai seorang lelaki dengan wawasan lebih lokal yang bersentuhan dengan jalan-jalan monoteisme Arab yang sebaliknya tidak meninggalkan jejak.

Pandangan pertama membuatnya menjadi orang yang memiliki orisinalitas doktrinal yang cukup besar. Sementara itu pada pandangan kedua ia mungkin menemukan banyak hal yang sudah ada di lingkungan Arab. Masalahnya adalah belum terdapat posisi yang tepat untuk memutuskan di antara dua hipotesis semacam itu.

Menurut Cook, sebagian besar sejarah direduksi menjadi prosedur untuk membandingkan Islam dengan tradisi arus utama Yudaisme dan Kristen. Serta mencoba menentukan elemen tertentu. Cook beranggapan, dalam sebuah tradisi Muslim, banyak sekali pelaku tradisi dan penghapal hadis tak memahami sebuah tradisi dengan baik atau tanpa adanya cara pandang yang luas.

Baihaqi
Baihaqi
Mohamad Baihaqi lahir di Toro Penujak, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Mei 1991. Saat ini tengah merampungkan kuliah di program Magister Studi Agama dan Resolusi Konflik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Mengelola Kelompok Studi Sosial dan Kebudayaan (KlaSiKa) NTB. Aktif menulis esai di sejumlah media massa, di samping melakukan riset sosial-keagamaan. Terpilih mengikuti Makassar International Writers Festival (MIWF) 2018. Bukunya, Tuan Guru Menulis, Masyarakat Membaca (2014).
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.