Peduli pada teknologi di era milenial merupakan sebuah keniscayaan bagi setiap insan yang berpikir dan beradab, terkhusus bagi mereka yang berprofesi sebagai guru. Betapa tidak, kecepatan arus informasi yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya tak dapat dibendung lagi. Bahkan hanya dari genggaman saja, dengan adanya Smartphone atau diistilahkan dengan ponsel pintar, segala bentuk informasi secara cepat dapat kita temukan.
Salah satu contoh kasus, seorang guru yang bekerja di SD Negeri 2 Buga bernama Sarina. Dia merupakan seorang guru dengan status sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memilliki cukup keterampilan di dalam menggunakan teknologi saat ini.
Selain keterampilan di dalam mengoperasikan perangkat teknologi, seperti laptop, Sarina mengajarkan tahsin Al quran kepada para siswanya. Sehingga dengan menggabungkan kedua kemampuan tersebut, para siswanya pun menjalani proses belajar mengajar yang lebih menyenangkan.
Saat mengajarkan tahsin Al quran, para siswa lebih antusias lagi untuk mengikutinya, didukung dengan materi melalui perangkat laptop serta fasilitas proyektor, sehingga membantu Sarina untuk menyampaikan materi tahsin Al quran dengan lebih efektif dan efisien kepada para siswa.
Pemanfaatan teknologi informasi saat ini, maka kebutuhan guru akan profesinya menjadi lebih terakomodir dengan baik dan menjadi jalan kemudahan juga bagi para siswa untuk mendapatkan pendidikan yang mestinya layak dan jauh dari kesan ketertinggalan.
Guru telah menjadi ujung tombak bagi generasi bangsa untuk memajukan pendidikan di negeri yang kita cintai ini. Sebagaimana visi besar bangsa ini yang termaktub pada Alinea ke IV Pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian, peran guru sangatlah berarti bagi kehidupan generasi kini dan mendatang.
Cakap digital bagi seorang guru akan mendukung perannya dalam meningkatkan profesionalismenya sebagai pendidik. Aktivitas guru lebih terintegrasi dengan baik untuk menunjang proses belajar mengajar di dalam atau pun di luar kelas.
Namun, profesionalisme guru tidak mungkin dapat terwujud dengan baik, jika tidak didukung oleh kecakapan digital yang baik pula. Selain kemampuan teknis, diperlukan juga hal-hal berikut ini sebagai penunjang pencapaian profesionalismenya.
Pertama, menjadi guru berdaya. Seorang guru, selain capak digital, kemampuan mengelola dan menyampaikan informasi dengan tepat juga penting agar kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menarik, dinamis, dan efisien. dan efektif.
Kedua, pengetahuan teknologi seorang guru akan berpengaruh pada mutu pendidikan yang dihasilkan. Data menunjukkan bahwa kita masih tertinggal dibanding negara-negara tetangga dalam penerapan teknologi dalam pendidikan. Sebagai contoh, Myanmar telah berhasil mengintegrasikan teknologi dalam pendidikan dasar sejak tahun 2003. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, perlu kerja keras dan dukungan pemerintah agar guru dapat terus meningkatkan keterampilan teknologi mereka, seperti dimuat oleh jurnal UIN Jakarta (2018).
Ketiga, semangat belajar dan pengembangan diri perlu ditekankan. Di era yang berubah begitu cepat, respon terhadap perubahan harus cepat pula. Saat ini, terdapat berbagai platform pembelajaran digital yang dapat dimanfaatkan. Guru perlu tetap beradaptasi dan terus belajar agar tetap relevan dalam dunia pendidikan yang berkembang. Pemerintah juga telah merespon ini dengan meluncurkan aplikasi Merdeka Mengajar, yang mendukung para guru dalam mengembangkan diri.
