Minggu, Desember 15, 2024

Kejayaan Lada “The King Of Spice” pada Kebijakan Merah Putih

Kundi Sufrikayadi
Kundi Sufrikayadi
Seorang penggagas dan Mahasiswa ITB Ahmad Dahlan
- Advertisement -

Lada adalah salah satu tanaman primadona yang menopang perekonomin masyarakat desa di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada masanya. Tumbuhan yang dikenal dengan nama latin Piper nigrum ini merupakan komoditi unggulan yang ditanam oleh masyarakat di perkebunan pribadi.

Di pulau Bangka dan Belitung tanaman ini juga dikenal dengan sebutan Sahang, salah satu cirinya adalah buahnya yang dikenal sangat pedas pada umumnya sering dimanfaatkan sebagai bumbu dapur, buah lada putih merupakan salah satu komoditas unggul perdagangan dunia dan lebih dari 80% hasil lada Indonesia diekspor ke luar negeri. Di Bangka Belitung sendiri jenis tumbuhan lada yang menjadi favorit petani untuk dibudidayakan adalah jenis sahang merapen, sahang kasar dan sahang belulok. Lada jenis ini terkenal dengan hasil produksinya yang melimpah dan sangat cocok ditanam di pulau Bangka dan Belitung.

Keberadaan komoditi lada pada masa jayanya telah berhasil mengangkat perekonomian masyarakat Bangka Belitung, kala itu banyak masyarakat Bangka Belitung menaruh harapan ekonomi keluarga dari usaha perkebunan lada. Menurut catatan Sejarah, ekspor lada pernah mencapai pada angka 80.000 ton per tahun pada abad ke-16 atau pra-Indonesia.

Namun kejayaan tanaman lada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak seperti dulu lagi. Saat ini hamparan bekas perkebunan lada telah berganti menjadi lahan perkebunan kelapa sawit, perkebunan karet, perkebunan singkong dan perkebunan lainnya bahkan telah berubah wujud menjadi kolong-kolong bekas penambangan biji pasir timah, hal ini menandakan semakin berkurangnya minat masyarakat untuk berkebun lada.

Masyarakat desa saat ini lebih cendrung memilih profesi lain seperti menambang pasir timah atau menjadi kuli perkebunan kelapa sawit dibandingkan menjadi petani lada. Ada beberapa alasan Masyarakat desa lebih memilih meninggalkan perkebunan lada, hal ini disebabkan karena harga jual lada yang sangat rendah, sedangkan biaya operasional perkebunan sangat tinggi, apalagi ditambah dengan tingginya harga pupuk dan tidak tersedianya lagi pupuk bersubsidi dari pemerintah kepada petani lada.

Berdasarkan hasil rilis harga lada putih dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI), harga komoditi lada putih ditingkat petani saat ini tecaatat pada kisaran harga Rp. 123.000 per kilo gramnya. Dibandigkan dengan harga jual lada putih pada tahun 2023, harga jual lada putih tersebut saat ini cukup dinilai baik karena beberapa tahun terakhir harga lada putih di tingkat petani sempat anjok pada harga kisaran Rp.50.000 perkilo gramnya.

Dengan harga jual tersebut belum bisa mengimbangi harga kebutuhan pupuk untuk perkebunan lada, bahkan untuk mencukupi biaya hidup sehari-hari petani harus memiliki pekerjaan sampingan. Dengan adanya dampak dari harga komoditi lada yang rendah sehingga menimbulkan masalah seperti berkurangnya minat masyarakat desa untuk bertani lada dan beralih profesi pada mata pencaharian sebagai penambang timah dan profesi lainnya.

Dampak yang ditimbulkan akibat dari berkurangnya minat masyarakat bertani lada dan lebih memilih profesi sebagai penambang timah, diantaranya pertama cara bertani lada yang telah di wariskan orang tua terdahulu kini hampir punah dikarenakan tidak banyak lagi masyarakat desa  yang tertarik menjadi petani lada, kedua akibat dari meluasnya pertambangan timah, lahan untuk bertani lada semakin sempit dan akan berkurang dikarenakan hasil bekas penambangan timah telah menjadi kolong-kolong penampung air yang tidak bisa ditamami tanaman lada.

Kehadiran kabinet merah putih dibawah kepemimpinan Presiden Republik Indonesia H. Prabowo Subianto dan wakil presiden Republik Indonesia Gibran Rakabuming Raka, dengan visi Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045 dan dua diantara misinya antara lain memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru, serta membangun dari desa dan dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan diharpkan menjadi pondasi awal bagi negara dalam memberikan perhatian kepada seluruh petani di Indonesia.

Masyarakat desa petani lada berharap kepada presidan dan wakilnya dalam mengimplementasikan visi misi presiden dan wakil presiden senantiasa memberikan perhatian khusus kepada masyarakat desa petani lada. Petani sangat berharap kebijakan pemerintah yang baru bisa memberikan dampak positif bagi petani lada agar harga komoditi unggulan provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini bisa membaik seperti masa jayanya.

- Advertisement -

Selain itu para petani sangat berharap agar pemerintah dapat memerikan subsidi pupuk kepada para petani lada sebagai stimulan guna memberikan gairah bertani, dan juga diharapkan kepada pemerintah melalui Menteri Pertaniannya memberikan pembinaan langsung kepada masyarakat desa khususnya kepada petani lada dan para pemuda desa yang merupakan aset sumber daya manusia di desa diberikan fasilitas untuk berinovasi agar mampu mengembangkan produktivitas guna meningkatkan hasil pertanian lada sehingga bermanfaat bagi masyarakat desa petani lada.

Dengan harapan ini  kejayaan tanaman lada yang memiliki julukan The King of Spice (Raja Rempah-Rempah) kembali menjadi komoditi unggulan sebagai pendongkrak perekonomian masyarakat desa Bangka Belitung.

Kundi Sufrikayadi
Kundi Sufrikayadi
Seorang penggagas dan Mahasiswa ITB Ahmad Dahlan
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.