Baru-baru ini kita disuguhkan dengan Teori Konspirasi yang melatar-belakangi terciptanya pandemi Covid-19. Teori ini disuarakan dengan lantang oleh seorang personel Band Rock-n-Roll asal Bali. Namun, masyarakat justru mengolok-olok personel band yang cukup terkenal itu dengan teorinya. Bahkan, ternyata, akun sosial medianyapun ikut dinoaktifkan secara sepihak oleh pihak yang berwenang.
Selain itu, seorang mantan menteri juga pernah menyuarakan bahwa adanya keterlibatan seorang petinggi Microsoft sebagai dalang dari wabah Covid-19. Menurutnya, wabah ini secara sengaja diciptakan oleh mantan orang terkaya di dunia nomor satu itu untuk menguasai manusia melalui vaksin yang ia tawarkan.
Desas-desusnya, vaksin yang ditawarkan memerlukan penanaman chip dalam tubuh manusia, sehingga mantan menteri kita menentang dengan keras vaksin tersebut untuk hadir di Indonesia. Dengan meyakini “fakta” tersebut, secara tidak langsung tentu ia percaya bahwa ada Teori Konspirasi dari para elit global di balik semua ini. Lebih lanjut, para sahabat sekalian dapat mengakses link ini.
Dalam tulisan sederhana ini, saya akan fokus kepada pembahasan Teori Konspirasi saja. Saya tidak akan membahas keterkaitannya terhadap wabah Covid-19, mengingat banyaknya korban meninggal akibat pandemi ini yang katanya adalah “hasil rekayasa” semata dari para orang-orang kaya di dunia. Tidak elok rasanya mengerdilkan para korban dan masyarakat yang sedang berduka, alih-alih mengungkap “fakta” yang masih fiktif.
Teori
Ada banyak sekali teori tentang konspirasi. Salah satu yang terkenal adalah iluminati. Jika teori konspirasi ini adalah benar, maka seharusnya ada semacam sistem ekonomi-sosial yang berbentuk piramid (segitiga), dan dipucuk piramida itu adalah Iluminati. Iluminati itulah yang akan mengatur seluruh tatanan dunia.
Maka dari itu, Sang Iluminati harus konkret, karena dialah pengatur dari seluruh sistem yang diteorikan ini. Kalau Iluminati itu tidak bisa konkret, maka teori ini gugur. Itu artinya, iluminati fiktif dan imajiner. Ia tidak bisa memimpin, karena esensi dan eksistensinya tidak ada. Ia hanya berupa “pemikiran” atau ide semata. Begitu juga dengan teori-teori lain. Pemimpin mereka harus hidup, konkret, dan riil.
Selain itu, IM*, PB*, Wor*d Ban*, W*O, dan berbagai organisasi dunia diyakini sebagai kaki-tangan dari Teori Konspirasi yang berpucuk pada Rock*feller. Namun, teori ini berlain hal dengan iluminati ataupun freemason. Rock*feller berdiri sendiri. Dialah sang pemimpin. Dia pucuk dari seluruh sistem yang (kelak) beredar dan berlaku. Masalahnya, apa benar hanya Rockefeller yang ingin menguasai dunia?
Bagaimana dengan manusia lain di dunia yang kenyataanya lebih kaya dan ingin menguasai dunia? Apa kita yakin berdiam diri saja, ketika melihat hanya keluarga Rock*feller yang menguasai seluruh tatanan dunia? Penguasaan dunia yang dilakukan oleh Rock*feller itu pasti membutuhkan orang lain juga, lalu apa benar orang lain yang membantunya tidak tergiur akan hal yang sama? Mengingat, kalo menurut prinsip moralitas Nietzsche, setiap manusia memiliki kehendak menguasai manusia lain. Setiap manusia ya, bukan satu orang aja.
Royalis
Posisi saya apatis dengan teori-teori ini. Namun, bukan berarti saya menolak adanya konspirasi. Saya percaya ada perkumpulan orang-orang kaya-raya di luar sana yang mengatur hajat dan kemashalahatan masyarakat dunia. Bayangkan yang punya Google, Youtube, Facebook, Amazon, Paypal, Iphone, Microsoft, Bankir, dll bekerja-sama dan bersatu, apa gak ngeri, tuh?