Keempat, memiliki kepribadian yang excellent atau berkepribadian unggul. Sebagaimana salah satu kriteria guru yang berkualitas adalah guru sebagai model. Makna model yang dimaksud yaitu menjadi teladan, panutan bagi para siswa. Untuk itu, teladan-teladan positif mesti sering ditampilkan bahkan juga diajarkan kepada para siswa yang kelak menjadi bekal masa depan mereka.
Kelima, guru yang profesional harus memiliki sikap empati. Kepedulian sosial seorang guru menjadi hal yang sangat begitu unik dan langka. Mentalitas tersebut, tak semua dimiliki oleh para pendidik. Tugas dan tanggung jawab mereka memang tidaklah mudah, yang mana harus mendidik, membimbing dan mengarahkan para pelajar/siswa agar mendapatkan kelayakan dari sisi pengetahuannya, keterampilan dan aspek penting lainnya.
Meski dengan segudang kesibukan yang ada, jika seorang guru dikarunai oleh Tuhan memiliki sikap empati yang besar terhadap keadaan siswa, tentu saja itu sudah menjadi sebuah keharusan. Tetapi juga memiliki kepedulian sosial secara global. Dimana adanya pergerakan-pergerakan sosial, seperti aksi kemanusiaan, kegiatan-kegiatan penggalangan dana terhadap bencana yang terjadi. Jika, seorang guru ikut andil dan berkontribusi terhadap aksi-aksi tersebut, maka sudah pasti ini merupakan value besar bagi pribadi yang bersangkutan.
Rasa empati memang perlu dipupuk sejak dini. Sebab, sikap ini menjadi sesuatu yang terasa sulit untuk ditemukan. Maka perlunya seorang guru untuk mendistribusikan pengetahuan kepribadian ini kepada siswa untuk bisa memiliki sikap empati terhadap sesama. Tak tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang. Boleh jadi, suatu saat nanti akan lahir generasi-generasi baru yang mempunyai impian untuk menjadi seorang guru. Maka perlu disiapkan dan dibekali sedini mungkin dengan mentalitas yang positif khususnya sikap empati.
Kelima, dengan kecakapan digital yang dimiliki. Menunjukkan bahwa kesempatan akan terbuka luas bagi setiap guru untuk bisa menghasilkan peradaban baru di dunia pendidikan dengan dukungan teknologi yang berkembang hingga kini. Tidak hanya menghasilkan kuantitas siswa semata, tetapi juga mendapatkan output siswa-siswa yang berkualitas. Baik dari sisi intelektual, emosional dan juga spiritual mereka.
Untuk meraih semua itu, perlu ada kerja sama yang baik antara para guru, siswa, juga orang tua dan keterlibatan para Stakeholders yakni para pemangku kepentingan. Manakala, semua komponen ini ikut terlibat untuk bersatu dan berkolaborasi, sangat mungkin perjuangan bangsa ini dalam mewujudkan Indonesia yang cerdas sesuai dengan amanah undang-undang, dapat dicapai.
Keenam, tanggung jawab sosial. Peran guru, tidaklah semata-mata sebagai pendidik saja. Bukan berakhir di meja mengajar saja. Lebih dari pada itu, guru memiliki peran yang cukup besar di masyarakat umum. Dimana, hal itu sebagai bagian dari tanggung jawab sosial yang mesti diemban. Karena di sekolah hanya sebagai kumpulan masyarakat dalam skala yang kecil. Sementara dalam skala yang besar guru juga merupakan satu kesatuan dari masyarakat tempat mereka melaksanakan tugas.
Teringat pesan indah dari Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah. Siapapun bisa menjadi guru. Bagi orang tua kepada anak-anak dan keluarganya, seorang teman kepada teman lainnya dan juga lingkungan sekitarnya. Kapanpun dan dimanapun kita berada. Sebagai harapan, untuk para guru hebat semuanya, jagalah profesionalitas untuk kemajuan pendidikan di negeri yang sangat kita cintai ini, Indonesia.