Selasa, April 23, 2024

Kemenangan Dramatis Argentina

Desvian Bandarsyah
Desvian Bandarsyah
Dekan FKIP UHAMKA dan Intelektual Muhammadiyah
Argentina pagi dini hari, Rabu, 27 Juni 2018 menangis lagi, tetapi tangis yang berbeda. Tangis yang disebabkan kemenangan pertama mereka dalam laga di fase grup D yang mengantarkan Argentina lolos ke babak 16 besar. Sebuah kemenangan yang sangat dinantikan, bahkan oleh Legenda Hidup sepak bola mereka, Diego Armando  Maradona.
Lihatlah bagaimana ekspresi Maradona ketika Lionel Messi menciptakan gol pertama dalam pertandingan itu, menggambarkan betapa bahagianya sang legenda hidup. Kebahagiaan yang pernah ia rasakan puluhan tahun lalu, ketika ia memimpin rekan-rekannya memenangkan Piala Dunia, yang menasbihkannya menjadi legenda hidup Argentina dan Dunia.
Tangis itu, menjadi berbeda dengan tangis kekalahan 0-3 yang diderita mereka dari Kroasia. Tangis kebahagiaan setelah menang dan lolos ke fase berikut. Kebahagiaan yang akan membuat mereka lebih nyaman dan rileks bermain. Permainan yang akan mengantarkan mereka lebih jauh melangkah dalam turnamen ini. Mereka tengah bertarung dengan takdirnya. Takdir yang menjadikan mereka sebagai Argentina.

Luka Kekalahan

Kekalahan atas Kroasia nyaris melumpuhkan seluruh keinginan dan motivasi mereka dalam menuntaskan pertandingan ketiga di fase grup. Menjadi juru kunci dalam grup dengan menderita kemasukan gol terbanyak, 4 gol dan memasukan gol terkecil, 1 gol, membuat harapan dan motivasi di antara pemain dan pelatih meredup sampai titik terendahnya.
Betapa tidak, kekalahan selalu menghadirkan ketidaknyamanan yang berujung pada sikap saling menyalahkan pada tim sekelas Argentina sekalipun dan itu terjadi. Isu bahwa telah terjadi “desersi” yang dilakukan para pemain terhadap pelatihnya, Jorge Sampaoli merebak ke luar. Para pemain membuat susunan pemain sendiri untuk pertandingan ke tiga itu. Mereka konon tidak percaya lagi dengan taktik permainan yang diterapkan sang pelatih.
Maka hasil seri melawan Eslandia dan kekalahan melawan Kroasia, benar benar menjadi malapetaka yang membayangi mereka. Mereka adalah runner up atau peringkat kedua dalam turnamen Piala Dunia yang lalu. Juga dipenuhi oleh pemain bintang dan bahkan mega bintangnya, Lionel Messi. Tetapi nasib buruk dengan penampilan yang juga buruk tidak bisa dihindari oleh mereka.
Wajah-wajah lesu dengan tingkat kegalauan terdalam menjadi pemandangan yang akrab dan lekat di wajah para pemainnya. Mereka bingung, permainan dan strategi tidak jalan di lapangan. Sentuhan bola sangat tidak berkarakter, apalagi permainannya. Maka  kekalahan menjadi sesuatu yang layak dan sekedar mengkonfirmasi betapa buruknya permainan yang mereka lakukan.
Dengan fakta empiris semacam itu dan penguasaan bola dominan dengan  efektifitas yang rendah, menjadikan Argentina tidak lagi diperhitungkan. Sedikit sekali pemain dan pecandu bola di dunia yang meyakini Argentina akan lolos dari babak fase grup kali ini. Hampir seluruh dunia telah memvonis bahwa partisipasi Argentina dan  Lionel Messinya telah berakhir dalam Piala Dunia kali ini. Ini juga diyakini sebagai kontribusi sang mega bintang yang terakhir bagi negerinya dalam turnamen yang digelar empat tahunan itu.