Pada kenyataannya, mereka pasti memiliki sebuah perkumpulan yang ekslusif. Pernah mendengar Komunitas Bidelberg? Sebuah komunitas ekslusif yang berisi orang-orang paling berpengaruh di dunia, seperti tokoh politik, petinggi negara, dan para petinggi dari sektor industri, ekonomi, dll. Mereka sering mengadakan konfrensi untuk membahas hal-hal yang sedang dan akan terjadi di dunia. Komunitas ini riil, dan konferensinya pun diketahui seluruh dunia. Artinya, perkumpulan orang-orang berpengaruh dan kaya-raya itu ada, sehingga tidak menutup kemungkinan adanya konspirasi di sana.
Nah masalahnya, mereka ini termasuk teori konspirasi yang mana? Kalau kita di-takabur-kan dengan teori itu, alih-alih sebenarnya mereka semua adalah bagian dari satu buah teori, maka seharusnya tidak ada perselisihan di antara mereka, karena pasti mereka punya tujuan yang sama. Remember Libra?
Sebuah platform dompet digital yang dikembangkan oleh para pemimpin teknologi dunia, namun sayangnya gagasan mereka ditolak oleh IMF dan World Bank. Dan, kabarnya, kekesalan mereka atas penolakan inilah yang melahirkan pandemi Covid-19. Mereka menciptakan virus ini dengan berbagai jenis sehingga menyulitkan penyembuhannya. Jika asumsi ini dapat dibenarkan, maka mereka sebenarnya mereka bukanlah sebuah satu-kesatuan (seperti gagasan Teori Konspirasi).
Organisasi-organisasi dunia yang menolak itu kaki-tangan Rock*feller, dan (kalau benar) pencipta virus itu adalah para petinggi perusahaan teknologi. Jika mereka sedang menciptakan sebuah tatanan, maka seharusnya mereka bekerja-sama agar dapat menguntungkan satu-dengan-yang-lain. Tetapi, kenyataannya mereka tidak sepaham. Mereka berseberangan, sehingga menciptakan sebuah virus yang dapat mematikan seluruh manusia di bumi tanpa terkecuali.
Konspirasi
Nah, saya sampai pada kesimpulan bahwa teori tentang konspirasi ini ada. Ya, ini emang riil dan hadir. Di dunia ini, pasti ada beberapa kelompok manusia hebat yang ingin menguasai seluruh dunia. Tetapi, teori ini tidak bisa dilihat sebagai “a whole-grounded system” di dalam seluruh tatanan dunia. Mereka (mungkin) adalah satu, dua, atau tiga kelompok yang sama-sama hebat, kuat, dan ingin menguasai dunia, namun mereka tidak sedang melakukan sebuah agenda bersama.
Karena ya, balik lagi, teori Moralitas Nietzche, mana mungkin ada manusia yang mau dikuasai manusia lain, apalagi ini sama-sama hebat dan kuat. Oleh sebab itu, bagi saya, mereka bukanlah satu-kesatuan yang ingin menciptakan sebuah sistem tatanan baru dunia, melainkan sekelompok orang berpengaruh yang memiliki agenda masing-masing. Kita harus melihat mereka secara partikular dan kolektif. Mereka tidak dapat dikaitkan satu dengan yang lain. Kecuali, seluruh dari mereka bergabung. Itu lain cerita, sih. Siap-siap aja kalau udah begitu hahaha
Tetapi tetap inget, homo homini lupus, perkataan Plautus yang dicantum kembali oleh David Hume dalam De Cive. Manusia akan menjadi serigala bagi sesamanya, sehingga ia tidak akan membiarkan manusia lain membunuh dirinya. Manusia juga selalu ingin menikam dan menguasai manusia lain. Kita bicara person dan komunal di sini, sehingga tidak bisa satu orang/komunitas itu di atas orang/komunitas lain, karena siapapun yang di bawahnya pastilah ingin berada di atasnya.
Selama natur manusia ini masih ada, maka teori konspirasi itu tidak bisa pandang sebagai sebuah sistem yang utuh dan komprehensif atau sebagai “whole-grounded” yang akan berlaku di dunia, karena tidak akan mungkin ada manusia yang sama kuat dan hebat, namun dia harus berada di bawah manusia itu.