Pagi ini belum sempat menelan kopi panas kepalaku sudah diobok-obok oleh statement diatas dari presiden Jancuker, Mbah Tejo. Seperti biasanya setelah ucek-ucek mata yang pertama saya cari adalah smartphone untuk mengetahui kabar tentang Nusantara.
Menurut pandangan saya keliaran fikirannya menunjukkan kedalaman pengetahuan, tak sedikit para ilmuwan dan ahli filsafat ikut dan berperan dalam meramaikan konstelasi politik di negeri ini, tentunya ini adalah bagian dari hak setiap warga negara.”
Namun bagaimana jika kelebihan ilmu dipakai hanya untuk memenangkan calonnya saja tanpa mempertimbangkan kebaikan dan kemaslahatan?”Disinilah pendidikan itu akan diuji, para ahli akan dilabeli dan dibranding, bukan saja soal kecapakan ia berbicara dan berlogika namun juga pada kebaikan yang akan tersebar dan bisa dirasakan oleh semua khalayak.
Menurut Ibnu Aqil politik adalah hal-hal praktis yang lebih mendekati kemaslahatan bagi manusia dan lebih jauh dari kerusakan meskipun tidak digariskan oleh Rosulullah SAW.
Maka seyogyanya sebagai masyarakat yang bermartabat, sebagai individu yang berilmu dan sebagai mahkluk yang berakhlak, bentuk pilihan kita harus disandarkan pada nilai-nilai kemanfaatan dan kedekatan para calon kepada Tuhannya.”
Emang apa hubungannya?”
Jelaslah ada karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
من يرد الله به خيراً يفقهه في الدين
“Barangsiapa yang Allah kehendaki dengannya kebaikan, maka ia akan difahamkan dalam masalah agama.”[Muttafaqun ‘alaihi].
Saya mencoba memaknai hadis di atas dalam konteks ajang politik yang sedang berjalan, lihatlah bagaimana para elit politik berspekulasi, berbagai macam cara yang putih, abu-abu bahkan hitam sekaligus diperankan.
Tak ketinggalan para preman yang kekar dan bringas, hingga preman berdasi dan berdahi hitam semuanya ikut andil dalam mensukseskan calon yang didukungnya, tanpa berpikir bagaimana pendidikan politik dan konsekuensinya terhadap generasi esok.Lihatlah bagaimana wong cilik berdebat dan saling memaki karena pesan dan ulah kalian sebagai publik figur, kalian seolah tutup mata dan hati tanpa merasa prihatin sedikitpun atas konflik sosial yang terjadi asal kalian dan partai kalian bisa lolos ke dewan atau Senayan saja.
Entahlah sudah berapa lama saya mengigau hingga habislah cerutu dalam sela jariku. Maka ijinkanlah sebagai orang biasa ini berpesan sebagai bentuk kegalauan yang semata-mata karena kecintaan kami pada ibu pertiwi, “silahkan dukung dan pilih calon sesuai pilihan kalian, namun gunakan hati dan logika juga untuk menganalisa, mengukur dan mempertimbangkan sebagai yang paling layak berdasarkan pada kecakapan dan kedekatan dengan Tuhannya, karena bentuk kekuasaan dan kekuatan yang maha dahsyat adalah dari Tuhan, bukan otak manusia…”
Semua pesta politik kali ini bisa memberikan pelajaran yang baik bagi segenap bangsa Indonesia dan menjadikan lebih maju dan sejahtera serta berkeadilan.