Bangkit dan Memberi Harapan

Pepatah Cina dalam kisah cerita silat sejenis Khoo Ping Hoo mengatakan, bahwa ketidakberuntungan selalu datang secara beruntun. Maka orang orang Cina selalu menuntaskan kesialan agar tidak terjadi secara berkelanjutan. Ketidakberuntungan yang dituntaskan diyakini akan mengubah peruntungan menjadi berbeda.
Itu yang dialami Argentina, setelah terseok-seok pada babak penyisihan untuk masuk dalam turnamen ini, juga setelah menjalani drama seri dan kalah dalam dua pertandingan awal di fase grup, nampaknya Argentina telah menuntaskan ketidakberuntungan mereka. Meskipun dalam pertandingan itu nasib sial masih sedikit membayangi, bayangkan  tendangan bebas Messi pada menit 34 masih juga membentur gawang setelah kiper Nigeria gagal menghalaunya.
Dini hari itu, mereka menjalani pertandingan dengan cara berbeda. Memulai pertandingan dengan tuntutan kemenangan yang menjadi harga mati, Argentina langsung melalukan penetrasi opensif ke daerah lawan dengan agresif. Tekanan yang dilakukan dengan cepat menuai hasil pada menit ke 14.
Diawali dengan asist berupa umpan lambung panjang yang akurat dari Ever Banega dan diterima Messi langsung dengan penguasaan bola yang khas, ia menggiring bola sedikit ke dalam dengan rentang radius 7 meter dan menusuk ke jantung pertahanan lawan dengan gerakan lurus.
Sekejab berlalu dan dalam hitungan detik saja, Messi menembak bola dengan kaki kanan yang di arahkan ke sisi kiri gawang lawan, gol. Gol itu terjadi dalam tingkat kecepatan dan akurasi yang tinggi. Juga dengan tingkat ketenangan seorang Messi.
Gol itu juga direspon dengan sangat ekspresif oleh semua pendukung, official team, para pemain dan bahkan Messi sendiri dengan penuh suka cita. Seolah lepas dua beban pertandingan sebelumnya yang membebani ia dan rekan rekannya. Beban yang hampir mengubur mimpi mereka dengan cara yang memalukan.
Mimpi mereka masih berlajut, juga mimpi seorang jenius sepak bola dengan talenta terbaik di jagad raya sepak bola, Lionel Messi yang ingin mengangkat piala itu sebagaimana pendahulunya, Maradona.
Mimpi itu dirawat dalam 2×45 menit pertandingan dengan sangat sengit dan mendebarkan. Nigeria bukan Elang hitam yang tidak bisa terbang dan memangsa lawan. Mereka balik menekan dan membuat panik pertahan Argentina dengan efektif. Maka pada babak kedua, melalui satu skema serangan yang melahirkan sepak pojok bagi Nigeria, gol balasan terjadi.
Javier Mascherano membayangi dengan ketat pemain Nigeria dan membuatnya terjatuh di kotak pinalti dalam drama sepak pojok itu. Tidak ayal lagi, wasit menunjuk titik putih. Penalti menit 51 dieksekusi oleh Moses dan gol. Kedudukan 1-1. Urat saraf permainan menuju puncaknya. Kedua tim saling menekan dalam jual beli serangan untuk menambah akumulasi golnya.
Argentina meningkatkan tekanannya dalam 10 menit terakhir dengan intensitas tinggi. Melalui skema serangan dan umpan terukur sangat baik, Gabriel Mercado mengirim umpang silang yang disambut Marco Rojo dengan tendangan first time yang akurat pada menit 86 enam dan gol.
Gol ini telah menyelesaikan pertandingan dengan sendirinya. Sisa waktu di injuri time tidak mengubah keadaan 2-1 bagi Argentina. Kemenangan telah mengembalikan martabat dan kehormatan Argentina dan Lionel Messi sebagai tim dan pemain sepak bola utama yang patut disegani.
Kita menantikan pada babak 16 besar perjalanan berikutnya dari tim Tango dengan Lionel Messinya. Prancis tim dengan kekuatan merata dan berbahaya yang mereka tunjukan selama penyisihan Pra Piala Dunia, telah menunggu Argentina. Rekor kemenangan Prancis sedikit banyak mengintimidasi setiap lawannya, termasuk Argentina. Kita akan menyaksikan drama lanjutan ini dengan nilai efik dan apik.
Apakah Argentina telah menemukan momentum setelah melepaskan diri dari ketidakberuntungan atau dini hari tadi hanya sekedar hiburan, apakah Argentina akan menangisi Lionel Messi dan kawan kawannya atau sebaliknya. Tetapi yang pasti malam tadi dan dini hari tadi tangisan dan air mata itu berbeda dari sebelumnya. Bravo Argentina.
Desvian Bandarsyah
Desvian Bandarsyah
Dekan FKIP UHAMKA dan Intelektual Muhammadiyah
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.